Minggu, 05 Juli 2020

Kejujuran anak Juminten

Sumber ilustrasi: www. wowkeren.com




Seperti biasa pasangan suami istri ini selalu bersama-sama kemanapun dia pergi. Pagi tadi sepulang dari masjid untuk menunaikan shalat subuh berjamaah, Juminten juga bersama suaminya.

"Pagi ini kok tidak ada satu bintang pun yang bersinar di langit ya", kata suami Juminten sembari melihat langit di ufuk timur

Yang diajak berbicara tidak menjawab, tapi dia memandang langit sambil mencari-cari jangan-jangan ada satu bintang yang bisa ditunjukkan kepada suaminya. 

"Lha itu  ada satu  bintang disebelah Timur laut, alhamdulillah". Kata suaminya  sambil menunjuk  arah timur laut . Yang diajak bicara masih saja belum merespon. Tidak tahu apa yang ada dihatinya. 

Perjalanan pulang  sampai rumah. 
"Aku masih  ngantuk  mas, kali lain kalau tidur jangan malam malam ya.". Kata Juminten.

"Ya sudah, saya rekom untuk tidur lagi", Jawab suaminya sambil mengikuti dibelakangnya.
"Kalau tidur malam itu trus gak bisa sholat  tahajud, kan rugi". tambah Juminten

"Kamu tahu nggak  kalau sholat subuh di Masjid  kemudian sebelumnya sholat sunah sebelum subuh, maka pahalanya lebih baik dari dunia seisinya", Jelas suaminya yang tadi mengimami sholat subuh.

"Kamu tadi sholat ko'beliyatal subuh apa tidak". 
"Ya..", jawab Juminten singkat.
"Berarti kamu dapat   pajero, dapat perhiasan dan lain lain dunia seisinya, khoiruddunya wama fiha". Tambah suaminya seperti ustad.

"Memang kalau  konsep Nabi,  itu  abis  isak  trus  tidur,  trus nanti jam 02.00 bangun  sholat malam sampai pagi".

"Ya tadi malam agak mikir anak kita, jodohnya kok sulit".
Ya sabar,  yang penting kita sudah melakukan yang  baik,  anak kita itu bagaimanapun juga jujur, ganteng, memiliki sikap santun,  memiliki semangat kerja, memang usahanya sedang sepi karena pandemi corona, ya sabar, wong tidak sendiri saja. Sebenarnya kita itu ibaratnya, yang kita makan itu ya sudah ada  , tidak  habis sebulan, orang orang pada jaman dulu itu  lho, kerja sehari dapat upah, dibelikan beras untuk makan sehari dah habis. Jadi kita harus  banyak bersyukur". Jelas suaminya. 

 "Anak kita itu  kalau disuruh beli apa, harganya berapa,  selalu jujur, Kalau ke tanggapan sound dapat  bayaran berapa, selalu jujur", tambah suaminya merasa kurang meyakinkan penjelasanya. 

Sebenarnya suaminya itu pendiam tapi  disaat Juminten sedih, suaminya bisa bicara banyak juga. Maksud hatinya ingin menghibur istrinya. Yang biasanya  banyak bicara malah Juminten. "Dasar wanita mulutnya dua", kata orang.

 "Anak kita itu penakut ", Sambung istrinya,  wong tadi rekomnya tidur lagi kok malah rapat dinas sambil tiduran.
"Ya bukan penakut wong  ke Trenggalek  malam malam sendiri ya berani,  ke Jogja sendiri nyopir ya  berani, Ke Malang nyopir ya berani , mungkin lebih tepat, pemalu". Sanggah suaminya. 

Suaminya intospeksi apakah salah dalam mendidik  anak , apakah kurang dekat dengan anak,  memang  dulu ketika anaknya. Masih kecil suaminya sering kali berangkat petang,  pulang dah malam. Jadi  berangkat kerja anaknya  masih tidur,  ketika pulang anaknya sudah tidur.  YA Allah..., 

Disamping kerja sebagai PNS, saat itu suami Juminten kuliah lagi di Madiun agar bisa seperti teman temanya,  bisa S1. Kalau dikantornya sebenarnya saat itu yang S1, baru 4 orang,  tapi memang suaminya senang sekolah. Sejak kecil sekolah itu  pekerjaan yang menyenangkan hingga  menamatkan S2 nya dilaluinya dengan penuh perjuangan. 

"Dah mas tak beli sarapan". Pamit Juminten karena sudah jam 06.00.

"Yaa,minta  dicium apa nggak ".

"Iya..."
"Sebelah mana".
"Pipinya".
"Yang kanan po yang  kiri".
"Semuanya". 
"Seger pora".
"Seger "
"Ahhhh lebayyyy...".

Istrinya pergi meninggalkan kamar. Nggak jadi tidur setelah subuh. Biasanya setelah subuh suaminya baca Al qu'ran sedang Juminten memasak di dapur untuk makan pagi tanpa beli. 

Magetan, 6 Juli 2020.















19 komentar:

  1. Singkat,padat,jelas,penuh makna.... menginspirasi untuk lebih dekat dengan anak

    BalasHapus
  2. mantao Pak, semoga kita bisa mengambil hikmahnya

    BalasHapus
  3. Bagus Pak mampir ke blog saya ya

    BalasHapus
  4. Ya.contoh keluarga yang selalu saling mengingatkan...

    BalasHapus
  5. enak dibaca, renyah … kereen

    BalasHapus
  6. Kesederhanaan, kebersamaan,ketaqwaan, perhatian pondasi keluarga bahagia( hikmah dr cerita)

    BalasHapus