Sabtu, 28 November 2020

Tukang adzan di Masjid

Walaupun  tidak muda lagi  tetap saja pak Guru  Martani sebagai tukang adzan atau lebih kerennya  disebut muadzin. Kalau  dulu anak-anak  itu royokan berebut  dulu untuk  menggunakan mix untuk  adzan. Tapi sekarang suasana itu sudah tidak ada lagi.

"Ayo gus  ndang diadzani, sing buanter, " Kata pak Haji Umar pada saat  awal  bertemu  dengan Martani di Mesjid. 

Rasanya  berbunga  bunga  dipanggil  dengan sebutan itu.  Kata Gus itu biasanya  dipakai  untuk  sebutan anaknya Kyai. Seperti Gus Dur,  Gus Bahak, Gus Ron dan lain  lain. Yang disebut  Gus itu  biasanya  kelak menjadi Kyai, memimpin pondok pesantren.

Tidak demikian dengan Martani,  hanya anaknya  petani  miskin  kok disebut  Gus,  lagian wajah  Martani juga tidak ganteng atau bagus. 

Tapi  Martani  tidak tahu  seperti  itu,  yang penting  dia senang,  gus  itu berarti  cah bagus.  Anak  laki-laki  siapa  saja  kalau  dikatakan bagus pasti senang walaupun  wajahnya  tidak bagus. 

Seperti halnya  anak perempuan  senang  kalau  disebut  nduk. Lebih  lebih di tambahi cah ayu. Wah  jadi berbunga  bunga hatinya. 

"Besuk  orang yang suka adzan   di hari  qiamat  lehernya panjang", Kata Pak Haji Umar  di suatu  hari. 
"Kok panjang  pak Haji," tanya  Martani  keheranan. 
"Panjang  di sana  itu  sebagai kehormatan  dan kemuliaan yang diberikan  Allah,  jadi tambah  bagus saja."Jelas pak Haji  Umar. 

Pak Haji  Umar  walaupun orang kaya  di kampung  ini,  tapi hidupnya  sederhana, mobilnya  tidak bagus,  pakaiannya  juga tidak  tampak  kalau  pakaian  mahal. Akan tetapi  beliau  hatinya baik,  suka beramal, sudah naik haji bersama  istrinya.

Kalau  bulan Puasa  anak  anak  sering  diajak berbuka puasa,  kalau  pas seperti  ini menunya  lengkap.  Ada kolak pisang, ada nasi  sayur  plus lauknya  ada ikannya. Dan ada buahnya.  

Kalau  musim  hari raya haji, pasti berkurban,  bayar zakatnya selalu terbanyak di kampungnya . 
Martani juga punya impian seperti  itu,  besuk  kalau sudah besar,   kalau  jadi orang kaya  akan naik  Haji.  Bisa  sholat  di Masjidil Harom Mekah, di Masjid Nabawi, bisa berziarah  ke makam  Nabi, makam sahabat  dan lain-lain.  Wah betapa senangnya bisa sholat di sana. Diampuni dosa dosanya,  Mendapatkan pahala  berlipat  1000 kali,  doa doanya  dikabulkan. 
Kalau  berdoa  di sana akan mendoakan  guru guru  GTT  agar diangkat  menjadi PNS semua.

Kalau  habis adzan orang-orang  kampung  biasanya  puji pujian. Ini bacaan yang disukai  Martani. 

Ilahi Lastu lilfirdausi ahli,
Walaa aqwa 'ala naaril jahiimi,
Fahabli taubatan  waghfir dzunibi,
Fainaka ghofirudz dzambil azhimi......

Dzunubi  mitslu a' daadir rimali,
Fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa 'umri naqishu fi kulli yaumi, 
Wa dzanbi zaaidun kaifa htimali.

Ilahi  'abdukal  'alaihi ataak,
Muqirran bi dzunubi wa qad da 'aaka,
Fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, 
Wain tadrud faman narju siwaaka.

Kata pak Haji  itu  doanya  Abu Nawas.
Dihafal kan  oleh Martani  hingga  sekarang.  Senangnya  bertemu  dengan orang baik  sepeti  pak Haji,  banyak ilmunya,  baik hatinya  berkah hartanya. 

Katanya  pak Haji,  dulu  mondok  di Surabaya, di Pondok  Al Ulumus salafiayah yang terletak  di depan Masjid Ampel.  
"Saya dulu  pernah  mondok  di Surabaya  Gus. Kyai  saya yang sekarang  menjadi  ketua  MUI  itu lho, KH Miftachul  Ahyar, dulu  mengajar  kitab Ihya' Ulumudin," jelas pak Haji.
Martani  kalau  pak Haji  sedang cerita  senang sekali,  menambah ilmu  melapangkan wawasannya. 

Setelah  pujian  kemudian iqomah dan pak Haji yang  menjadi  imamnya. Bacaannya  enak didengarkan,  meresap kedalam dada menentramkan  hati sanubari. Sholat  5 waktu selalu tertib  di  Masjid  itu. 

Banyak  wejangan  wejangan  pak Haji  yang tidak  terlupakan. Beliaulah  guru  spiritualnya. Yang  menambah  pengetahuan  agama  dan menguatkan  tali  keimanannya. 






5 komentar:

  1. luar biasa gus, semoga suara adzannya semakin bagus, aamiin

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah di kampung kami masih ada anak-anak yang mau adzan tapi saat Ramadhan dan sebelum tarawih.
    Selain waktu itu memang sekarang sudah sangat jarang terdengar lagi. Kalau anak-anak pujian setelah adzan masih ada di kampung kami

    BalasHapus
  3. bagus bu Nurin terus motivasi pada mereka

    BalasHapus