Jumat, 27 November 2020

Kok bisa sekolah Guru

Dalam  HUT  PGRI kemarin  pak Martani juga mendapatkan  hadiah bunga  dari  muridnya,  bunganya dipandangi setiap  helai daunnya, tangkainya, bunganya , semuanya  asli, Dia tidak tahu  nama bunga itu, sepertinya  bunga rose, baunya  wangi,  dicium berulang kali.

Ada tulisanya,  dibacanya  berulang  kali,  sampai  menetes butiraan  mutiara  di pipinya. Kenapa begitu,  karena terharu  betapa  menghargainya  murid muridnya,  pada hal dia belum  diangkat  PNS.

"Guru  yang baik  adalah alasan mengapa siswa bisa bermimpi  melakukan  hal-hal  luar  biasa. Pak Martani  selalu menjadi  inspirasi  saya ,yang membimbing saya selama  ini , terima kasih telah menjadi  mentor sejati  saya " ini yang dituliskan muridnya.

Siswa kadang tidak  tahu kalau  gurunya  masih GTT,  dan tidak perlu  tahu itu. 

Ada orang  itu  kadang tidak  menghargai orang lain,  merendahkan,  meremehkan, tapi  tidak  untuk  murid Pak Martani. Sepertinya  sudah  mendapatkan pemahaman  yang baik  ilmu  tawaduk seperti  yang dicontohkan  pak Martani.

Pak Martani  anaknya  orang yang tidak  punya,  tapi  dia sregep.  Ketika sekolah  di SMP dulu setiap  hari  selalu  membersihkan lingkungan  kelasnya. Kerjanya  cepat,  tidak takut  kotor. Habis  bersih bersih  cuci  tangan begitu  saja.

Mengenai kegiatan  di Masjid sekolahnya  sudah,  nomor satu  anaknya,  suka adzan, gak banyak  bicara. Selalu  ikut sholat  duha, jamaah  duhur dan Jumatan. 
"Pak ,sajadahnya  saya bawa pulang ya biar saya cuci  di rumah." Martani  kecil  menawarkan  jasa. 

Gurunya  setengah  kaget,  "ini kok ada anak  baik  sekali , menawarkan diri  mau mencuci  semua  sajadah  yang ada di Masjid ", gumamnya dalam hati.  
"Iya nak silahkan,  namamu siapa cah bagus ", tanya  Gurunya sambil  memegang  pundak  kecilnya. 
"Martani,  pak", jawabnya singkat. 
Sejak  itu  dia dikenal  oleh guru guru  tentang sregepnya. Begitu  dijalani  hingga  lulus  sekolah.  Bahkan  ketika  kelas 9 disela sela  liburan  ia kerja  di rumah orang , membajak  di sawah orang. Memang  ada pembawaan  suka  kerja  keras. Cerita  ini sampai  pada Kepala  Sekolahnya. Oleh Kepala  Sekolahnya  diberi  hadiah kopyah, untuk  sholat,  karena  rajin  sholat.

Pada suatu  hari  Kepala Sekolahnya  bercerita pada temanya, namanya  Bu Rini. Seorag dermawan   di kota besar.  Akhirnya  Martani diambil  anak  asuh oleh bu Rini  , dibiayai  sekolahnya  hingga  tamat  IKIP. 
"Lhe yang rajin   sholat  ya, dan doakan Ibu, insyaallah  kamu  saya sekolahkan  hingga  tamat. Kata bu Rini ketika  mengunjungi  rumahnya  Martani bersama  suaminya. 
"Iya Buk, saya senang  sekali, ibu baik sekali  pada saya,  semoga ibuk selalu sehat,  panjang umur  dan rezekinya  banyak.

Itu  hari  yang cerah  bagi Martani, Dia mengingat  ingat  mimpi  apa semalam, tiba tiba ada hamba Allah  yang berhati  malaikat, Bu Rini  menolongnya.  

Allah  yang menggerakkan  hati  bu Rini,  barangkali  doa doa  Martani  didengarkan dàn dikabulkan  Allah.

Inilah buah keikhlasan  anak  ini,  sregep , disiplin,  iklas,  rajin ibadah. Tidak ada anak  seusia  dia yang memiliki  karakter  seperti  itu. Disaat  teman temanya  bermain HP, bersepeda motor, Martani bekerja di sawah,  milik orang. Diberi  upah,  diberikan ibunya,  untuk  kebutuhan  keluarga. 

Akhirnya  tetap beda  anak  yang sregep dengan anak yang tidak sregep. Anak yang rajin ibadah  dengan yang tidak,  tetap beda. 
Hasil akhirnya  tetap beda. 

Walaupun  di jaman  milinial  yang kebanyakan  anak anak melupakan  tanggung  jawabnya,  tetapi  tetap ada mutiara mutiara  dalam  pasir putih  di pinggir  pantai.  





2 komentar:

  1. Sungguh mulia hati Martani tetap semangat bekerja mencari Ridho Illahi.

    Apakah sama orang yg belajar sdgn yg tidak belajar ? Jwabannya pasti tdk sama. Maka dari isilah hari-2 yg penuh manfaat dan barokah. Allah selantiasa memuluakan serta memeberi Rahmat atas segala. Terima kasih sahabatku tetap sehat semangat....dsn good luck...

    BalasHapus