Jumat, 01 Januari 2021

Ngelmu Hakikat ma'rifat, ngilmunnya para Wali

sumber  ilustrasi:  dokumen pribadi 
Saya tadi takjiah ke rumah mas Supar, saudara sepupu  saya yang tinggal di Sukomoro, putranya Bude,  kakak pertama dari Ibu saya. Kakaknya Mas Supar yang tinggal di Kalimantan,  mas Pardi, meninggal tadi malam  pukul 16.30.

Mas Pardi sejak muda tinggal di Kalimantan.  Beberapa  hari lalu  pulang ke Jawa,  karena  Mas Sumadi  saudaranya yang nomor 2 meninggal. Mas Sumadi sakit diabet,  disamping  usianya  juga sudah berkepala 6.

Mas Pardi juga mengidap  penyakit  yang sama, diabetes, dan akhir-akhir ini disibukkan  oleh  kegiatan  ke sana ke mari.  Akhirnya  kecapekan hingga  menyebabkan  gulanya  drop.

Beberapa  hari  yang  lalu  sempat  opname,  tapi  tidak menunjukkan  kemajuan. Akhirnya minta   pulang  dan  menghembuskan nasfar  terakhir  di rumah  duka.

Mas Pardi  usianya  56, selisih satu  tahun diatas saya. Semasa  remaja  dia pemain bola  top. Hingga   berlanjut  di Kalimantan  sampai  kakinya patah. 

Di Kalimantan berwiraswasta,  sejak  itu  saya tak tahu banyak  ceritanya.  Bagi saya bertanya-tanya  masalah  pekerjaan  itu  kadang  merasa  kurang etis, akhirnya tidak berani  bertanya. Tapi sejatinya  ya tidak  apa-apa,  bertanya  pada saudara sendiri  saja. 

Tadi  kami   berjumpa  dengan mas Yadi, kakaknya mas Pardi. Banyak  cerita  darinya,  mengenai  pengalaman  keseharian  di sana,  dari ceritanya  saya bisa menyimpulkan  mas Yadi  banyak  dimintai  tolong menyembuhkan orang sakit. 

Disamping  itu  mas Yadi bisa membuat F0. Tahukah anda apa itu? "Profesor  saja tidak bisa membuat," kata mas Yadi sambil menghisap rokok gudang garamnya.

Dia sering  di undang  jadi narasumber  untuk  hal itu. 
"Nggak mau saya jadi narasumber!" Kata dia dengan gaya kasnya, "mekotot."
"Kenapa pak?"
"Saya nggak bisa pake sepatu  kok jadi narasumber."
Gerrrr( kami ketawa).
Dasar ya ponakan mbah Tarjo,  kalau  cerita  ya pinter,  atau cucunya  mbah mBulu. Kebanyakan  cucunya  mbah mBulu kalau bercerita  pinter , hehe.

Singkat  cerita,  mas Yadi Akhirnya  juga mau jadi narasumber  bagaimana  membuat  F0. 
Oo iya tadi belum dijelaskan  apa itu F0. Adalah bahan untuk  membuat jamur, atau bibit jamurlah bahasa mudahnya begutu.  
Bibit  jamur  ini di-banrol Rp. 20.000 satu botol. Bayangkan  kalau ini diproduksi  besar- besaran maka akan mendatangkan  rupiah  yang banyak. 

Lucu lagi cerita  ketika  istri  mas Yadi  sakit,  Dia dapat  petunjuk  untuk  merebuskan daun rawe.  Rawe itu  tumbuhan  yang buahnya  sangat gatal kalau  disentuh. Biasanya tumbuh  di sekitar  pohon bambu. 

Kemudian  dicarilah  daun  itu  dan direbus,  diminum airnya.  Untuk  mencoba apakah jamu  ini  berbahaya  atau  tidak,  diminumlah  oleh mas Yadi, "Bismillahirrohmanirrohiim, " tak lama kemudian  perutnya  mulas, kruwel-kruwwel, katanya.

Kemudian  menyuruh  istrinya untuk  meminumnya. Mulas, kruwel -kruwel dirasakan   yang sama oleh istrinya,  kemudian ada darah yang keluar  dan akhirnya sembuh. 

Mas Yadi memperdalam ilmu torikat qodiriyah wa nahsobandiyah. Gurunya  tinggal di Sulawesi,  kota àtau  desanya  tidak diceritakan.  Dari Kalimantan  naik pesawat  ke Makassar,  masih naik mobil  lagi 17 km.
Menurut  sang Guru, sebelum  ada Wali di tanah Jawa, di Sulawesi  sudah ada wali yang menyebarkan  agama Islam di sana. 

Ilmu  toriqoh  itu  ilmunya  para wali,  ilmu  tua, yang menambah  jalannya  mencapai  kedekatan  dengan  Allah.  

Bulan Maret  lalu, saya juga berguru  toriqoh, tapi berbeda  dengan mas Yadi,  toriqoh  saya satoriyah gurunya disebut  guru mursit, atau guru waskito menurut  Gus Dur. 

Guru  saya tinggal di Tegal Rejo, yang turun tumurun  keturunan seorang waliyulloh. 
Apa ilmu satoriyah  itu? Bagaimana? Maaf hanya  sang guru  yang boleh dan  berhak medhar.

Semoga  kita semua  jadi orang  yang dekat  dengan Allah, dengan banyak berdzikir dan beribadah dan perbuatan  baik lainya. Dan semoga  Allah  meridhoi kita semuanya.  Aamiin ya Robbal alamiin. 

Magetan,  2 Januari  2020








1 komentar: