Hari ini saya ke dokter Gigi, sejak kemarin malam gigiku sakit. Sebenarnya tidak berlubang, atau bagaimana, tetapi sudah goyang dan sakit.
Kemudian saya memutuskan untuk dicabut saja daripada nanti kambuh lagi, yah karena sudah berusia 54. Selama itu pula Gigiku terpakai, kalau tidak dirawat dengan baik tidak sampai selama itu pasti sudah berlubang.
Saya melihat ada beberapa temenku yang giginya tinggal sedikit, tapi ada juga yang giginya masih lengkap. Luar biasa, pasti dia seorang yang rajin dan disiplin gosok gigi.
Biasanya anak-anak itu kalau diarahkan gosok gigi malas, akibatnya dikemudian hari, masih muda giginya sudah bermasalah.
Biaya cabut gigi mencapai 180.000
Kalau pasang gigi baru mencapai 1 juta per gigi, brarti kalau gigimu masih 34, sama saja punya uang 34 juta. Mahal ya...
Saya berpikir, orang itu kalau sudah tua Allah akan cabut kenikmatan kenikmatan yang diberikan padanya. Dikasih gigi lengkap itu adalah kenikmatan, suatu saat nanti pasti tanggal satu persatu. Dan itulah berarti berkurangnya kenikmatan dari Allah.
Saya tidak tahu nanti sampai umur berapa Allah memanggilku, diusia 54 tahun sudah berkurang 5 gigiku. Mataku sudah plus 2, jadi harus pakai kacamata untuk bisa membaca. Kolesterolku sudah 216 , yang merupakan akumulasi atas apa yang saya makan selama 54 tahun ini.
Yah, jalani saja sisa usia yang ada dengan memanfaatkan untuk kebaikan yang saya mampu. Senyampang masih bisa melakukan pilihan. Suatu saat kalau sudah meninggal tidak ada pilihan lagi. Sudah tak bisa melakukan apa-apa, hanya memetik buah tanaman yang kita tanam ketika masih hidup.
Yah tulisan ini itung itung mengingat kematian, karena ingat kematian itu baik, kalau kita ingat kematian sehari semalam selama 20 kali maka akan dijamain masuk surga.
Orang yang banyak mengingat kematian oleh Nabi Muhammad saw dikatakan sebagai orang yang paling cerdas,
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam hadits lain, menurut Syekh Nawawi, Nabi Muhammad Saw juga bersabda, “Hendaklah kamu di dunia ini seolah sedang menjadi pengembara, bahkan menjadi orang yang melewati jalan, dan anggapkan kamu sebagai penghuni kubur.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Majah dan Ibnu Umar)
Mengingat kematian, menurut Imam Al-Ghazali, dapat pula mengobati jiwa yang sakit, menyegarkan spiritual yang letih, serta membangun kembali kekuatan dan energi batiniah yang tidak berdaya. Maka semakin banyak mengingat kematian, semakin meningkat pula ketekunan dan optimisme dalam melaksanakan hak-hak Allah SWT, di samping semakin ikhlas dalam beramal.
Sudah pukul 21.00 saya dipanggil masuk untuk diperiksa pak Dokter, selama 20 menit saya ditreatmen dan selesai.
Tak lupa diantar istri yang selalu setia bersamaku ke manapun aku mau.
Terima kasih ya Mi. Met malem.
Senin, 21 Desember 2020.
Sumber bacaan:
https://m-akurat-co.cdn., 21 Desember 2020; 20.37.
https://m-republika-co-id;21 Desember 2020, 20.35.
siap
BalasHapus