Sabtu, 27 Februari 2021

Membaca adalah nafasku, menulis adalah jantungku

Hampir  saja kemarin aku kehilangan ide untuk  menulis,  sampai sore pukul  16.00 belum menulis. Aku hanya membaca koran Jawa Pos hari itu. Beritanya  tentang pelantikan  para pemimpin baru, Bupati dan wali kota. 

Aku tertarik  menulis tentang mas Gibran  yang baru dilantik langsung  blusukan mengunjungi pasar Gede,  bertemu dengan para pedagang pasar dan beliau  mendapatkan  hadiah payung  cantik  dari warganya. 

Maka aku menulis tentang  semangat  para pemimpin baru ( lihat  di tulisan saya sebelumnya).

Jadi dengan membaca aku bisa mendapatkan  ide baru.   Bagi saya membaca adalah nafasku,  baik membaca buku,  koran , Qur'an  maupun  membaca tulisan  kawan kawan guru blogger  yang aku bergabung  di dalam grup  menulis. 

Sedang menulis adalah jantungku. Jantungku  bisa  bergerak  karena dipasok  oksigin  dari hasil  bernafasku.  Jantungku memompa darah yang berisi makanan  untuk  didistribusikan  ke seluruh  tubuhku.
Maka aku sehat.  

Demikian juga  menulis  adalah mendistribusikan pemikiran dan pengetahuan kita, yang akan mencerahkan  orang lain  , akan menambah wawasan orang lain. Akan meningkatkan  pengetahuan  orang lain. Maka inilah  pentingnya  literasi  dibudayakan  dalam kehidupan  masyarakat.

Kalau Omjay  ( Wijaya Kusumah ) mengatakan, membaca adalah makananku dan menulis adalah minumanku.  Beliau begitu  sukanya membaca dan menulis,  
Aktivitas membaca dan menulis selalu di lakukan setiap hari. Semoga itu dilakukan juga buat anda yang mengaku sebagai masyarakat berpengetahuan.

sehingga  kalau tidak, maka akan merasa lapar dan haus. Kalau nggak ada makanan dan minuman  beliau jalan-jalan maka ide menulis itu pasti dijumpai. 

Tulisan  tersebut  menggambarkan  pentingnya  membaca dan menulis. 

Kalau  Dr. Ngainun Naim ,  menulis itu  seperti  jarum jam yang tidak pernah  berhenti  selama  24 jam, akhirnya  bisa menunjukkan waktu.  

Jam dinding menurut mas Doktor ( panggilan  akrab  saya) memiliki  filosofi  kesetiaan,  selama  24 jam jarumnya  terus berputar,  dilihat  atau tidak dilihat  orang. 

Jadi menulis itu sebaiknya  dilakukan secara  terus menerus baik dibaca maupun tidak dibaca orang , entah diapresiasi atau tidak. Pokoknya menulis  terus. Apresiasi  akan diberikan  karena kita terus menulis.  (Naim, 2021,82)

Jadi menulis  yang baik  adalah setiap  hari,  maka kualitas  tulisan  kita akan berkembang  menjadi  lebih bermutu.  Karena menulis itu  bukan  bakat  akan tetapi  adalah ketrampilan. 

Semakin sering menulis maka akan semakin  berbobot  tulisan  kita. Akan tetapi semakin lama tidak menulis akan semakin merosot  kualitasnya. 




Sumber bacaan: 
http://belajarmenulisbersamaomjay.blogspot.com/2021/02/membaca-adalah-makananku-dan-menulis.html

Ngainun  Naim, Menulis itu mudah, 40 jurus  jitu mewujudkan karya, Lamongan: Kamila Press, 2021






1 komentar: