Minggu, 09 Mei 2021

Mbarang siter ojo lamis



























Ojo sok gampang
janji wong manis
yen to amung lamis
Becik aluwung prasojo nimas
ora agawe cuwo

Tansah ngugemi
tresnamu wingi
jebul amung lamis
koyo ngenteni thukuling jamur
ing mongso ketigo

Aku iki prasasat
loro tan antuk jampi
mbok ojo amung lamis
kang uwis dadine banjur didis

Akeh tulodo kang demen cidro
Uripe rekoso
milih sawiji ngendi kang suci
tanggung biso mukti

Saya mendengarkan  lagu ini sejak kecil,  atau tepatnya  sejak bisa memahami  indahnya  sebuah tembang Jawa. Hal ini wajar karena  pencipta  lagunya adalah  Ki Narto Sabdho. Seorang  dalang Kondang dari  Semarang  yang terkenal  "ontowecono"nya.

Ontowecono  itu  adalah kepiawian sang  dalang  dalam bercerita, sehingga  seolah-olah  tokoh wayang  betul-betul  hidup. Kalau saya  mengatakan  "koyo tenan- tenano".

Saya belum  pernah  melihat  sang dalang  manggung,  karena saat itu  masih kecil. 

Pernah di daerah  Sugihwaras  Maospati  dikabarkan  ada pertunjukan  sang dalang kondangan ini, tapi saya juga tidak melihat,  karena jauh. 

Kembali  pada tembang ojo lamis  yang dipopulerkan  oleh Waljinah , seorang sinden  kondang  di jamannya  Ki Narto Sabdho. Tidak itu  saja tembang ini juga dipopulerkan  oleh "mbarang siter", seorang  seniman jalanan  dari kampung ke kampung  mendendangkan tembang ini. 

Kami anak-anak  kecil  biasanya  mengikutinya  di belakangnya  berombongan, sampai  belok ke rumah orang yang nanggab. Diantara  kami ada yang pakai celana saja, tanpa  kaos,  atau baju,  ada yang pake sandal jepit  bahkan banyak diantara kami  sering  dengan kaki telanjang. 

Tembang  ini samapai  sekarang  masih enak  didengarkan dan lirik  lagunya  mengandung  pesan  bahwa  kita  jangan suka  laku lamis atau manis di bibir. 

Kalau bisa  apa yang kita lakukan itu sesuai  dengan apa yang kita katakan. 
Jika kita mencintai  seorang  gadis  jangan  hanya  menyampaikan  janji-janji manis,  tapi  harus bisa membuktikan  apa yang pernah dikatakan  kepada kekasih kita. Hal ini  tidak saja  berlaku  untuk seorang  pria,  tetapi  juga seorang  wanita. 

Saya merasa iri  dan kagum  pada pasangan  kekasih  yang membina hubungan pernikahan  sampai  tua,  sampai  detik  terakhir  hembusan  nafas. Bahkan tidak itu  saja, diantara  pasangan  itu tidak menikah lagi hingga  ajal menjemputnya. Ketika  meninggal  akhirnya  disandingkan  dengan suami  atau istrinya dalam pemakamannya.

Tembang  ini  juga mengandung nilai  sastra  yang tinggi terutama  di bait, aku iki prasasat  lara tan antuk jampi,  artinya  sakit  yang tidak mendapatkan  obat,  akhirnya  mati. 
Jadi cinta  yang  dibodohin dengan janji-janji  akan terasa sakit  di hati  yang sakitnya  sampai dibawa mati. 

Kemudiaan  ada bait,  koyo ngenteni  thukule  jamur  ing mangsa  ketiga  artinya akibat  janji lamis  itu  hanya menanti  tumbuhnya  jamur  di musim kemarau. Adalah sesuatu  yang tidak mungkin. Karena jamur  itu  hanya  tumbuh di musim penghujan.

Terakhir,  sebagai penutup  lagu ini berupa sebuah  ancaman,  atau  jangan ancaman kok saru   tapi pemut atau pepeling atau pengingat  bahwa akeh tuludho kang demen cidro  uripe  rekoso. Artinya siapa  yang suka menipu  hidupnya  sengsara. 

Milih sawiji ngendi kang suci tanggung bisa mukti. Yang ini berupa  nasihat  atau petunjuk,  agar kita memilih  jalan yang benar.
Kalau  itu bisa kita lakukan  maka dijamin  kita bisa hidup  mulia.  Artinya  makur, berkecukupan dalam keberkahan. 

Semoga cinta kita  tetap indah  dalam jalannya, dan hidup  kita dalam keberkahan. 

Semoga  pandemi  segera  berlalu. Kita bisa hidup  merdeka mewujudkan mimpi  yang belum  sampai. 

Magetan,  9 Mei 2021




2 komentar:

  1. Aja lamis wih janganlah menyakitkan hati krn janji palsu. Bahasa gaul adalah "PHP" pemberi harapan palsu. Dlm agama bisa dikatakan berdusta. Dosa lah


    Seperti syair diatas kaya ngenteni thukule jamur ing mangsa ketiga. Artinya tdk mungkin akan tumbuh jamur jrn hamur akan tumbuh dusaat hujan atau udara lembab. Dlm agama diterangkan dpm ayat yg artinya " Nunggu Sampai Ada Unta masuk lubang jarum " artinya tangeh lamun atau sesuatu hal yg tidak mungkin terjadi.

    Terimakasih sahabat. Lantunan syair mengingatkan saya sama alm.bapak yg suka gending Jawa. Setiap habis ngajar di SPG Magetan saat itu. Pulang-2 beli kaset pita. Saat itu saya belum menikmati krn kurang suka.Maklum belum bgt paham dgn kehidupan. Bgt berjalannya waktu dan tahu krn belajar jadi mengerti d paham.

    Semoga kita tergolong orang yg Istiqomah dlm kebaikkan dan kebenaran serta selalu dlm lindunganNya.

    BalasHapus
  2. terima kasih Jeng Niken, jadi melengkapi artikel ini

    BalasHapus