Untuk mencapai keinginan itu butuh energi, sedangkan energi kita terbatas, maka harus skala prioritas, jenis keinginan yang mana yang harus kita dahulukan, yang itu merupakan kebutuhan mendesak. Lebih lebih di masa pandemi, kita tidak baik terlalu capek, baik capek energi uang maupun energi fisik, membaca koran Jawa pos kemarin, 3 November 2020, pertumbuhan ekonomi kita di kwartal ke 2 minus 5 oersen , sedangkan di kwartal ke 3 masih minus 3 persen , walaupun ada kenaikan 2 poin.
Diperkirakan baru tahun 2021 nanti pertumbuhan ekonomi kita plus.
Berita yang membuat optimis juga adalah persentase kesembuhan covid 19 yang mencapai 83,2 persen dan persentase kematian yang 3,4 persen. (JP 3 Nop 2020)
Sedangkan persentase kasus aktif covid 19 secara nasional terus menunjukkan tren penurunan sejak terjadi pandemi. Oktober 2020 persentase kasus aktif covid 19 di Indonesia mencapai 16,8%, lebih rendah daripada dunia yang mencapai 21,9 persen. (JP. 31 Oktober 2020). Sedang di awal pandemi , Maret lalu persentase kasus aktif covid 19 di angka 91,26 persen.
Semoga tren ini terus menurun sehingga pertumbuhan perekonomian nasional terus semakin meningkat, dengan dibukanya kantong kantong ekonomi baru. Seperti wahana wisata, tempat hiburan, umroh, haji dan lain sebagainya.
Kalau pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen indikasinya rakyat di tingkat bawah cari rezeki mudah sehingga energinya bertanbah penuh untuk bisa mencapai keinginan keinginannya.
Salah satu hikmah dari pandemi covid 19 ini barangkali adalah ketika pertumbuhan ekonomi sudah bagus, akan tetapi hasrat menghabiskan energi ekonomi akan dibatasi pada keinginan yang dibutuhkan, yang lain bisa ditabung atau diinvestasikan untuk kebutuhan masa depan yang indah.
Semoga jalan mencapai masa depan yang indah menjadi rata, sehingga kita bisa lari tanpa menguras energi.
Magetan, 4 Oktober 2020.
Sumber bacaan,
JP, 31 Oktober 2020
JP. 3 November 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar