Minggu, 21 Maret 2021

Ada yang terselip dalam cerita

Malam  ini tidak hujan seperti  biasanya,  atau mungkin karena hujannya  sudah  mendahului  tadi siang. Sehingga  perjalananku pulang dari masjid agak santai.

Hampir  satu bulan  ini aku bersama  jamaah  sholat  di Masjid. Bu Parno  sering  ikut berjamaah  di Masjid. Sepulang dari masjid, kami duduk- duduk di kursi yang sebenarnya  sudah reyot dan tepos. Bukan karena diduduki  oleh tamuku  yang gendut  atau bagaimana,  tetapi karena sudah tua. Sudah 16 tahun usianya.  

Dari dalam saya pantek  menggunakan  kayu usuk, sehingga  secara teknis menjadi  lebih kuat.  Segemuk  apapun  tamuku, tidak takut  bokrak. 

"Mas aku benar-benar  sudah sehat,  aku berkeringat,  seperti  biasanya.  Bukan keringat  dingin  tetapi  keringatnya orang sehat."  Pasca merawat aku istriku juga sakit,  bukan korona,  Dia alergi  obat, badannya menggigil,  jantungnya berdebar dll.

"Ya syukurlah, alhamdulillah",  Saya pandang wajah istriku  yang mulai menginjak  usia 50 tahun itu,  tapi masih kelihatan  cantik,  saya mengatakan seperti  RA. Kartini. Lebih-lebih  sekarang  lebih gendut,  karena tidak  kontrol  pola makan. Tetapi tidak termasuk  obesitas.
Yang penting sehat, dalam masa pandemi seperti  ini harus makan banyak, itu keyakinannya. 

"Orang itu  ketika  diberi  sakit,  diberi masalah, kemudian  bisa keluar  dari masalahnya, maka bersama  itu  dia mendapatkan hikmah( ilmu)  yang luar biasa , yang tidak  didapat  di bangku  sekolah. Itulah  Universitas  Kehidupan."

"Iya betul mas, ini baru ku katakan,  ketika aku merawat  penjenengan  hari ke dua, aku sholat  dan berdoa  sambil  menangis. Ya Allah  aku merasa  tidak mampu membesarkan dan mendidik  anak-anak  jika tidak  bersama  suamiku, berilah suamiku  sembuh,  berilah  suamiku umur panjang." Cerita  bu Parno  sambil  melepas mukenanya.

"Saya mengamalkan  amalan  dari Tegalrejo,  kemudian  membaca  alfatihah  41 kali, sejak abis isak  sampai waktu  tahajud.  Sampai  tubuhku seakan melayang. Mataku berkurang.  Kemudian paginya  aku masuk angin  , saya suruh ngeroki  Indun." Lanjutnya.  Baru setelah 2 bulan sembuh,  dia bercerita. 

"Iya memang  setiap  anggota  tubuh kita memiliki  haknya  masing-masing,  tubuh kita  perlu  istirahat,  mata  perlu tidur, kalau  lapar perlu  makan dsb." Jawabku mengimbangi diskusi  malam ini. 

Kecuali  para Wali,   beliau bisa kuat  sholat  semalam suntuk,  membaca  Al Qur'an sepanjang  malam,  dan lain-lain  hal. Kita ini  orang-orang  biasa,  yang kuatnya  sedikit,  lemahnya  yang banyak. Lebih-lebih  urusan shalat  di Masjid,  puasa,  membaca  Al Qur'an dan lain-lain. Subhanallah. Lemah!
Karena imannya  lemah.

Saya kadang-kadang  melihat,  ada orang  mampu dzikir  yang panjang  selepas sholat, hidupnya sederhana , mereka telah diberikan  hikmah. Memberikannya hikmah  itu antara  lain lewat cobaan  hidup, sakit, miskin, menderita  , lapar, serba dalam keterbatasan  dan sebagainya. Akhirnya  menempa  hidupnya, mengasah  kecerdasan spiritualnya  sehingga  memuncak kepasrahan pada Tuhannya.  Notog keingindekatannya pada Tuhannya,  akhirnya  menafikan segalanya. Sehingga kebahagiaan nya adalah bermesraan dalam dzikir dengan Tuhannya.

" Ngantuk ..."  Dia menguap tanda ingin mengakhiri  diskusi. 
"Ngantuk  ya tidur  , itu sinyal  anggota  tubuh kita,  niatkan nanti  malam bisa  bangun malam tahajud,   mendoakan anak kita,  besuk siang Dia pengumuman  SNMPTN,  semoga  berhasil  bisa diterima  sesuai  dengan pilihannya."

"Iya mas, semoga bisa diterima,  anak kita itu  usahanya  luar biasa.  Katanya hasil itu  tidak mengkhianati usaha." 

"Iya semoga begitu."

Sebenarnya  waktu baru  menunjukkan pukul 21, tapi pasangan  paruh baya itu  menuju peraduan, agar nanti malam  punya kekuatan.


Magetan,  21 Maret  2021


5 komentar:

  1. Romamtis sekali.. Semoga langgeng terus. Pesannya dalam sekali. Harus jaga kesehatan dan harus pandai bersyukur. Kerenn endingnya.

    BalasHapus
  2. Terima kasih bu Aam yang baik hati

    BalasHapus
  3. Hermin 21 Maret 2021
    Pasangan sangat harminis. Aku jadi iri karena dari dulu aku nggak perna merasakan huhungan penuh kepedulian satu sama lain.

    BalasHapus
  4. Terima kasih sobat, dimulai dari diri sendiri untuk peduli insyaallah dia akan baik. Kalaupun tidak baik, kita tidak rugi.

    BalasHapus