Judul buku : Panjul dan Samin
Pengarang: Sukadi, M.Pd
Penerbit: Paramarta Trenggalek
Ceritakan: ke 1
Tebal buku: 106 halaman
Membaca buku yang diberi pengantar Bapak Bupati Magetan ini, serasa mengenang masa kecil dengan berbagai jenis permainan sederhana yang menyenangkan yang dialami anak-anak desa. Anak anak jaman dulu Rata-rata kurag gizi, untuk menutupi kekurangan itu anak-anak kreatif banyak cara dilakukan, misalnya menangkap burung, mencari telur burung, mencari ikan disungai dan lain lain.
Pada bagian 1 Berburu burung pipit, Diceritakan Panjul dan Samin Berburu burung pipit di kebun, Panjul yang memanjat, kemudian telurnya di terawang, yang putih bersih berarti telur itu belum dierami ( hal. 5 ). Sehingga siap untuk dikonsumsi di bungkus daun pisang kemudian dibakar , wah rasanya lezat, memiliki cita rasa yang luar biasa. (hal.6).
Pada bagian kedua, wayang ketela pohon, pada bagian ini penulis menceritakan Panjul bermain wayang ketela pohon, membuat sendiri bersama teman-temannya, ini merupakan proses kreatif. Mengembangkan daya imajinasi anak-anak desa diwaktu kecil. Ditambah lagi bercerita sebagai dalang yang akhir adegannya dengan perang, bertambah ramai, saling memukul, wayang yang kena pukulan sampai terlempar jauh. (hal.13) tepuk tangan yang menonton sekaligus canda tawa mereka sangat asyik.
Pada bagian ke tiga menceritakan Panjul dan kawan kawan melihat buka giling, disana berbagai macam barang dagangan dan permainan diperjual belikan. Sesekali kedua bocah itu berhenti didepan pedagang, sambil memperhatikan dan memegang megang mainan yang berjejer dan berderet, mereka sangat asyik dan menikmati ramainya buka giling (hal.17).
Pada bagian empat penulis bercerita mencari Jangkrik, biasanya di Bulan Purnama, membawa obor, terbuat dari pucuk bambu yang diberi sumbu, pakai minyak tanah. Banyak vocab kata kata yang dulu ada tetapi anak anak jaman milineal sudah tidak tahu, jliteng (hal. 22), sebutan jangkrik yang semuanya berwarna hitam, biasanya ngeriknya gandang, dan kalau bertarung menangan.
Pada bagian lima, penulis bercerita tentang mancing. Mancing juga bisa menjadi alat permainan bahkan yang menghasilkan, ikan. Mereka seakan berlomba, berkompetisi siapa yang paling pandai diantara bertiga ini. Ini. Merupakan aktualisasi diri. Tapi setelah dapat dibawa pulang, dan mereka menggoreng dan makan siang bersama , ini bentuk persahabatan yang perlu dicontoh. (hal.28)
Pada bagian selanjutnya ditulis tentang takbir keliling, Bola api, lampu teplok, jebakan burung, pendekar kacang, perang sulur, mangga tetangga, duk neng duk gung, egrang, senapan pelepah pisang, berenang di sungai, kelereng, ban sepeda, ingkling, layang layang, jamuran sebagai bagian terakhir yaitu 21, semuanya Diceritakan rinci, mengalir dari hati penulis.
Buku ini baik dibaca anak-anak SD dan juga orang dewasa sambil mengenang masa lalu bermain bercanda tawa bahagia, tanpa beban, lepas tanpa masalah.
Selamat membaca.
Magetan, 6 Nopember 2020.
Siap
BalasHapus