Senin, 15 Maret 2021

Sepatu Bata, sepatu pertama pemberian ayah

Ketika aku kelas 1 SD , sekolah tidak memakai sepatu, memakai sandalpun  tidak. Tidak ada pakaian seragam, berpakaian bebas. Yang penting berpakaian.

Guru  guru juga tidak memakai pakaian seragam. Karena kondisi ekonomi saat itu masih sulit. Kesejahteraan  guru dengan petani  yang benar benar  punya  sawah luas, masih kalah. Itu terjadi sekitar tahun 1970 an.

Kesejahteraan  guru membaik  ketika  mulai Presiden Gusdur hingga sekarang (  mulai  2006 ) hingga  Presiden Jokowi ada tambahan  TPP Tunjangan  Pendapatan Profesi yang nilainya satu kali gaji pokok. 

Saat itu murid  murid SD dihimbau  memakai  sepatu. 
"Pak aku minta dibelikan sepatu, teman-temanku sudah ada yang dibelikan."
"Iya nanti kalau Bapak sudah punya uang  ya."
Saat itu aku kelas 2 SD. Melihat  temanku memakai  sepatu  itu kelihatan  gagah sekali. Walaupun  warnanya  putih semua. Sepatu itu  dikenakan saat upacara.
"Nanti sore pulang sekolah  ikut saya ya"
"Kemana pak?"
"Beli sepatu. "
Berbunga  bunga rasanya aku akan dibelikan sepatu. Maka kira kira pukul 14.00 aku diboncengkan  Bapak naik sepeda ke Ds. Tinap.  Sebuah  desa Kecamatan  yang disitu  ada Toko besar. Toko Pak Sukiran. 

Orangnya  gendut  perutnya buncit, Dialah pemilik  toko terbesar  di Pasar Tinap waktu  itu.  

Sepanjang  perjalanan  tidak ada dialog  dengan Bapak  karena kami sama sama  pendiam,  tidak banyak bicara. 
Bapak kalau naik sepeda  jalannya tidak lurus, karena kurang  tegen. Tidak tahu sejak  kapan Beliau  bisa naik Sepeda. 

Saya tidak pernah  melihat,  ibuku  diboncengkan  naik sepeda.  Mungkin itu  tadi alasannya,  tidak tegen , ibuku takut  terjatuh.

Sampailah  di Toko  pak Sukiran.
"Berapa  harga sepatu  ini pak?" Tanya Bapakku  pada pak Sukiran.  
"Kamu sudah senang apa belum dengan sepatu  ini?"
"Iya sudah Pak"

Jadilah  sepatu  itu  dibeli Bapak.  Kemudian kami  pulang  dan keesokan  harinya  kupakai  ke sekolah. Warnanya  putih,  tidak  ada warna lain  sebagai pilihan. Mungkin sama saja dengan jamannya  saat itu  hidup  belum banyak  pilihan. 

Magetan 15 Maret  2021

1 komentar: