Jumat, 13 November 2020

Menulis reportase bersama Nur Aliem Halvaima



Anak Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini namanya 
Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko - Hajjah Sitti Maryam Puang Mene.
 
Tahun 2015 dia menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta, program S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar. 

Berbekal pendidikan formal dan pengalamannya meliput berita hukum selama jadi wartawan, Nur juga sesekali bersidang mendampingi kliennya di pengadilan sebagai lawyer (pengacara). Buku "Wartawan Bangkotan" adalah karya kedua Nur mengenai dunia pers. Sebelumnya kumpulan tulisannya "Lika-Liku Kisah Wartawan" diterbitkan PWI Pusat memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2020.

Sejak kecil  Nur suka membaca,  ayahnya  bekerja di dinas Pdan K , bertugas  mendistribusikan  majalah kuncung,  sehingga  Nur selalu membacanya.
Nur juga mencoba menulis sejak SD, 

 Di bangku SD itu pula,  mulai berani mengirim tulisan ke media, tepatnya di koran daerah tempat saya tinggal di Makassar.

Kegemaran membacanya  sangat bermanfaat  dalam mendasarinya  menulis. Jadi benar kata orang,  utk mahir menulis harus banyak membaca. Ya minimal membaca ulang tulisan sendiri (dimana kekurangannya, ejaannya dll)

Nur suka menulis Puisi Anak, Cerita Anak, bahkan ngirim gambar di rubrik Anak, tulisannya  dimuat di koran, dan dia dapat honor. 

Tentu bangga ketika pertama kali tulisan kita dimuat di koran. Yg lebih bangga lagi dapat honor, dikit.via wesel pos

Setelah tulisan sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali saya mewakili sekolah untuk lomba menulis antarsekolah dan Alhamdulillah...menang.

 "penyakit" suka menulis ini terus menjangkitinya  setelah di SLTP-SLTA
Nur kebetulan sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama)
Untuk ujian akhir, semua siswa harus praktek di SD

Menjadi wartawan resmi saat sudah.kuliah di IAIN Makassar. Selain jadi pengelola.koran kampus
Terus berlanjut ke Jakarta bergabung di Harian Terbit (grup Poskota)

Mulai pula belajar menulis opini, tulisan feature, laporan bersambung, sesekali cerpen percintaan atau tema keluarga

2014 saat pensiun dini, mulai fokus.menulis blog, Kompasiana, mengenal medsos (FB, Twitter, Instagram dan YouTube)
Ikut berbagai lomba nulis, beberapa diantaranya menang. Hadiah laptop, kamera, hamdphonez dan yang sering flashdisk, atau voucher belanja.

Dari sekian banyak tulisan yg tercecer di mana-mana itulah setelah dikumpulkan akhirnya jadi buku. Yang terbaru diterbitkan YPTD-nya Pak Thamrin dahlan adalah "Wartawan Bangkotan". Tadi diantar TIKI dari percetakan ke rumah.

Nur berpendapat, dengan banyak membaca akan :
1. Memperkaya perbendaharaan kata
2. Belajar EYD
3. Menambah wawasan, terutama bagamana format menulis: belajar nyusun paragfraf, huruf sambung dll

Wow mantap sekali perjalanannya. Saya tertarik dengan kalimat "Untuk mahir menulis, harus banyak membaca." 
Ini kadang salah satu yang menjadi masalah penulis pemula dan kurangnya minat baca di Indonesia. Bagaimana pendapat Nur Aliem untuk meningkatkan daya baca.

Yg lebih terasa lagi, dengan banyak membaca tulisan orang lain,.kita belajar style (gaya) penulisan orang.

Kita bisa.tiru.untuk kemudian akan muncul Gaya khas kita sendiri. Nah, dari pengalaman, Nur  menemukan "kunci" yang mungkin bisa jadi ini hanya duplikat dari penulis sebelumnya.

Yg gak boleh meniru 100 persen tulisan orang, ibarat nya sampai titik komanya. Ini sih copy paste ya alias jiplak bin plagiat
1. Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yg D-isukai, yg D-ikuasai.

Selain yg sdh disebutkan sebelumnya. Rajin baca, nonton TV/film, dengar radio utk memperkaya wawasan sbg tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi

3. TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang
2. PDLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)
4. TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)
5. TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita

Kalau sudah banyak tulisan dimuat dimana-mana, ya tinggal kontak Pak Thamrin Dahlan utk dibukukan. Gratis lagi kalau dgn beliau ...hehe colek @⁨+62 815-9932-527⁩


Agar tulisan kita bagus dan banyak  dibaca orang , selain materi atau isi tulisannya bagus, ya banyak belajar dgn membaca tulisan orang lain yg sdh sering menulis.

Kalau kriteria bagus dan mau dibaca orang, relatif sih Bu. Tp di media sosial, media online, blog,nKompasiana.dll, kan ada kode brp jumlah viewer atau pembacanya, yg komenz yg share. Itu sdh indikator tulisan tsb bagus, minimal banyak dibaca

Terus latihan menulis
Minta pendapat keluarga, suami, anak, nih tulisan saya sdh bagus gak. kalau.belum disempurnakan lagi..lagi..dst

Bagaimana tipsnya agar artikel yg tulis dimuat di media cetak.
Setiap media punya kriteria dan standar tulisan yg bisa dimuat. Rubrik atau tulisan jenis apa yg ada di media tsb.
Itu hrs dipelajari dan disesuaikan dengan tulisan yg kita mau kirim.

2. Dalam menulis artikel apakah ada ketentuan persentase perbandingan isi kutipan dengan tulisan ide asli kita?
[13/11 20:37] AAM NURHASANAH: Pak Budi Idris.


Misalnya koran Kompas, hrs sesuai misi koran tsb.
1. Kalau di Sumut misalnya, ada media cetak koran dan ada rubrik pendidikan, pak Budi mgkn menulis pengalaman masalah pendidikan di daerah bapak terkait masa pandemi

2. Ya sebaiknya lbh banyak pendapat BPK sendiri. Adapun kutipan pakar, sbg pendukung dan penguat pendapat bapak (60 pendpt sendiri - 40 teori pakar)

Yg bpk kuasai, sukai, alami sendiri
Jangan lupa ikut data, atau ada hasil survei dll terkait materi tulisan malah lbh bagus lagi. Selamat mencoba pak Budi..
Smg berhasil..

Ada wartawan yang hanya mengejar keuntungan finansial kemudian memberitakan sesuatu tidak sesuai faktanya bahkan menambah-nambahi dengan bumbu-bumbu tertentu di dalam tulisannya. Sebagai objek pemberitaan yang diberitakan tidak benar,. Apakah kita bisa menuntut balik wartawan tersebut?

bagaimana pendapat Nur Aliem dengan wartawan yang abal-abal mendatangi instansi-instansi hanya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang dengan ancaman akan memberitakan kekurangan yang ada di instansi tersebut?

Makanya ada koridor dan kode etik dalam menulis.berita
1. Berita tdk sesuai fakta, adalah merugikan orang lain dan tentu wartawan serta koran yg muat.
Jadi berita akan berimbang.
Harus cross cek, konfirmasi ke pihak yg bertanggung jawab dgn berita yg mau ditulis.
Namun sesuai kode etik dan UU Pers, ada namanya hak jawab. Pihak yg dirugikan/diberitakan hrs diberi ruang yang sama utk menjelaskan atau mengklarifikasi

Jika medianya bandel, ada Dewan Pers. Media ybs disidang disana. Kalau melanggar ada sanksi.
Menuntut balik media beritakan tdk sesuai fakta, ya ada salurannya pak. Bisa...

Jika yg diberitakan tetap belum puas, boleh ke ranah hukum. Lapor ke polisi. Tp msy lebih suka ke polisi drpd Dewan Pers hehehe..

Wartawan abal2, ini nih yg merusak citra wartawan.hehe..

Kalau dia ngancam, minta duit, itu sdh pemerasan. Sdh pidana pak.
Kalau perlu jebak aja pak. Siapkan duitnya, panggil oknum wartawan itu datang, siapkan polisi utk menangkap, biar tertangkap tangan, ada barang bukti.

Bagaimana kiatnya agar tulisan kita bisa tembus media massa ? Apakah ada pakem tertentu ? 

Menurut Nur Aliem msg2 media ada aturan baku yg spesifik. Tapi pada umumnya, media sama melihat tulisan yg dikirim ke redaksi dari sisi : tema, isi, aktualitas, cara penyampaian, kepakaran dr penulisnya.

Ambil contoh koran Kompas.
Tiap hari ada rubrik tetap, sesuai bidang: hukum, politik, keuangan, kesra, olah raga dll
Yang nulis juga dilihat latarbelakang penulisnya.

Aktualitas beritanya juga dilihat. Misalnya jelang Pilpres, Pilkada, tentu gak cocok kalau kita nulis soal pemilihan RT, Kades dll. Kecuali jika studi komparasi. Misalnya, kita mengibaratkan Pilkada seperti pemilihan RT atau Kades, buktikan perbedaan dan persamaannya

Menulis pendidikan, ya biasanya pakar pddk, dosen, prof, rektor dll.. Begitu bidang ilmu.lainnya

Karena kita di grup guru, saran saya lbh pas jika kita menulis masalah pendidikan. Cari juga media yg menyiapkan rubrik pendidikan. Kan keren kalau misalnya judul artikelnya : "Kecenderungan Minat Siswa Belajar Daring di Karawang di Masa Covid-19" oleh Min Hermina, Guru SMPN 1 Cikampek.

Wow...namanya sekolahnya viral, penulisnya juga dicari. Siapa sih dia? Ciiieeeh..

Melihat background pendidikan Bang Nur dari fakultas syar’iah hukum sangat paham dengan hukum, terutama hukum islam. Didalam agama tidak dianjurkan menyebarkan gosip walau itu fakta adanya. Apa hukumnya bekerja sebagai wartawan?

Menurut Nur Aliem , Wartawan adalah profesi. Dari profesi inilah saya hidup dan menghidup anak istri. Kalau saya ditanya apa hukumnya bekerja sbg wartawan, ya tergantung bagaimana ybs menjalaninya.


Magetan,  13 Nopember  2020 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar