Sumber Ilustrasi: dokumen pribadi
Selesai di baiat mengadakan selamatkan Rasulan, dengan mengundang tetangga dan sebagian santri Pondok, untuk menjadi persaksian dan memberikan doa kepada kami. Pada waktu selamatan ini berada disuatu ruangan di Pendopo rumah yang sangat kuno, tidak tahu tahun berapa rumah itu dibangun, Kalau itu rumah peninggalan Kyai Abdurrohman , berarti rumah itu hampir 200 tahun yang lalu, tepatnya 200 tahun kurang 15 tahun.
Saya tidak berani beritanya banyak, karena saya santri baru, etika yang saya pahami, tidak boleh bertanya terlalu banyak.
Itu saja saya sudah termasuk banyak bertanya, tapi tampaknya Kyai Gun menyukai saya, karena sama sama dari Guru dan Kepala sekolah.
Beliau pernah bertugas sebagai Kepala Sekolah di MTs Panekan dan terakhir di MTs Takeran. Dan saya sekarang bertugas di Takeran.
Beliau berpesan jangan sampai tertidur malam ini hingga besuk pagi sampai waktu Magrib.
"Penjenengan mangke mboten kepareng sare ngantos benjing ngantos magrib nggih",Terang Kyai Gun. "Ngestoaken dawuh Yi", Takdhim saya pada Kyai yang berumur sekitar 80 tahun ini.
Untuk menjaga agar tidak ngantuk kami minum kopi hangat dengan camilan kacang garuda, dan kwaci. Ngemil saja sambil mendengarkan cerita dari santri senior , yang alur ceritanya mengikuti pertanyaan saya.
Sang waktu terus berputar melewati malam, rasanya malam itu malam yang hening walaupun banyak pengunjung untuk mujahadah di masjid dan membaca tahlil di makam Kyai Abdurrohman.
"Kyai Abdurrohman itu waktu mudanya bernama Bancolono, berasal dari Pacitan ayahnya bernama Kyai Ahmadyo As kakeknya bernama Syekh Kyai Aliman As yang berbesanan dengan Bupati Pacitan yang pertama yang bernama Kanjeng Jimat." Terang pak Priambodo, santri lama yang selalu memakai ikat kepala dan baju juga celana mirip Kanjeng Sunan Kalijogo.
"Buyutnya Kyai Abdurrohman itu dulu berasal dari Kincang Sukolilo, bernama Ki Rendeng." Lanjut pak Pri. "Ki Rendeng itu anaknya Prabu Siliwangi yang nyamur lampah sebagai petani, diceritakan, kalau musim kemarau panjang, ke rendeng nggendong kendi ke sawah, air kendi tadi dituangkan dengan berkeliling, akhirnya turun hujan hanya sekitar tanah yang dituangi air kendi tadi", Lanjut pak Sugiono yang duduk disamping saya sambil nyruput kopi jahe bikinan istrinya. Istri pak Sugiono juga ikut dalam acara nyantri ini.
Tepat pukul 12 kami berangkat menuju masjid, kemudian sholat berjamaah, kalau tidak salah 6 rokaat kemudian ditutup dengan witir.
Habis sholat kami diajak berziarah ke makam Kyai Abdurrohman, kami membaca tahlil, yang dipimpin Gus Ridho, yang masih muda, alumni Mesir itu. Kami mengikuti dengan khusuk hingga selesai. Makamnya tampak keramat seperti makam makam wali yang lain.
Abis dari makam masih jam 3 kami kembali ke pendopo Kyai Gun, minum kopi, sambil bercerita hingga dini hari.
"Kyai Abdurrohman itu pernah melakukan puasa tidak makan selama satu tahun, tidak minum selama satu tahun, tidak tidur selama satu tahun, kemudian tahun ke 4 tidak makan, tidak minum, tidak tidur. Kemudian kurang dua hari dikirim makanan oleh putrinya yang juga wali, Nyai Harjo Besari,"Romo kulo aturi dahar, meniko kulo kintun tetedhan." Kata Nyai Harjo Besari yang ditirukan oleh Pak Pri.
Nyai Harjo Besari yang juga wali itu tahu, kalau sampai satu tahun penuh maka akan "muksho".
Kami masih sambil makan kwaci, terbuat dari biji matahari, sambil mendengarkan cerita santri senior. Saya mengagumi kepada beliau beliau ini, orang orang sederhana dari kalangan bawah, mereka sangat takdzim pada gurunya, seolah olah betul betul menjadi santri Kyai Abdurrohman saat itu.
"Kyai Abdurrohman itu tanahnya luas ada 80 kotak", terang pak Giono, seorang santri berasal dari nduyung.
"Tanah tanah itu dibagi bagikan kepada yang bertugas. Menabuh kentongan, yang adzan, yang ngimami, yang memimpin selamatan, dan lain lain. Yang Membantu mengajar dll.", lanjut pak Giono.
Kotak itu satuan ukur yang berlaku didaerah takeran. Saya yang suka pelajaran matematika, tidak pernah mendapatkan keterangan dari guru saya, sejak SD hingga IKIP , tapi nyatanya ada dalam kehidupan kita.
Satu kotak sawah biasanya 100 ru
100 ru = 1400 meter persegi. 1 ru =14 meter persegi. Sebagai pembanding tanah yang saya tempati rumah ltu luasnya 2020 m2. Jadi hampir sama, kurang sedikit.
"Deng.... deng.....deng....", bedug masjid ditabuh, pertanda sebentar lagi akan berkumandang adzan subuh, kemudian kami bergegas ke Masjid untuk menunaikan shalat subuh berjamaah.
Sumber: Priambodo, santri Tegalrejo
Sugiyono, Santri Tegalrejo.
Ceritanya singkat sekali, kelanjutanya dimana?
BalasHapusSoenoto.
Ini sudah dilanjutkan
BalasHapusSukses selalu pakdhe
BalasHapusMatur nuwun Bror
BalasHapusMentab lanjut
BalasHapusSiap
HapusBarokaulloh..... Mugi tambah sukses Dan tambah Amanah Maz..... 👍🙏🙏
BalasHapusaamiin matur nuwun
Hapus