Sabtu, 13 Februari 2021

Perjuangan meraih mimpi

Selepas SPG saya melanjutkan kuliah  di IKIP SURABAYA jurusan Psikologi Pendidikan  dan Bimbingan. 

Sebelumnya saya tidak pernah menginjakkan kaki ke Surabaya. Maklum bapak-ibuku orang desa yang tidak pernah kemana-mana. Jadi akhirnya  saya tidak ada pengalaman  sama sekali hidup di kota besar.

Ke Surabaya  saya bersama seorang kenalan yang belum akrab,  namanya Kasianto seorang pemuda yang beralamat di desa Jetak, saya menumpang  di rumah kakaknya bersama Kasianto yang juga ikut tes Sipenmaru. 

Pada saat berangkat  tes, perutku mules luar biasa,  sudah tidak ada kepikiran  nanti bisa mengerjakan  tes atau tidak, yang penting  saya bisa segera  dapat wc dan mengeluarkan  hajat  yang saya tahan di bus kota jurusan Kutisari Demak itu. 

Sesampai  di kampus tempat tes, saat itu tempat  tesnya  di  ITS.  Saya langsung  cari WC dan brrrrottt . Alhamdulillah  selamat  plong lega rasanaya. 

Kemudian  saya baru bisa berpikir  menghadapi  tes. 

Singkat cerita saya diterima. Kemudian cari tempat kost di jalan Semut Baru gang II, nomornya lupa.  Saya sudah lega dapat tempat kost  yang dekat  dengan kampus.  Kampusnya berada  di Jl. Pecindilan. 

Satu tahun di situ suka-duka ku alami,  kemudian pindah di pondok  pesantren  yang berada di sekitar  dekat  masjid Ngampel. Pondok Al Ulumus Salafiyah. 

Di pondok  ini saya bertemu  orang-orang  sholih, seperti Bashori, Sholikun, Ahmad Fauzi,  Zainul  Arifin, Haidor,  Muhammad  Fauzi, Dul Jalil , Imam Kurtubi dan lain-lain.
Saya belajar agama,  akhlak dari mereka.

Sedangkan Kyainya,  KH Miftahul Ahyar, yang sekarang Rois Um PBNU, KH Tohir Samsudin, KH Hamid Shirajd (kotib masjid Ampel).  Dan lain-lain. 

Dua tahun saya di sini, jadi kuliah sambil mondok,  yang pernah berkunjung  ke sini teman saya adalah mas Darman. 
Berada di lingkungan pondok di hati  rasanya ayem tentrem.  Kegiatan saya hanya ngaji, dan belajar  ilmu kampus. 

Setelah tiga tahun kuliah  saya tamat, tahun 1989, dan alhamdullilah  lulus terbaik dengan predikat  sangat  memuaskan.  

Kemudian saya dipanggil  oleh dosen pembimbing  saya, Bapak Drs. FX Sumaryono.
"Mas Parno, karena lulus terbaik,  dapat tawaran dari kampus,  ikut pengangkatan  atau transfer  S1." Kata pak FX menjelaskan kepada saya.

"Ikut pengangkatan saja pak," jawabku  tanpa pikir  panjang. 
"Lho nanti tidak menyesal,  ya agak ngoyo sedikit  ikut transfer  S1, mumpung ada kesempatan, " konfrontasi dari pak FX.
"Tidak pak, sapi Bapak saya sudah habis, untuk  biaya kuliah." Jawab saya tegas.

Untuk  kuliah biaya saya berasal dari hasil penjualan sapi  Bapak saya. Bapak saya petani, sambil memelihara  sapi. Tahun 85 itu ada dua indukan sapi dan alhamdullilah  setiap  tahun beranak. Anak- anak sapi itu  yang dijual  untuk  biaya  kuliah saya. 

Kalau liburan semesteran  saya mencari jerami ( damen ) untuk  pakan sapi. Tidak tanggung -tanggung 2 truk.  Bapak saya senang sekali  karena saya bisa bantu  cari pakan  sapi, walaupun uangnya  juga dari ibu saya. 

Setelah tamat  dari IKIP  saya sukwan di SMP1 Sukomoro, honor  saya 10.000. Sementara  ketika kuliah  uang saku saya 30.000. Sebulan. 
Saya tidak berani  minta uang pada Ibu saya, karena saya sudah banyak merepotkan  saat kuliah. Ya cukup tidak cukup 10.000 itu harus dicukupkan untuk  keperluan 1 bulan.

Saya belum berani cari pacar karena keuangan  sangat mepet.  Sebagai pengisi  waktu luang saya banyak berada di Masjid,  setiap hari  tidur  di Masjid, yang kebetulan  berada di depan rumah saya.  Sambil mujahadah. 

Kalau sore mengajar  TPA, santrinya sampai banyak sekali  ada sekitar  30 anak. Ditambah ibu ibu  ada sekitar 20 orang, pemuda  ada sekitar  10 orang. 

Setiap abis magrib saya adakan taklim , akhirnya  pemahaman  agama  masyarakat  menjadi bertambah  baik. Tapi tidak semuanya,  ada yang membalikkan fakta, kaumnya Abdullah bin salul, alias orang munafik.

Mereka  mengadakan konspirasi,  "Masno ke agamane ora podo karo awake dewe." Akhirnya bom waktu tidak bisa dihindari, saya "diadili  secara adat."

Akhirnya  saya tidak mengimami lagi dan saya akhirnya  sakit struk, tidak bisa jalan. 
Saya berobat ke Dr. Bambang Hening Subroto, spesialis saraf , Madiun dàn sembuh. 

Saat itu saya sudah diangkat CPNS (1992) dan punya  pacar. Akhirnya  saya menikah ( 1994) dan meninggalkan  desa itu, ikut di mertua. 

Saya saat itu mengambil  3 keputusan  penting, menikah,  melanjutkan  kuliah,  dan kredit  sepeda motor  baru. Alhamdulillah  semuanya  berjalan  baik-baik  saja dan saya bisa lulus  terbaik  dalam waktu  2 tahun.
Istri saya namanya Siti Nurhasanah, saat kunikahi dia belum lulus kuliah,  baru semester  5 IKIP PGRI Madiun.  Tapi tidak hamil duluan jangan salah sangka, kawan.

Anaknya  cantik, sholihah  menurut  ukuran saya. Tidak banyak menuntut  macam- macam pada saya. Selesai D3 , dia sukwan di MTs.  Tahun 96 Dia melanutkan S1 dan lulus tahun 1998. Selama 12 tahun baru diangkat guru bantu.

Tahun 2008, diangkat  CPNS di SMP 1 Sukomoro, hanya berjarak 4 km dari rumah.  tahun 2011 ikut sertifikasi, tidak lulus. Setiap hari menangis.  Saya jadi bingung. 

Untuk  hiburan  kemudian melanjutkan  S2 dan lulus tahun 2013. Tahun 2014 Dia lulus sertifikasi. Sudah kembali ayem hatinya

Kembali pada Masjid yang saya tinggalkan tadi berangsur -angsur jamaahnya berkurang dan akhirnya sepi. Setelah adik saya besar, dirintis lagi dilanjutkan  oleh adik saya dan sekarang Alhamdulillah  sudah dipugar  menjadi masjid terbaik  di Pojoksari.

Dibawah kepemimpinan  adik saya tidak banyak masalah,  baik-baik saja. 

Ketika belum menikah  antara tahun 1991 s.d 1993 saya merintis usaha kecil-kecilan. Jualan kain dan sepatu, dikirim ke Samarinda. Sekali kirim saya dapat laba 83. 000, saat itu gaji CPNS 78.000.

Disamping  itu juga punya usaha  membeli batu merah  yang masih mentah,  kemudian  saya bakar trus dijual. Saya bisa untung  lipat 2x modal.  

"Ďipecat" dari imam masjid, fokus di dunia bisnis, alhamdulillah  Allah  memberikan  rezeki  yang melimpah,  untuk  ukuran saya. 

Tapi usaha saya tidak ada yang besar, karena mau usaha yang besar, takut, kalau bangkrut, nanti ujung-ujungnya merepotkan orang  tua. Saya tidak suka seperti  itu.  

Kemudian usaha memelihara kambing,  1 bulan sebelum  hari raya  qurban, saya beli kambing jantan yang siap  qurban, sudah powel,  kemudian menjelang  hari raya qurban dijual,  masing  masing  saya dapat untung  25.000. 

Seperti  itu usaha demi usaha saya buat,  sampai jadi MC manten, tukang sablon undangan, jadi pemborong dan sekarang  usaha sound system. 
 Sekarang usaha  sound sistem dipegang  anak saya yang passionnya  memang di situ. 

Kembali  kepada tugas saya sebagai guru,  SK CPNS saya di SMP2 Kawedanan,  dari guru  biasa  hingga jadi wakasek tahun  2008. 
Tahun 2006 saya melanjutkan  kuliah S2 di UNIPA Surabaya  dan lulus tahun 2008.
Tahun 2011 juara guru berprestasi  tingkat  Kabupaten.  Kemudian  tahun 2013 tes Calon Kepala  Sekolah dan lolos. Tahun 2015 saya mengikuti UKG ( Uji Kompetensi Guru)  nilai saya  91.24 akhirnya  saya terpilih sebagai Narasumber  Nasional guru  pembelajar.  

Gara-gara itu saya diklat  di Makasar  2 x  masing- masing 8 hari. Saya naik pesawat  gratis,  tidak mengira  anak SPG bisa naik pesawat.  Pesawat  yang saya pilih adalah  Garuda.  

Tahun 1986 saya baca koran saat itu  Dirut  Garuda  adalah Moehammad Soeparno. Menurut  sang dirut  suparno berasal dari bahasa  sansekerta, artinya adalah Garuda. 

Saya sendiri  pernah baca buku judulnya  burung Garuda,  disitu dijelaskan  burung garuda  dipanah oleh ular Naga mengenai bulunya yang berkilau,   bulu burung garuda  yang berkilau  seperti  emas itu namanya sang suparno. 

Ketika saya jadi  manten, saya mendapat tetenger asma sepuh  Suparno  Muhammad.

Saya jadi narasumber  2 tahun yaitu  antara tahun 2016 hingga  2018. Saya pernah memberikan  diklat  di Bandung  dan Surabaya. Di Bandung  saya naik  pesawat  lagi.  Pesawat  Garuda tentu saja.
Kemudian tahun 2018 mengikuti  diklat  di Bali, naik pesawat  lagi, Garuda.  

28 Februari 2016 , saya  diangkat  sebagai Kepala  Sekolah  di SMP3 Kawedanan. Kemudian bulan Maret  diklat  di Makasar.  Di bulan itu  juga sekolahku dapat proyek  pembangunan  ruang Lab IPA berikut isinya. Jadi mendapatkan keberuntungan yang beruntun. 

Selama  3 tahun saya disekolah  ini dan akhirnya  dimutasi  di SMPN 1 Takeran.  Sekarang saya sekantor dengan mbak Endah Sulistyorini  yang dulu  di SPG pernah satu kelas  selama dua tahun.

Di SMPN 1  Takeran  sudah 2 tahun, suka duka  kualami  di sekolah  berbasis IT  dan agama  ini.  Siapa yang punya ide ini?. Ya saya sendiri. Tahun 2019 setiap sekolah  di Magetan  ini harus punya  brand. Di SMPN 1 Takeran  brand nya adalah Sekolah berbasis Agama, IT, kearifan lokal dan berbudaya lingkungan.  

