Sabtu, 13 Februari 2021

Hidup itu perjuangan yang harus dimenangkan

Di grup alumni  SPG  saya mempengaruhi  teman-teman  untuk  bercerita  pengalamannya  selepas SPG  , mereka berada di pedalaman Kalimantan,  Sumatra,  dan sebagian besar  di tanah Jawa. 

Cerita itu dituliskan di grup, kemudian saya salin di blog dengan sedikit  pembenahan diksi kata katanya. 
Kisah itu  saya tuliskan kembali,  insyaallah  nanti jadi  buku.

Rata rata mereka orang yang mau membaca, apalagi membaca kisah perjuangan teman temannya  yang dulu pernah bersama duduk di bangku  SPG.

Kebanyakan di antara mereka adalah anak orang tidak mampu atau paling baik, sedang secara ekonomi. Justru dalam kondisi ketidak mampuan ekonomi  itu yang menjadikan cambuk  bagi mereka untuk kerja keras, belajar keras dan rajin ibadah. 

Mereka bisa bereksplorasi  ditengah  sulitnya  hidup  di pedalaman  Kalimantan. 

Mereka adalah anak-anak yang hebat. Walaupun tidak terbaik dikelasnya, tapi mampu terbaik di medan  kerjanya.

Saat itu  untuk  bisa masuk  SPG memang sulit,  artinya  dengan saringan tes yang ketat. Jadi yang bisa diterima di SPG adalah anak-anak cerdas dari desa. 

Sejak diterima  sebagai pelajar SPG, teman-teman  di desanya memanggilnya "ru", artinya guru. Entah itu sebagai ejekan, cacian atau sebuah  penghormatan  saya tidak tahu isi  hatinya. 

Bagi kami yang jelas  panggilan itu  kurang nyaman.  Iya kalau  nanti bisa jadi guru  beneran,  artinya  setelah tamat  SPG diangkat  jadi guru. Kalau tidak, apakah tidak malah menjadi beban dalam hidup kami. 

Karena tidak semua kami, diangkat  menjadi guru,  ada yang bekerja di pabrik,  ada yang jadi Tentara, Polisi, Dosen,  wiraswasta dan lain-lain.  Sudah barang tentu  sebagain  besar diantara kami menjadi guru. Karena sekolahnya  sekolah guru. SPG.

Demikian tulisan saya hari ini, hanya  untuk pengingat  saja, hari ini adalah hari ke 14 isolasi mandiri  saya,  saya alhamdulillah  tambah  sehat, makan sudah banyak, sudah tidak  ada keluhan,  olahraga  ringan  saya lakukan  setiap  hari  dengan dipandu  Instruktur  hebat, bu Parno. 

Magetan  14 Februarai  2021




9 komentar:

  1. Mengenang kisah perjuangan itu menggembirakan. Bisa meningkatkan imun. Semoga semakin sehat Pak KS.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah mas Doktor Naim, kesehatan saya bertambah saja baiknya. Penjenengan jaga kesehatan lho mas, saya telah lengah, semoga tidak terulang kenbali.

    BalasHapus
  3. Alhamdulilah senasib sekah Guru dan hari kita tetap semangat bahagia walau sama2 isolasi mandiri. Sy hari ke 6. Tetap jaga Imun makan bergizi dan berjemur antara jam 9-10 pagi. Smg kita sgr terlepas covid-19. Aamiin YRA

    BalasHapus
  4. alhamdulillah cak, saya sudah harinke 14, sabar ikriar, tawakal insyaallah lulus cak

    BalasHapus
  5. Tetap semangat bapak dan semoga segera pulih kembali

    BalasHapus
  6. Terima kasih Bu, sudah berkenan mampir

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah sdh tambah sehat...ya?
    Terus meningkatkan kwalitas kesehatan. Patuhi advice dokter terus semangat...


    Sahabatku...
    Mantan Muridnya bapak ku...
    Semoga selalu dlm Rahmat dan HidayahNya.

    BalasHapus
  8. Terima kasih mbak Niken yang baik hati

    BalasHapus