Selasa, 29 September 2020

Madarosatun Jannati

sumber ilustrasi: dokumen pribadi 

Pagi pagi mendengarkan ceramahnya  Gus Fatah, pimpinan  Pondok Al Fatah Temboro  Magetan,  intinya  kita sebagai  orang Islam mari  memperbaiki akhlaq. Bila bertemu dengan sesama saudara kita   tunjukkan  wajah berseri  seri, kemudian ucapkan salam, bila tidak saat  pandemi, bisa berjabatan tangan.

Kemudian tanyakan kabarnya, 
"Bagaimana kabarnya Mas?"
"Alhamdulillah  kami sekeluarga sehat, bagaimana  keluargamu?"
"Alhamdulillah  berkat doamu  kami juga sehat."

Kemudian  penuhi  hak  saudara  kita, mulyakan mereka,  kalau  dia salah  maafkan.  Kalau  dia kesulitan  dibantu. 

Di sisi Allah  yang berpahala  adalah  yang memaafkan,  yang memberi,  yang membantu,  yang memulyakan,  yang menghormati. 

Bukan yang dihormati,  bukan yang dimulyakan,  bukan yang dibantu, bukan yang dimaafkan.

Kemudian,  hindari  marah  marah.  Dalam  bahasa jawa senen  senen ( "nyeneni"), baik di sekolah,  di kantor  maupun  di rumah.  
Kalau  kita setiap  hari marah marah,  rasanya  nama hari dalam seminggu  itu senin  terus. 

Kalau  ungkapan  marah yang  mengedepan maka  rumah  itu  tidak baity Jannati , tetapi baity naari ( rumahku  adalah nerakaku).

Di SMPN1  Takeran, sesuai  dengan branding  yang kedua adalah sekolah berbasis Agamis,  maka nanti  kalau  anak anak  sudah  masuk sekolah dan masa pandemi sudah berlalu,   sebagai  standar  karakternya  adalah;
1. Ketika akan berangkat sekolah,  cari  Bapak/ Ibunya sampai ketemu, mengatakan pamit ke sekolah  mohon didoakan, kemudian cium tanganya,  baru salam kemudian berangkat ke sekolah. 
Ketika berjumpa  teman,  guru  atau warga sekolah  harus tersenyum.
2. Jika bertemu sesama warga sekolah  dengan wajah berseri seri dan senyum mengucapkan salam, kemudian berjabat tangan. 
3. Menanyakan kabar temanya.
4. Kalau  ada  tamu  dengan sikap hormat  mengatakan salam  dan berjabat  tangan. 
5. Saling  menghormati,  saling memulyakan,  saling membantu  dan menolong  selama  KBM  di sekolah. 
6. Berjabat  tangan dengan guru  saat  pulang  sekolah dengan mencium tangan 
7 pulang kerumah  mengucapkan salam  bertemu dengan orang tua  berjabat tangan dan mencium  tangannya. 

Kalau  itu  bisa  terlaksana hati  akan tentram  seperti  di surga yang damai menyenangkan. Ditambah  penataan  sekolah yang semakin apik , hijau dedaunan pohon,  kicauan burung jalaknya mas Pur dan suara derkuku, warna warni mekar bunga  yang semerbak mewangi  sepanjang hari,  gemercik air yang memancar di kolam bundar di utara Masjid membuat  anak  anak  dan seluruh warga sekolah menjadi rindu belajar dan rindu  sekolah.

Itulah makanya sekolah  bisa disebut  sebagai madarosatun jannati,  bukanya  madarosatun naari. Semoga. 

Takeran,  30 September  2020 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar