Sabtu, 15 Mei 2021

Menulis itu seperti bermain bola ping pong

Tenes meja atau ping pong adalah jenis olah  raga yang paling saya sukai. Dengan olah raga ini saya bisa mengeluarkan  banyak keringat. 

Dengan olah raga ini saya bisa tertawa lepas, tertawa  yang tidak genuin , tidak dibuat  -buat, tetapi spontan  lepas. Sehingga  dengan olah raga ini saya merasakan seperti  rekreasi atau piknik.

Dengan olah raga ini saya juga merasa hangat  bersama  teman,  seperti hangatnya  minum kopi di pagi hari.

Orang yang gampang marah  katanya  karena kurang piknik atau kurang ngopi. Karena baru katanya  maka masih  perlu  penelitian  ilmiah. Silahkan  dijadikan  judul penelitian, ayoo siapa  berani.

Ping pong itu kalau bet sudah menyatu  dengan tubuh dan  pikiran  maka berbagai  keadaan selalu  bisa diatasi atau dilakukan.  

Ping pong itu  kalau baru pertama  kali,  jantung  ini terasa  berdetak kencang,  nafas berhembus  tak teratur,  terengah-engah seperti  kehabisan  udara. 

Tetapi kalau  sudah terbiasa  bermain empat  kali  misalnya,  maka detak jantung kita  akan terasa stabil,  hembusan nafas kita  teratur, seperti  menghirup  oksigin  di bawah hutan pinus. 

Menulis juga seperti  itu bisa menjadi hiburan, bisa menyenangkan,  bahkan  kalau Mas Doktor  Naim mengatakan  sebagai "kelangenan", seperti Bapak-bapak memelihara  burung  itu adalah  "kelangenan."

Untuk  penulis pemula,  bisa terengah -engah kehabisan ide , kehabisan kata. Tetapi kalau  sudah terbiasa  antara tangan  mata dan pikiran sudah menyatu  maka menulis itu  akan terasa mudah. Seperti  bermain bola pingpong  yang bisa saja  dalam berbagai posisi  dan keadaan. 

Agar tulisan itu  tetap menarik  maka diadakan  berbagai  trik  dan strategi , seperti  bermain  pingpong  juga. Ada serven  dengan bola  diplintir, ada cemesan begen, ada cemesan  melayang,  ada tipuan  dan sebagainya. 

Agar kita bisa menulis dengan baik  maka harus banyak  membaca tulisan orang lain , banyak membaca buku dan praktek menulis.
Bagi saya menulis  adalah olahraga  otak,  olahraga  pikiran  juga  olah  perasaan.

Kadang jari ini seperti  dituntun  oleh perasaan dan pikiran. Menari-nari di keypet atau menyentuh  huruf-huruf  yang ada hingga menjadi kalimat  yang enak  dibaca  dan sarat dalam makna. 

Dalam  bermain pingpong  dilihat  orang  atau tidak  tetap bermain  total mempersembahkan  permainan  terbaik. 
Dulu  saya punya teman  namanya Mas J. Dia pinter sekali  main pingpong,  tak ada satupun  yang bisa mengalahkan , pokoknya  hebat  deh. Tapi lama  tidak berlatih  entah karena apa. 

Sedangkan  saya permainan  saya biasa biasa saja ( baca paling jelek). Tapi saya setiap  minggu  berlatih  2 kali,  lama-lama  permainan  saya menunjukkan  kemajuan,  akhirnya  saya bisa memenangkan  mas J tadi. 

Menulis juga seperti  itu,  saya "ndableg" saja, dibaca  orang  atau tidak  tetap menulis saja. Seperti  matahari  dilihat  orang  atau tidak  tetap berputar  mengelilingi  bumi. Justru kalau tidak berputar  maka akan membuat  dunia gempar.

Dihina orang  ya tidak apa-apa,  dikecam orang sudah  biasa, tidak masalah. Yang penting niat  saya menebar  kebaikan,  menebar  benih literasi untuk  anak negri. 

Tulisan  itu  akan menemui  takdirnya masing-masing. Sebuah  tulisan  kadang  tak dianggap  bermakna  bagi seseorang,  tetapi  sangat  bermakna  dimata  orang tertentu. 

Oleh karena itu  terus saja menulis sampai  tulisan  itu bertemu  dengan takdirnya, dibaca  orang. 

Di SMP 2 Karangrejo  saya seperti  bertemu  dengan habitat  saya, banyak guru-guru  yang suka  olahraga  pingpong. Saya cepat akrab  dengan mereka,  tertawa bersama  tanpa  merendahkan  sesama. Saya merasa  bahagia,  sebab  itulah  cara menikmati  hidup, beribadah, belajar ,  bekerja,  berkarya,  tertawa. Dan itu ada di sana. Di sekolah  yang  brandingnya "SIP ; Santun Inovatif  dan peduli".

Semoga pandemi  segera  berlalu  sehingga  kita  siap menimba  dan berbagi  ilmu.


Magetan,  16 Mei 2021



Tidak ada komentar:

Posting Komentar