Mulai tahun 2019  saya melanjutkan  passionku menulis  yang sudah beberapa tahun fakum, tidak menghasilkan  karya tulis. Buku  hasi  karya  saya antara lain;
1. Perjuangan hidupku 2019
2. Masalah BK di Sekolah  2019 
3. Pranatacara dan Pamedarsabda 2019
4. Potensi Desa Pojoksari  2020
5. Catatan harian seorang kepala  sekolah 2020 
6. Catatan seorang Kepala Sekolah  2020
7. langkah Jitu  menjadi penulis hebat  2021
13  Maret 2019 ada wabah corona, saat itu  ASN  bekerja dari rumah. 

Oo iya sobat,  ditempatku yang sekarang saya diberi amanah jadi ketua  takmir  masjid lagi, sejak tahun 2008. Karena Kyai yang lama , istrinya meninggal  kemudian membuat  rumah lagi yang jauh dari Masjid. 
Masjidnya ditinggalkan. 

Akhirnya  berdasar  musyawarah masyarakat  saya yang ditunjuk  untuk  mengurusi  masjid, sebagai ketua Takmir.  Saya ngimami lagi, tapi  saya buat bergantian dengan teman saya Pak Mahmud dan Kang Slamet. 

Kembali pada pandemi corona lagi, 
Waktu  itu banyak saya manfaatkan untuk banyak berdzikir di masjid, terutama  setelah  sholat subuh, hingga matahari terbit  seujung tombak.

Berdasarkan hadits riwayat Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa yang salat Subuh berjemaah, lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian, sholat dua rakaat, ia akan mendapatkan pahala haji dan umroh sempurna (diulang tiga kali)."

Beberapa hari saya lakukan seperti  itu akhirnya  saya dapat hidayah  untuk  menimba ilmu toriqoh. 

Dalam hati saya ada diskusi,

"Lha iya, saya itu suka berdzikir tapi kok tidak ada guru spiritual yang ngajari ini bagaimana?" Pertanyaan  di hatiku.

Kemudian saya ikut torikoh satoriyah di pondok  Tegalrejo. Di sini diwejang ngelmu sepuh, ngelmu sangkan paraning dumadi dan amalan dzikir. Dengan ini menambah mèneb hati saya. Dan sholat saya bertambah kusuk, demikian juga ďzikir saya. 

Demikian  kawanku semua cerita  perjuanganku selepas SPG, berjuang mengejar  mimpi, karena hidup  itu  adalah perjuangan yang harus dimenanngkan. Agar mimpinya bisa diraih.

Percayalah siapa yang menolong agama Allah pasti akan ditolong  oleh Allah, sebaliknya  siapa yang memusuhi orang-orang yang memperjuangkan agama Allah,  hidupnya  pasti hancur  baik di dunia maupun di akherat. 


Magetan,  14 Februari 2021



















12 komentar:

  1. Cerita perjuangan luar biasa. Dinamika hidup yang sungguh menarik. Terima kasih inspirasinya Pak KS

    BalasHapus
  2. Saya terima kasih Mas Doktor sudah berkenan mampir.

    BalasHapus
  3. Subhanallah walhamdulillah walaillaha illalloh Allahuakbar laakhaula Wala quwwata illa billaah

    BalasHapus
  4. Selalu menginspirasi.
    Terus berkarya, pak.

    Oh, ya, bukunya mau dong :)

    BalasHapus
  5. Bagus sekali cerita liku hidupnya. Yg penting Happy Ending....
    Sama-2 di Sursbaya tetap saja dr SMP blum pernah berjumpa.


    Terus berkarya semoga selalu sehat d goid luck. Allah memuliakan kita semua.Aamiin.

    BalasHapus
  6. terima kasih mbak Niken yang baik hati, insyaallah terus berkarya

    BalasHapus