Pagi setelah subuh menghafalkan sampai jam 06.00, hanya dapat 2 ayat. Kemudian pulang, alhamdulillah di ruang tamu sudah disediakan jaseku oleh bu Parno. Kemudian saya sruput hingga tetes terakhir. Di meja ruang tamu banyak disediakan jajanan anak-anak sebagai suguhan lebaran, tapi tak ada yang datang, yah.... situasi pandemi membuat berubah segalanya.
Kemudian ganti baju, mau pergi ke kebun, melihat perkembangan alpukat yang sudah 6 bulan saya tanam. Tidak lupa membawa cangkul, pecok dan sabit.
Kebunku tidak jauh hanya dibelakang rumah saja. Kebun warisan dari Ibu ini harus saya rawat dengan baik. Semakin sering dikunjungi maka semakin bersih dan terawat. Selalu ingat pesan Bapak, "kalau ingin makan kenyang, cangkulah yang dalam". Begitu katanya dulu disaat aku membantu mencangkul di kebun.
Di sekitar alpukat itu saya cangkul melingkar, bahasa pertaniannya "diipuk", anak kota pasti tidak tahu ini. Kalau sudah ditaburi pupuk sedikit, yang baik pupuk kandang.
Selepas mencangkul , sambil duduk menenangkan nafas mengingat-ingat hafalan Qur'an tadi. Ya Allah sudah lupa.
Sekarang usiaku sudah 54 tahun , mungkin karena sudah tidak muda lagi. Dulu ketika SMP diberi tugas hafalan oleh Pak Guru, mudah sekali menjalaninya. Tapi sekarang butuh perjuangan. Selepas magrib, menghafalkan lagi, habis isak melihat lagi, itu strategi saya menghafal. Kalau Anda bagaimana?
Mungkin anda penasaran, coba buka surat Al Mulk halaman 562, anda hafalkan. Hanya 30 ayat , tidak panjang sebenarnya. Mungkin anda lebih cerdas dari saya sehingga bisa hafal lebih cepat. Jujur saya harus berjuang keras untuk fokus menghafalkan.
Gus Baha' menyanpaikan, surat ini yang kelak memperjuangkan mati-matian membela kita , agar kita tidak disiksa Malaikat. Syaratnya harus hafal. Bagaimana tertarik nggak?
Mengapa kita menjadi gampang lupa diusia senja.
1. Banyak urusan dunia
2. Banyak dosa
3. Banyak syaraf otak yang mulai melemah fungsinya.
Menurut saya itu sebabnya, sedangkan anak kecil yang mudah menghafal Qur'an disebabkan belum banyak urusan, belum banyak dosa dan syaraf otaknya masih kuat. Tambah lagi dapat doanya orang tua , mungkin bapak atau ibunya , atau kakeknya yang telah tiada pernah mendoakannya.
Ketika kecil usia kelas 2 SD saya hafal surat Alfatihah , entah apa yang menyebabkan, saya punya pemikiran agar saya hafal surat ini terus, maka saya mengerjakan sholat dan pasti dibaca setiap salat. Jadi mendirikan salat bukan karena ketaatan tapi agar hafalan saya tidak hilang. Astagfirullah hal adhiim. Salah niatnya.
Tapi ada hikmah juga yang ada didalamnya , agar hafalam surat dalam Alqur'an yang telah kita hafal tidak lupa atau tidak hilang maka dibaca pada saat salat, yaitu dibaca setelah alfatihah.
Anak anak santri Tembiro, penghafal Qur'an, selalu membacanya pada saat salat tarowih hingga katam sampai pukul 03.00.
Kalau saya nanti siangnya ngantuk, akhirnya kerja tidak maksimal, untuk itu saya mengambil yang 11 rakaat saja, jalani dengan khusuk, tidak capek, tidak ngantuk.
Ya Allah semoga ini tidak karena lemah iman, tapi ingin menjalani dengan pelan tidak keburu-buru. Ya Allah berilah kekuatan untuk bisa salat dengan bacaan surat yang panjang, dengan ikhlas dan kesadaran.
Kanjeng Nabi SAW kalau salat sendiri sampai kakinya bengkak, saking lamanya. Tapi kalau salat berjamaah lebih pendek bacaan suratnya.
Karena kekuatan makmumnya berbeda-beda, urusannya berbeda-beda, masalahnya berbeda-beda.
Semoga pandemi segera berlalu sehingga bisa belajar dan berbagi ilmu.
Wallohu a'lam bi sawwab.
Magetan, 16 Mei 2021
Aamiin..
BalasHapusInspiratif👍
Terima kasih mbak Parti
HapusAamiin,
BalasHapusJosss...inspirasinya.
Terima kasih mbak Juni
HapusTerima kasih mbak Juni
Hapus