Senin, 21 Desember 2020

Kenikmatan yang terkurangi

Hari ini  saya ke dokter  Gigi,  sejak kemarin malam  gigiku sakit. Sebenarnya  tidak berlubang,  atau bagaimana, tetapi sudah goyang dan sakit.  

Kemudian saya memutuskan untuk  dicabut  saja daripada  nanti kambuh  lagi,  yah karena sudah berusia  54. Selama  itu  pula  Gigiku terpakai,  kalau  tidak dirawat  dengan baik tidak  sampai  selama  itu  pasti  sudah  berlubang. 

Saya melihat  ada beberapa  temenku  yang giginya tinggal sedikit,  tapi ada juga yang giginya  masih lengkap. Luar biasa,  pasti dia seorang yang rajin dan disiplin  gosok  gigi. 

Biasanya  anak-anak  itu  kalau  diarahkan  gosok gigi  malas, akibatnya  dikemudian hari,  masih muda giginya  sudah bermasalah.  

Biaya  cabut  gigi mencapai 180.000
Kalau  pasang  gigi  baru  mencapai  1 juta  per gigi,  brarti  kalau  gigimu  masih  34, sama saja punya uang 34 juta.  Mahal ya...


Saya berpikir,  orang  itu  kalau  sudah tua Allah  akan cabut  kenikmatan kenikmatan  yang diberikan  padanya. Dikasih gigi  lengkap itu adalah kenikmatan,  suatu  saat  nanti  pasti tanggal satu persatu. Dan itulah  berarti  berkurangnya kenikmatan  dari Allah. 

Saya tidak  tahu  nanti  sampai  umur  berapa Allah  memanggilku,  diusia 54 tahun  sudah  berkurang  5 gigiku.  Mataku  sudah plus 2, jadi harus  pakai  kacamata  untuk  bisa membaca. Kolesterolku sudah  216 , yang merupakan  akumulasi  atas apa yang saya  makan  selama  54 tahun  ini. 

Yah, jalani saja sisa usia  yang ada  dengan  memanfaatkan  untuk  kebaikan  yang saya mampu.  Senyampang  masih  bisa  melakukan  pilihan.  Suatu  saat  kalau sudah meninggal  tidak ada pilihan lagi. Sudah tak bisa melakukan apa-apa,  hanya  memetik  buah tanaman  yang kita tanam  ketika  masih hidup.  

Yah  tulisan ini  itung  itung  mengingat  kematian,  karena ingat  kematian  itu  baik, kalau  kita ingat  kematian sehari  semalam  selama  20 kali  maka akan dijamain  masuk  surga. 

Orang yang banyak mengingat kematian oleh Nabi Muhammad saw dikatakan sebagai orang yang paling cerdas,

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam hadits lain, menurut Syekh Nawawi, Nabi Muhammad Saw juga bersabda, “Hendaklah kamu di dunia ini seolah sedang menjadi pengembara, bahkan menjadi orang yang melewati jalan, dan anggapkan kamu sebagai penghuni kubur.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Majah dan Ibnu Umar)

Mengingat kematian, menurut Imam Al-Ghazali, dapat pula mengobati jiwa yang sakit, menyegarkan spiritual yang letih, serta membangun kembali kekuatan dan energi batiniah yang tidak berdaya. Maka semakin banyak mengingat kematian, semakin meningkat pula ketekunan dan optimisme dalam melaksanakan hak-hak Allah SWT, di samping semakin ikhlas dalam beramal.

 Sudah pukul 21.00 saya dipanggil  masuk  untuk  diperiksa  pak Dokter,  selama  20 menit saya  ditreatmen  dan selesai.  

Tak lupa diantar  istri yang selalu  setia  bersamaku ke manapun aku mau. 

Terima  kasih  ya Mi. Met malem.


Senin, 21 Desember  2020.


Sumber bacaan:

https://m-akurat-co.cdn., 21 Desember  2020; 20.37.

https://m-republika-co-id;21 Desember  2020, 20.35.




1 komentar: