Jumat, 03 Juli 2020

11 PRINSIP DAGANG NABI MUHAMMAD SAW






Setiap orang yang berprofesi sebagai pedagang pasti ingin menjadi pedagang yang sukses.  Orang yang beragama Islam sebelum melakukan bisnis perdagangan hendaknya membaca atau mengkaji mengenai prinsip-prinsip berdagang Rasulullah, agar usaha bisnisnya Barokah. Barokah itu adalah mendatang kebaikan mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, keluarganya dan mendatangkan kebaikan kepada pelanggan-pelanggan bisnisnya.

Rasulullah dalam berdagang tidak ada yang dirugikan, yang menjual mendapatkan keuntungan yang membeli juga mendapatkan keuntungan, sehingga sama-sama merasa senang.

Rasulullah mulai berbisnis di usia 12 tahun, ikut pamannya yang bernama Abu Tholib untuk berdagang ke negeri Syam.  Dalam berdagang Rasulullah dimulai dari kecil-kecilan membeli dari pasar kemudian dijual kepada pembeli. 

Jadi untuk  anak muda  yang memulai usaha, mulailah  dari skala kecil. Sehingga kalau rugi  resikonya  ya kecil, sambil  dievaluasi atas tindakan keputusan  yang dilakukan. 

Kalau langsung  besar  biasanya  banyak  gagalnya. Contohlah  pebisnis pebisnis  besar, mereka memulainya  dari  kecil. Chairul Tanjung memulai dari  tukang foto copy, Bob Sadino  memulai dari jualan telur  keliling,  mereka  tidak  malu. Yang penting  halal, tudak mencuri,  tidak  merugikan orang lain.

Berkat kejujur Nabi,  akhirnya ada investor( Khotijah) yang menaruh kepercayaan kepada beliau untuk menjualkan barang barang dagangan miliknya.

Ada 11 catatan prinsip-prinsip  dagang Nabi Muhammad SAW yang bisa  dipelajari oleh anak muda yang memulai bisnis atau berdagang;

1. Shiddiq : Benar. Tak pernah menyembunyikan barang dagangan yang cacat.Kalau cacat ya dikatakan cacat kalau berkualitas ya dikatakan berkualitas.

2 Amanah : terpercaya, jujur, menepati janji, misalnya ada pembeli  yang pesan  dagangan, maka dipenuhinya sesuai dengan pesanan.

3. Fathonah : cerdas , pandai  membaca peluang usaha tanpa menipu. 

4. Tablig : menyampaikan, memiliki kemampuan  negosiasi dengan pelanggan, membangun  komunikasi yang baik, saling percaya, saling menguntungkan.

5. Sopan santun,  menghormati pelanggan. Setiap orang pasti ingin dihornati,  diperlakukan sopan dan santun,  pasti  merasa  senang. 

6.Tidak menjelekkan bisnis orang lain. Biarlah orang lain juga  menjalankan bisnisnya,  dan tidak menjual  barang  dibawah harga pasaran. 

7. Tidak menjual produk buruk . Kalai memilih barang dagangan yang akan dimulai, dipilih  yang  baik-baik  saja, sehingga  barang dagangannya  berkualitas.

8. Tidak mengganggu ibadah.Banyak orang dagang yang kalau barang dagangannya sedang laris dia lupa waktu ibadah. Nabi kita tidak  begitu,  waktunya  beribadah, beristirahat untuk  menjalankan ibadah.

9. Mengambil keuntungan tidak terlalu banyak 

" Sepertiga,  dan sepertiga  itu  sudah banyak".  Begitu sabda nabi  dalam hadis Bukhiri Muslim. Jadi mengambil keuntungan jangan terlalu banyak, agar relasi  kita tidak  rugi. Semuanya beruntung , petani ya beruntung,  tengkulaknya beruntung,  pedagangnya beruntung  dan jatuh ke pembeli  terakhir tidak mahal , atau terlalu mahal.

10.Membayar upah karyawan dengan segera.

"Berikanlah upah kepada karyawan sebelum kering keringatnya ". Begitulah  ajaran agama kita. Jangan malah tidak  dibayar, ditipu. Kasihan, mereka punya  anak istri yang berharap nafkah dari  suaminya 

11. Membayar zakat. Sejatinya berdagang itu pasti kecampuran subhat,  nah itu  dibersihkan dengan zakat. Agar  rejeki yang diterima rejeki yang  bersih 

Dari uraian  di atas  sangat luar biasa, yang  dicontohkan oleh Kanjeng Nabi,  mengenai kejujuran,  integritas, membangun kepercayaan,  membangun komunikasi yang baik,  tidak ada  yang  dirugikan dalam  berdagang,  kedua belah fihak  ridho. Barang barang  yang dijual berkualitas  dan sebagainya. Kalau ini  dilakukan  oleh semua  orang  maka akan  nyaman,  akan tercipta  masyarakat Madani dalam perdagangan, yang pada gilirannya semua sektor perdagangan  akan  surplus,  akhirnya  ekonomi  masyarakat  meningkat.

Saya  pernah menanam ketela,  untuk penanaman saya  mengupah tenaga tani habis  80 ribu,  tahun  2000. Kemudian setelah panen ketela  saya  ditawar  bakul 20 ribu. Dalam  hati saya,  "ya Allah  begitu tidak  menghargainya hasil pertanian". Akhirnya  dari pada  saya kasihkan dengan harga itu, saya  kasihkan Bapak saya  untuk makan ternak  sapi,  agar  sapinya gemuk.  

Mari kita mencontoh Nabi dalam perdagangan dan bisnis agar barokah. Nah sekarang akan membeli hewan kurban, kalau menawar ya  jangan  murah  murah, kasihan  pak Tani  memelihara ternaknya dengan susah payah. Untuk Pak  Tani  kalau menawarkan ya  jangan mahal mahal. Yang penting semuanya  tidak ada yang dirugikan. Bagaimana menurut penjenengan? Boleh  komen sepuasnya.

Magetan, 4 Juli 2020.


Sumber bacaan:

      Economy.okezone.com, 4 Juli 2020, 06.36

      seoanaksholeh.com, 4 Juli 2020, 06.40

      kompasiana.com, 4 Juli 2020, 07.06.



4 komentar: