Ditta Widya Utami, S.Pd. seorang guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, Ditta juga aktif di bidang literasi.
Walaupun Ditta mengatakan, hanya sebutir pasir yang banyak dijumpa. Masih harus banyak belajar dan belajar banyak, tapi banyak prestasi yang dibolehkan dalam dunia kepedulian.
Ditta berpendapat, berbagi adalah salah satu cara ampuh untuk belajar. Oleh karena itu, sungguh berbahagia bisa berbagi bersama Bapak dan Ibu semua 😊🙏🏻
Bagaimana Memulai Menulis
Semua mungkin sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa. dsb.
Tapi, ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprin yang tiba-tiba menghantam tembok. Atau bertinju yang tiba-tiba KO. Atau bermain catur yang langsung skakmat.
Entah apa yang terjadi, seolah semua ide lenyap begitu saja. Tangan tiba-tiba tak bisa menulis. Bahkan lidah pun terasa kelu.
Tenang Bapak/Ibu. Ditta pun pernah mengalaminya 😊
Lalu, bagiamana cara mengatasi hal tersebut?
Ada beberapa tips yang pernah dilakukan dan mungkin bisa diterapkan pula oleh Bapak dan Ibu, yaitu :
1. Ikut kelas menulis
2. Ikut komunitas menulis
3. Ikut lomba menulis
4. Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita
5. Menulis apa saja yang kita suka
Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis. Contohnya kelas menulis bersama Omjay ini.
Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga.
Nah, tips kedua yaitu ikut komunitas menulis juga dirasa perlu. Karena dalam komunitas itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah.
Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.
Tips yang ketiga adalah ikut lomba. Ini cocok bagi siapa pun yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal. Saya juga pernah sekali dua kali mencoba, alhamdulillah belum menjadi juara. Hehe, tapi justru dari situ kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
Tips berikutnya jika masih merasa sulit menulis adalah tulis saja apa yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini.
Dulu saat menjadi binaan Omjay di Kelas Menulis Gelombang 7, Omjay rutin mengirim foto setiap hari untuk diubah menjadi tulisan.
Ada foto ketoprak, gorengan, kucing, rempeyek, wah macem-macem! Pokoknya dari foto itu harus jadi tulisan minimal 3 paragraf. Seru dan sekaligus membuktikan bahwa memang benar apa saja yang ada di sekitar kita bisa kita ubah menjadi tulisan loh!
Jika belum mempan, mari buat tulisan tentang keseharian kita. Seperti diari. Itu pun tak apa. Yang penting nulis agar kemampuan kita semakin terasah.
Misalnya tulis saja kisah mencari tanaman keladi putih di hutan demi gratisan atau untuk istri tercinta atau saat hiking dsb.
Tips kelima yaitu tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet
Bapak/Ibu senang berkebun (lagi booming lagi nih ya menanam bunga), silakan tulis tentang berkebun.
Bapak/Ibu senang memasak? Silakan berbagi dengan jenis teks prosedural resep memasak, dsb.
Pokoknya tulis apa yang kita suka dan kita kuasai.
Harus menulis dimana?
Ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Bagi saya, menulis itu bisa kita lakukan di :
Blog
Buku harian
HP/Laptop
atau platform menulis online seperti wattpad dan storial
Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dst.
Menulis buku solo atau kolaborasi?
Nah kalau menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik tahap deh. Yuk terbitkan bukunya 📚📖
Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan.
Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku. 😊
Tapi, mending menulis buku solo atau kolaborasi ya?
Ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya.
Misal dari tema dan waktu untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Apakah seminggu, sebulan, menahun? #eh
Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan.
Ini adalah buku solo pertama Ditta. Ditulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didiknya.
Setiap ada kejadian unik, atau meminjam istilah Munif Chatib yaitu "momen spesial", segera dicatat.
Karena basicnya lebih senang tulisan fiksi, maka saat ada kesempatan, dituangkan dalam bentuk cerpen .
Demikian yang dilakukan hingga akhirnya buku ini terbit alhamdulillah.
Nah kalau yang ini saya tulis berkolaborasi di bawah asuhan Bu @Sri Sugiastuti dan Pak @Brian Prasetyawan
Adakah kita khusus untuk konsisten produktif menulis?
Untuk konsisten produktif menulis, biasanya saya terapkan 5 hal ini Bunda 😊
Cari apa saja yang bisa ditulis. Walau hanya 1 paragraf. Di tulisnya bisa di berbagai media yang telah saya sebutkan. Bahkan di status WA sekalipun.
Namun niatkan, agar tulisan kita bermanfaat bagi orang lain.
Kecuali seperti diary, biasanya pengalaman sehari-hari saya tulis agar saya ingat seperti apa Ditta di masa lalu sebagai bahan evaluasi diri.
Bagaimana mengusir rasa malas saat hendak menulis?
Untuk mengusir rasa malas, biasanya saya merefresh otak dan hati terlebih dahulu. Bisa dengan melakukan hal yang kita sukai. Atau membaca beberapa buku ringan dan menghibur.
Bagaimana kisah Ditta tentang menulis buku dengan kolaborasi Prof. Ekoji.
Pengalaman berkolaborasi dengan Prof. Eko adalah salah satu hal yang tak kan terlupa.
Di Gelombang ke-7, Prof Eko saat menjadi narasumber menantang peserta untuk menulis hanya dalam waktu 1 Minggu!
Temanya bisa diambil dari channel YouTube beliau.
Saat itu sempat berpikir apakah akan mengambil kesempatan ini atau tidak.
Bismillah, akhirnya diputuskan ikut.
Bagaimana cara menjaga mood agar tidak malas menulis?
Menjaga mood agar tidak malas menulis itu mudah. Tinggal ubah mood kita jadi Heppi.q cara paling mudah mengembalikan mood adalah dengan tersenyum. QAmbillah sebuah cermin, lalu tersenyumlah. Lihat betapa cantiknya Ibu. Betapa luar biasanya ibu. Betapa Tuhan telah menganugerahkan kita akal dan tangan untuk menulis. Jadi, mengapa tidak menulis sekarang?
Bagaimana cara menyusun tulisan yang terserak di file laptop untuk dijadikan buku?
Kumpulkan sesuai tema. Bisa dalam bentuk folder atau file. Misal buku solo pertama saya. Saya sudah siapkan folder khusus berjudul "Buku Ditta". Di dalamnya ada subfolder dan subfile berjudul Buku 1 .... Buku 2 ... dst
Adakah rekomendasi dari terkait penerbit yg mau menerbitkan buku dg murah, cepat dan bagus ?
Ini mungkin penerbit indie ya. Banyak , tidak akan diqsebutkan satu-persatu. Tapi tips dari Ditta kalau bisa yang dekat dengan domisili agar lebih mudah dan cepat saat nanti proses pengiriman buku.
Perjalanan menulis Ditta ada di buku tersebut . Intinya sudah senang menulis sejak bisa menulis.
Dari sekitar kelas 4 atau 5 SD sudah terbiasa menulis diary.
Di SMP menulis untuk Mading sekolah. Pernah juga menulis cerita di buku tulis lalu dipinjamkan ke teman-teman untuk dibaca.
Di SMA dan Kuliah mulai merambah media sosial dan blog. Sempat membuat grup dimana di share tulisan-tulisannya. Saat kuliah, tulisannya lebih ke KTI. Ikut lomba KTI Beswan Djarum dan masuk 10 besar regional Bandung, atau ikut lomba mahasiswa berprestasi yang salah satunya membuat tulisan karya ilmiah.
Diatas dijelaskan bahwa salah satu tips menjadi seorang penulis adalah bergabung dg kelas menulis seperti ini atau komunitas2 menulis, ikut lomba menulis. Kami di NTT, untuk mncari komunitas seperti itu agak repot sementara kami adalah pemula dalam hal tulis menulis sehingga utk ikut lomba2 juga kecuali online saja. menurut ibu, apa yang harus saya lakukan utk mengatasi hal tersebut sementara saya lebih senang dibimbing secara langsung Bu. Terimakasih
Wow NTT. Semoga suatu saat saya bisa menginjakkan kaki di sana.
Saya yakin di NTT banyak guru yang berprestasi dalam dunia literasi dan tulis menulis.
Bila lebih senang dibimbing secara langsung, maka baiknya kita cari kenalan yang senang menulis. Atau, ayo buat komunitas menulis di NTT dan Pak Kainan menjadi ketuanya! Pelopor, penggerak guru menulis NTT seperti Bu Kanjeng dan Omjay yang senantiasa menginspirasi.
Dari wadah yang dibentuk, bisa dihadirkan pemateri pemateri dan akhirnya bisa belajar langsung dari narasumbernya.
boleh juga usulkan di sekolah atau komunitas MGMP misalnya untuk sesekali diadakan latihan menulis (jika kondisi sudah memungkinkan)
Untuk penulis pemula terkadang sangat sulit untuk konsentrasi , Ditta mengatakan termasuk yang sulit konsentrasi jika suasananya berisik. Hhe, oleh karena itu biasanya saat menulis harus cari suasana yang tenang dan nyaman.
Agar insting menulis tidak hilang, segera catat apa yang ingin kita tulis. Minimal garis besarnya. Oleh karena itu selalu sedia catatan dimana pun dan kapan pun. Atau simpan di hp dan laptop. Atau draft di blog.
Ingat, usahakan tulis garis besar dari apa yang ingin kita tulis dari awal sampai akhir agar meski tidak selesai, kita bisa menuntaskannya di lain waktu.
Yang sering dialami ketetika menulis tiba tiba hilang sehingga insting menulis nya hilang, apakh rumusnya sehingga saya terlepas dari itu semua.
Ditta ikut mengembangkan literasi di sekolah. Salah satunya Ditta tuangkan dalam bentuk mini best practice di buku kolaborasi ini.
Bermula dari program west Java leader's reading challenge (wjlrc) Ditta aktif di literasi sekolah.
Mulai dari menghidupkan kembali perpustakaan yang sempat mati suri, Ditta mendata ulang data perpustakaan.
Menurut Ditta, menulis adalah bakat dan juga ketrampilan yang bisa dikembangkan keduanya. Ada yang memang diberi bakat menulis, tapi yang terpenting yang mesti kita ingat bahwa kemampuan menulis itu bisa ditingkatkan.
Sebagaimana yang saya dapatkan dari guru-guru menulis saya, rahasia agar bisa menulis dengan baik adalah dengan banyak membaca dan banyak berlatih.
Akan mudah bagi kita untuk menulis jika kita sudah memiliki banyak kosa kata yang kita dapatkan dari kegiatan membaca. Akan mudah bagi kita untuk menulis saat kita sudah terbiasa.
"Teruslah menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi", begitu kalau Omjay bilang.
Oh iya hal lain yang juga penting adalah mulailah menulis dari hal hal yang kita sukai dan kuasai.
Serta, menulislah dengan hati karena apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati pula.
Magetan, 9 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar