Rabu, 20 Januari 2021

Catatan Kang Woto dalam Kepemimpinanya

            Oleh : Suparno,  S.Pd.,M.Pd
                Kepala SMP 1 Takeran 
Judul buku : MENJAHIT  MIMPI  RAKYAT 
Penulis: Dr.Drs. Suprawoto, S.H.,M.Si
Penerbit: Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten  Magetan 
Cetakan pertama,  Agustus 2020
Tebal buku: 294  halaman
Harga: 

Beberapa  hari yang lalu saya dapat hadiah buku dari Bapak Bupati Magetan. Bukan saya saja yang mendapat  tapi semua  Kepala Sekolah  SMP se-Kabupaten  Magetan.

Bagi saya hadiah terbaik  adalah buku, lebih-lebih  dari penulis  ternama seperti  bapak  Dr. Drs. Suprawoto,S.H.,M.S.i yang akrab dipanggil  Kang Woto  ini.

Buku ini  merupakan  catatan  Kang Woto  dalam kepemimpinanya. Beliau  seminggu  sekali  menulis  di harian  pagi Jawa Pos.

Di Caver depan buku  ini tertuliskan "Jangan sampai anak cucu kita nanti, menanyakan apa yang telah kita kerjakan hari ini. Kerjaan  yang terbaik bagi keluarga,  masyarakat,  dan negara. Biarkan sejarah mencatatatnya."

Di bagian  awal  ada sambutan  dari  Dr. H. Sukarwo yang akrab dipanggil Pakde Karwo, dalam sambutan  itu  hanya  satu  halaman, tapi semua  kalimatnya padat bermakna. 

Dalam sambutan  itu Pakde Karwo menulis, bahwa Suprawoto  adalah sosok yang kalem, beliau  merupakan orang yang Inovatif.  Itu  kunci yang mengantarkan puncak karirnya, menjadi Sekjen  Kominfo. Sekarang  beliau  mengabdi  di kampung halaman menjadi  Bupati Magetan. 

Satu  yang  menjadi pembeda  dengan kepala  daerah yang   lain adalah kesukaannya menulis. Sesibuk apapun Suprawoto masih menyempatkan untuk menuangkan  pikirannya dalam tulisan. Catatan  beliau  lugas dan solutif.

Di alinea ke tiga  pakde mengatakan,  Bila ingin belajar  banyak dengan perkembangan Kabupaten Magetan cukup  membaca catatan Kang Woto yang berjudul  Menjahit  Mimpi  Rakyat. 

Kata pengantar  berikutnya  ditulis  oleh Dr. Suko Widodo, M.Si. seorang  pakar komunikasi politik  Unair.

Beliau menulis. Kemampuan  menulis selalu seiring  dengan kemampuan  membaca. Tradisi  membaca itulah  yang menjadikan mas Pra sebagai sosok pembelajar. Dari  kesediaan belajar itulah,  mas Prawoto memiliki  kejernihan berpikir dalam melihat  kehidupan.

Tulisan  Mas Pra mudah dicerna,  dengan bahasa  sederhana,  jauh dari teori  yang ndakik-ndakik.

Bupati yang mampu  dan rajin menulis artikel adalah sesuatu yang langka.  Bukan hanya langka  di Indonesia,  bahkan  di dunia.

Direktur  Jawa Pos  Radar  Madiun,  Ari Sudanang  juga menulis yang tidak jalah serunya dalam buku ini. 

Pandemi memang bak ombak besar menerjang  berbagai sendi kehidupan. Namun kata sebuah  pepatah: tempatnya, perjuangan,  dan kerja  keras  melewati  badai adalah guru  bijak  yang akan melahirkan murid tangguh. 

Tak ada nahkoda  tangguh tanpa catatan  kepayahan. Tanpa badai, tak ada pelaut  ulung. Sebab, perahu  tidak diciptakan bersandar  di pelabuhan. Tapi untuk  mengarungi  luasnya  samudra. 

Dan Nahkoda  tangguh itu kini tengah berlayar di Magetan.  Agar perahu  tidak salah arah,  sang nahkoda Suprawoto,  memetakan  wilayahnya lewat buku Menjahit  Mimpi  Rakyat. 

Seperti  yang dikatakan  Pakde,  bahwa tulisan Kang Woto lugas dan solutif,  hal  ini seperti  yang ditulis dibuku  ini, pemikiran  Beliau setiap  rumah  sakit memiliki  centre excellence atau unggulan, misalnya  di RSUD Magetan  untuk  Ibu dan Anak, di RSUD Ngawi untuk  jantung,  Kabupaten  Madiun syarat,  RSUD Ponorogo  Bedah, dsb. 

Sehingga nantinya  kalau  ada masyarakat yang memerlukan pelayanan  subspesialis tidak perlu  ke Surabaya ( hal. 3)

Misalnya lagi penempatan  bidang Pariwisata dari dinas pariwisata dab kebudayaan di Sarangan,  sehingga  setiap  persoalan yang kecil  saja sudah diketahui  sejak awal dan akan segera mendapatkan penanganan yang semestinya. (hal.7)
Dan di setiap  bagian dari buku  ini selalu  begitu,  lugas dan solutif. 

Saya sangat menikmati membaca bagian demi  bagian buku ini, menyerap bagian-bagian yang saya butuhkan.

Di buku  ini pemikiran  penulis  untuk  membangun  Magetan semuanya  ada di sini seperti  membangun  dan menata Sarangan  yang merupakan  ikan Magetan. Penulis mengibaratkan kita memiliki  gadis yang sebenarnya cantik, namun belum di make over seperti  kalau  kita lihat  di TV. ( hal.24)

Yang paling saya  senangi dari buku  ini adalah  ajakan menulis,  karena sejak kecil  saya senang  menulis,  tapi tidak tahu  manfaatnya.  Saat  itu  yang saya tahu dapat Hr dari  majalah.  Di buku  ini tidak sekedar  itu, dengan menulis  nama kita akan dikenang  sepanjang  masa, dengan menulis  karir  kita  akan bagus  seperti  Pak Anton Tabah  walaupun tidak dari akademi  kepolisian  tetapi bisa  menjadi Kapolres,  yang seharusnya itu  jobnya  alumni  Akademi Kepolisian. Karena tulisan  beliau  yang selalu  membela polisi  dan pengaruh tulisan  beliau yang mencerahkan .  ( hal.87).

Ibu Kartini  itu  hebat karena tulisannya,  oleh sebab  itu  kemudian  dikenang  sepanjang  sejarah.  

William  Shakespeare yang menulis  roman antara  1591-1595 Romeo dan Juliet sampai  dengan sekarang namanya  tetap  dikenang  karena tulisannya. 
Sastrawan kondang  Pramoedya Ananta Toer, "Orang  boleh pandai  setinggi,  tetapi selama ia tidak menulis,  ia akan hilang di dalam masyarakat  dan dari sejarah,  Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Oleh  sebab itu, sekarang  mari  kita menulis. (hal.89)

Di halaman 149, memilih  kuliah,  penulis menceritakan  strategi  memilih  perguruan  tinggi hingga  memilih  fakultas  di perguruan  tinggi  itu. Dimulai  dari cerita melanjutkan  kuliah di SKY University  yang merupakan  Universitas  Top di Korea Selatan. 

Universitas  ini masuk di bawah 100 Universitas terbaik  dunia versi  QS World  University Rankings. Sedangkan Universitas  terbaik Indonesia masih di atas ranking 600.
Calon mahasiswa  yang gagal masuk PT ini ada yang sampai  bunuh  diri. 

Yang menarik  lagi keluarga  menengah  di Korsel , hampir  tiga perempat  gajinya untuk  pendidikan  anak-anaknya. (hal 150)
Hal ini betapa  menunjukkan  orang-orang di sana  menempatkan  pendidikan  sebagi investasi terpenting  di sana. 

Berdasarkan  pengalaman  penulis  memilih  perguruan  tinggi, maka kalau bisa diterima di perguruan  tinggi  Top sesuai keinginan  alhamdulillah,  namun sebaliknya  kalau  seandainya  tidak diterima  di Universitas  dan fakultas  mainstream bukan kemudian  kiamat  dan lantas bunuh  diri. Evaluasi  kemampuan  dan persiapan lebih baik 

"Luwih becik  dadi ndas pitik  tinimbang dadi buntut gajah." Lebih baik  menjadi  mahasiswa  perguruan  tinggi  menengah namun menjadi  mahasiswa  teladan dari pada nanti tidak selesai di universitas  top misalnya. 

Kalau ada perguruan  tinggi yang cukup  baik  di daerah,  mengapa tidak kukiah di daerah. Nanti bila melanjutkan bisa ke luar, malahan  ke luar  negeri. ( hal. 153).

Dalam buku  ini juga ada tulisan  menggunakan bahasa  Jawa, seperti  Nulis nganggo basa Jawa (pranyata luwih angel. Ora percaya?) ( hal. 167)
Kemudian dongeng  Kancil  ( hal.173).
Hebatnya  lagi penulis mengajarkan  kepada  anak-anaknya untuk  menggunakan  bahasa Jawa dalam  komunikasi  keluarga,  walaupun penulis dan anaknya  memiliki  pergaulan  tingkat  internasional. Karena  penulis  berpikir  ditakdirkan  sebagai  orang Jawa. ( hal. 176)

Selanjutnya  silahkan  menikmati sajian  dalam  buku  ini  seperti  minum secangkir  teh, secara keseluruhan buku ini adalah seteko  minuman yang menginspirasi  , memotivasi dan membuka wawasan . Satu  cangkir  kita sruput habis, kita tuangkan lagi dari teko sambil  kita serap makna  mulia  yang terkandung  di dalamnya. 

Segera  miliki  buku  ini, baca dan serap  maknanya selanjutnya  diterapkan  dalam kehidupan nyata. 




Magetan,  21 Januari  2021












6 komentar:

  1. Mungkin jika tulisan ini aku bc saat kira2 20 th nan yg lalu...bisa beda cerita kisah hidupku ya..
    Di sini sadar betul ttg garis hidup .

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak kuta hanya menjalani garis yang telah ditetapkan

      Hapus
  2. Pak Bupati selalu menginspirasi dan rendah hati.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul mas, Beliau cerdas dan bijaksana, menginsprirasi dan memotivasi dan yang tidak kalah pentingnya, " solutif "

      Hapus