Jumat, 07 Mei 2021

Nabi Musa yang hebat.


sumber  ilustrasi: Ahlulbaitindonesia.or.id

Kalau anda mendengar nabi Musa melawan Raja Fir'aun itu sudah biasa, itu saya dengar  dari cerita guru agama saya ketika  masih SD. Guru saya pinter sekali bercerita, hingga membuat kami terhipnotis, merapatkan tangan kami diatas meja untuk  serius mendengarkan  cerita. 

Ada diantara  teman kami saking asyiknya  hingga mengantuk  dan tertidur. 

"Jangan bangunkan Dia, biarlah  tidur , Dia itu jiwanya  tentram sekali, maka biarlah  dia dalam nikmat itu." Kata Pak Guru di suatu  waktu.

Mengapa Nabi Musa itu hebat? Nabi Musa itu diberi tiga hal, yaitu :  Yakin,   shalat dan  taat kemudian dibekali ilmu.
Dengan ilmu bisa mengatasi permasalahan permasalahan yang dihadapi. 
Dengan ilmu, seseorang mampu menemukan dan menciptakan berbagai macam keperluan yang bermanfaat untuk sehari-hari. Bahkan, ilmu dipercaya menjadi salah satu aspek penting suatu perkembangan di suatu negara.

Sekarang banyak orang kepinter  keblinger, sebenarnya  tidak berilmu  tapi mengaku pinter, akhirnya  keblinger. Salah , sesat.

Masalah agama itu  kalau salah terasanya  di kuburan. Kita tidak bisa membenarkan  lagi, tidak bisa merevisi. 

Ilmu itu  lembut, yang lembut lebih kuat dari yang kasar.
Yang lembut itu air, angin. Lebih kuat dari pada bangunan. 

Ketika ada tsunami  di Aceh, banyak gedung  gedung rusak, roboh  karena dihantam ombak air laut  yang meluap  ke daratan.

Yang lembut bisa masuk  ke mana mana,  kalau kasar tidak bisa masuk ke lubang yang kecil. 

Nyawa itu lembut,  tubuh kita ini kasar. Tubuh kita ini tampak kuat  karena ada nyawanya,  kalau  ditinggal  nyawa  maka tubuh kita ini sudah  tidak  memiliki  kekuatan  apa apa.

Ada cerita di India kera perang dengan angin.
"Ayo angin tunjukkan  kekuatanmu kalau berani melawan aku." Kata si Kera sambil bergaya di atas pohon. 

Maka angin mengerahkan kekuatannya  dengan menghadirkan angin puting beliung. 
Si Kera berpegangan  kuat di atas pohon selamat,  hingga angin itu kehabisan tenaga. 

Maka angin berfikir,  tidak mengerahkan kekuatan  kasarnya,  tapi mengeluarkan angin mamiri  yang spoi-spoi. Akhirnya  membuat  tubuh Kera menjadi  nyaman keenakan sehingga  dia ngantuk dan tertidur di atas pohon.
Akhirnya  Dia lupa berpegangan  dan jatuh.
Kalahlah  Kera ini dengan angin.

Yang ke dua Nabi  Musa diberi  bekal ikhlas.
"Kamu itu hamba  saya untuk  saya bukan untuk  yang lain." Kata Allah.

Kita ini hamba Allah untuk  Allah  tidak untuk  yang lain itulah  ikhlas. Dalam hidup ini kita sulit sekali untuk  belajar ikhlas,  dan kita harus lulus,  kalau tidak, maka rugi besar  kita. Amalan-amalan kita menjadi tidak diterima  kalau tidak didasari rasa iklas. Maka rugilah kita. Lawanya  riya'. Pamrih, pingin  dipuji orang  dan lain-lain. 

Yang ketiga, Nabi Musa diberi bekal  berangkat . Hanya satu kalimat  tapi kerjanya  panjang.  Kata berangkat  adalah mengambil keputusan,  mengeksekusi  keputusan  Akhirnya  menjalankan  keputusan  itu. 
Dalam bahasa komputer,  "enter." Dalam bahasa Inggris  "go".

Maka mari kita berangkat.  Berangkat  ke mana? Berangkat sekolah, berangkat kerja, berangkat  berbuat baik,  berangkat  menuju kebaikan.
Yang belum berangkat  bagaimana? Yang belum berangkat  masih diberi bekal yang kedua  yaitu  niat. 

Niat  untuk berangkat, tapi jangan lama-lama,  segera  berangkat  nanti kalau terlambat. "Kepancal sepur nanti" alias ketinggalan. 

Pesan moral  tulisan ini, kalau kita pingin hebat, usahakan miliki tiga hal itu, yakin, shalat  dan taat. Dan lengkapi bekal kita dengan ilmu, ikhlas  dan berangkat.

Oo iyya titip  pesan,  mari setiap habis sholat  kita berdoa  agar pandemi  segera  berlalu,  sehingga  negara  kita aman, dunia aman  sehingga  kita merasa nyaman  mau ke mana saja, mau apa saja. 

Tidak ada keadaan  yang lebih baik, kecuali  "keamanan."

Magetan,  7 Mei 2021

Sumber  tulisan: Ceramah  pengajian KH Uzairon 



4 komentar:

  1. Ya Allah...semoga wabah yg melanda dunia ( covid-19) engkau angkat dari muka bumi ini agar dpt menjalankan ibadah dgn tenang

    BalasHapus
  2. Semoga andemi segera berlalu. Dan menjalani sesuatu yg pernah kita jalani seperti sholat di Masjid sekolahan pergurusn tinggi dan mobilitas lain segera terwujud kembali.

    Pandemi membyat kita lebih tegar tangguh dan mandiri.Serta tak luoa mendekatkan diri pada Allah. Sang pencipta Langit d Bumi dgn segala isinya.

    Thanks you sahabat. Maaf baru merespon blog. Salam utk semuanya.

    BalasHapus
  3. terima kasih mbak Niken sudah berkenan hadir

    BalasHapus