Jumat, 11 September 2020

Memahami diri dan memantaskan diri

Ada Satu hal yang mungkin sudah  banyak dilakukan  orang  , Tapi juga lebih banyak  yang tidak memahaminya akhirnya  tidak mencapai keberhasilan dalam merealisakikan mimpi mimpinya.  

Apa itu? Memahami diri.
Memahami diri adalah tingkatan  tertinggi  dalam  ilmu  Bimbingam dan Konseling. 
Karena  semua tujuan layanan  bimbingan konseling adalah membantu anak agar  memahami diri. Orang yang memahami diri tahu banyak tentang dirinya,  potensi potensinya, passionnya.  Dia juga mengetahui  kelemahan kelemahannya. Akan tetapi dia bisa menerima  diri,  tidak menyalahkan  diri, lebih-lebih  kecewa akan dirinya.

Dari situ  dia  bisa mengarahkan  diri, mengambil  keputusan yang tepat  apa yang dilakukannya. Dia mengeksekusi  keputusan keputusan  penting  untuk  mencapai  cita-cita  dan harapannya. Itulah namanya  memahami diri. 

Orang yang memahami  diri selalu bisa memantaskan diri  dimanapun  dia bermimpi,  disinggasana  cita-cita,  dikerajaan Harapan masa depan. 
Dia selalu  sakti  dalam  mengalahkan  musuh  bebuyutannya, yaitu  malas.  

Itulah  musuh  terbesarnya yang punya "aji pancasona." Walaupun  mati  bisa hidup lagi.
Malas  itu  sebentar  sebentar  muncul lagi. Dia selalu mengajak keenakan sesaat, bersantai santai,  melalaikan  kerajaan harapan masa  depan.

Saya berpikir,  kesaktian seperti  itu  seperti  wahyu,  wahyu  itu harus dicari  dengan tapa brata untuk  mendapatkannya. Tidak sembarang orang  beruntung  mendapatkannya.

Bagaimana  caranya agar bisa memahami  diri?
Caranya dengan  mengasesmen diri , introspeksi diri, "mulat sariro angroso wani". Bercermin  diri,  dan terbuka  menerima masukan dari orang lain yang objektif dan jujur membantu  memberikan informasi tentang diri kita.

Yang terakhir  ini biasanya  melalui  pendidikan khusus,  profesi. Itulah konselor  yang di sekolah banyak  dikenal sebagai  guru BK. Mereka  memang disiapkan  untuk  membantu  anak agar memahami diri.

Tapi  biasanya  mereka ditakuti,  karena prakteknya "kurang" benar, itu tidak semua  tapi  kebanyakan  begitu. "Polisi sekolah".
Dengan munculnya  jurusan  Psikologi Pendidikan  dan Bimbingan,  sebenarnya  sudah dihapus  habis  praktek  "polisi  sekolah",  tapi imagenya yang sulit untuk  diubah.  Bukan tidak bisa  tapi butuh  waktu  dan kesungguhan  untuk merubahnya. 

Caranya  bagaimana?
Caranya dengan meningkatkan  pengetahuan dan praktek Bimbingan Konseling. Konselor  harus berwawasan luas,  berpikir  masa depan dan "care"  terhadap  anak. Kembali kepada "jalan yang benar ". Artinya  sesuai  dengan keilmuan Bimbingan dan Konseling. 

Dengan begitu  anak akan percaya  kepada  kita  untuk  menyampaikan permaslahannya untuk  dibantu  memecahkannya.



Magetan,  12 September  2020










Tidak ada komentar:

Posting Komentar