Rabu, 01 Juli 2020

TIMBO GOLEK SUMUR




Abdurrohman seorang pemuda berasal dari Pacitan berangkat ke Surabaya untuk berguru di Ngampel setelah selesai mondok di Ngampel beliau Suwito ke kasunanan Surakarta Hadiningrat ketika beliau mengabdi di kasunanan Surakarta hingga mencapai jenjang karir atau pangkat Adipati sebuah pangkat yang tinggi di waktu itu, Kemudian beliau berfikir kalau Saya mengabdi di sini terus nanti ilmu saya tidak banyak bermanfaat. Kemudian beliau mohon izin untuk berhenti mengabdi di Keraton Surakarta. Saat itu Rajanya Kanjeng sinuwun Pakubuwono IV.

"Kanjeng Sultan kepareng matur lepat nyuwun agunging samudro pangaksami , sarehne sampun sawetawis anggen kulo ngabdi datang Keraton,  kulo badhe nyuwun pamit medal saking kwraton bade nglajengken anggen kulo nglampahi ngilmu kulo". Kata Kyai Abdurohman. 

"Wo iyo, ingsun keparengake",Titah baginda Raja. 

Kemudian Kyai Abdurahman  berjalan menuju  lengkehe gunung lawu untuk teteki.

Setelah itu sowan ke Bupati Magetan nyuwun palilah, saat itu Bupatinya Sosrodipuro , yang memerintah Magetan 1790 - 1825 , untuk mendirikan Pondok Pesantren di Tegal Rejo. 

Begitu penggalan kisah pesantren Tegal Rejo seperti yang dituturkan Kyai Gun kepada saya, ketika saya sowan dirumahnya.  Beliau pernah menantu dari Keturunan Kyai Abdurohman. 

Kepemimpinan pondok ini sekarang dilanjutkan oleh Gus Ridho yang alumni Mesir itu.

Tahun 94 Nenek saya mbah Hj Barokah  bercerita kepada saya bahwa di Tegalrejo Takeran ada Pondok Pesantren sing ngidab ngedabi . Pernah di bom oleh Belanda tapi tidak mempan,  Belanda bingung tidak bisa melihat jalan menuju pondok ini. Hingga akhirnya membiarkan keberadaan Pondok ini. 

Di Pondok ini ada sumur yang kualitas airnya hampir sama dengan zam zam. Kalau nenek saya mengatakan sama dengan  air zam zam.  bisa digunakan untuk  usada orang yang sakit, Kata Nenek. Wallohu a'lam.

Cerita ini saya tulis agar menjadi pengingat ingat saja, untuk saya dan keturunan saya. Semoga suatu saat nanti juga mencari Pondok ini, syukur mau "menimba sumur ngilmu" Tegalrejo.

Umumnya sumur golek timbo, tapi di Pondok ini biar timbo yang mencari sumur. Begitu seperti yang dituturkan Kyai Gun. 
 
Saya berfikir alangkah hebatnya jika itu  terjadi di sekolah saya. Karena kualitasnya,  nanti murid yang datang mencari sekolah saya. 

Tapi apa artinya seorang Suparno,  tanpa kebersamaan dan  dukungan dari semua civitas akademika. 

Perlu hard working, smart working,  compassion, dan endurence dan yàng tidak kalah pentingnya adalah do'a. 

Kerja keras, kerja pintar, menyayangi pekerjaan, ketahanan dan doa. 

Barangkali  ada santri dari Tegalrejo yang berkenaan melengkapi cerita ini saya menyampaikan terimakasih. 

Cerita ini insyaallah berlanjut, tunggu tulisan saya berikutnya.


6 komentar:

  1. Subhanalloh, sebuah cerita reliji yang menginspirasi sekaligus memotivasi untuk semakin dekat kpd Alloh SWT.

    BalasHapus
  2. Alkamdulilah semoga ilmu yang kami peroleh dari guru di sekolah maupun guru diluar sekolah, Alloh selalu melimpahkan rohmat dan hidayah nya bagi kami dan guru guru kami serta menyelamatkan kami,guru guru kami didunia sampai Akhirat nanti Aamiin Yarobal Aalamiin.Jangan lupa untuk mendo'a kan guru guru yang telah mdmberi pada kita ilmu agar ilmu yang kita miliki bermanfaat dunia dan Akhirat.kepada bapak Suparno saya mohon maaf bila kurang berkenan semoga Allah selalu bersama kita Aamiin.

    BalasHapus
  3. Emas dimanapun tetap emas.
    Bapak Suparno meang hebat.

    BalasHapus