Oleh : Suparno, S.Pd.,M.Pd
Kepala SMP 1 Takeran
Judul buku : MENJAHIT MIMPI RAKYAT
Penulis: Dr.Drs. Suprawoto, S.H.,M.Si
Penerbit: Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Magetan
Cetakan pertama, Agustus 2020
Tebal buku: 294 halaman
Harga:
Beberapa hari yang lalu saya dapat hadiah buku dari Bapak Bupati Magetan. Bukan saya saja yang mendapat tapi semua Kepala Sekolah SMP se-Kabupaten Magetan.
Bagi saya hadiah terbaik adalah buku, lebih-lebih dari penulis ternama seperti bapak Dr. Drs. Suprawoto,S.H.,M.S.i yang akrab dipanggil Kang Woto ini.
Buku ini merupakan catatan Kang Woto dalam kepemimpinanya. Beliau seminggu sekali menulis di harian pagi Jawa Pos.
Di Caver depan buku ini tertuliskan "Jangan sampai anak cucu kita nanti, menanyakan apa yang telah kita kerjakan hari ini. Kerjaan yang terbaik bagi keluarga, masyarakat, dan negara. Biarkan sejarah mencatatatnya."
Di bagian awal ada sambutan dari Dr. H. Sukarwo yang akrab dipanggil Pakde Karwo, dalam sambutan itu hanya satu halaman, tapi semua kalimatnya padat bermakna.
Dalam sambutan itu Pakde Karwo menulis, bahwa Suprawoto adalah sosok yang kalem, beliau merupakan orang yang Inovatif. Itu kunci yang mengantarkan puncak karirnya, menjadi Sekjen Kominfo. Sekarang beliau mengabdi di kampung halaman menjadi Bupati Magetan.
Satu yang menjadi pembeda dengan kepala daerah yang lain adalah kesukaannya menulis. Sesibuk apapun Suprawoto masih menyempatkan untuk menuangkan pikirannya dalam tulisan. Catatan beliau lugas dan solutif.
Di alinea ke tiga pakde mengatakan, Bila ingin belajar banyak dengan perkembangan Kabupaten Magetan cukup membaca catatan Kang Woto yang berjudul Menjahit Mimpi Rakyat.
Kata pengantar berikutnya ditulis oleh Dr. Suko Widodo, M.Si. seorang pakar komunikasi politik Unair.
Beliau menulis. Kemampuan menulis selalu seiring dengan kemampuan membaca. Tradisi membaca itulah yang menjadikan mas Pra sebagai sosok pembelajar. Dari kesediaan belajar itulah, mas Prawoto memiliki kejernihan berpikir dalam melihat kehidupan.
Tulisan Mas Pra mudah dicerna, dengan bahasa sederhana, jauh dari teori yang ndakik-ndakik.
Bupati yang mampu dan rajin menulis artikel adalah sesuatu yang langka. Bukan hanya langka di Indonesia, bahkan di dunia.
Direktur Jawa Pos Radar Madiun, Ari Sudanang juga menulis yang tidak jalah serunya dalam buku ini.
Pandemi memang bak ombak besar menerjang berbagai sendi kehidupan. Namun kata sebuah pepatah: tempatnya, perjuangan, dan kerja keras melewati badai adalah guru bijak yang akan melahirkan murid tangguh.
Tak ada nahkoda tangguh tanpa catatan kepayahan. Tanpa badai, tak ada pelaut ulung. Sebab, perahu tidak diciptakan bersandar di pelabuhan. Tapi untuk mengarungi luasnya samudra.
Dan Nahkoda tangguh itu kini tengah berlayar di Magetan. Agar perahu tidak salah arah, sang nahkoda Suprawoto, memetakan wilayahnya lewat buku Menjahit Mimpi Rakyat.
Seperti yang dikatakan Pakde, bahwa tulisan Kang Woto lugas dan solutif, hal ini seperti yang ditulis dibuku ini, pemikiran Beliau setiap rumah sakit memiliki centre excellence atau unggulan, misalnya di RSUD Magetan untuk Ibu dan Anak, di RSUD Ngawi untuk jantung, Kabupaten Madiun syarat, RSUD Ponorogo Bedah, dsb.
Sehingga nantinya kalau ada masyarakat yang memerlukan pelayanan subspesialis tidak perlu ke Surabaya ( hal. 3)
Misalnya lagi penempatan bidang Pariwisata dari dinas pariwisata dab kebudayaan di Sarangan, sehingga setiap persoalan yang kecil saja sudah diketahui sejak awal dan akan segera mendapatkan penanganan yang semestinya. (hal.7)
Dan di setiap bagian dari buku ini selalu begitu, lugas dan solutif.
Saya sangat menikmati membaca bagian demi bagian buku ini, menyerap bagian-bagian yang saya butuhkan.
Di buku ini pemikiran penulis untuk membangun Magetan semuanya ada di sini seperti membangun dan menata Sarangan yang merupakan ikan Magetan. Penulis mengibaratkan kita memiliki gadis yang sebenarnya cantik, namun belum di make over seperti kalau kita lihat di TV. ( hal.24)
Yang paling saya senangi dari buku ini adalah ajakan menulis, karena sejak kecil saya senang menulis, tapi tidak tahu manfaatnya. Saat itu yang saya tahu dapat Hr dari majalah. Di buku ini tidak sekedar itu, dengan menulis nama kita akan dikenang sepanjang masa, dengan menulis karir kita akan bagus seperti Pak Anton Tabah walaupun tidak dari akademi kepolisian tetapi bisa menjadi Kapolres, yang seharusnya itu jobnya alumni Akademi Kepolisian. Karena tulisan beliau yang selalu membela polisi dan pengaruh tulisan beliau yang mencerahkan . ( hal.87).
Ibu Kartini itu hebat karena tulisannya, oleh sebab itu kemudian dikenang sepanjang sejarah.
William Shakespeare yang menulis roman antara 1591-1595 Romeo dan Juliet sampai dengan sekarang namanya tetap dikenang karena tulisannya.
Sastrawan kondang Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah, Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Oleh sebab itu, sekarang mari kita menulis. (hal.89)
Di halaman 149, memilih kuliah, penulis menceritakan strategi memilih perguruan tinggi hingga memilih fakultas di perguruan tinggi itu. Dimulai dari cerita melanjutkan kuliah di SKY University yang merupakan Universitas Top di Korea Selatan.
Universitas ini masuk di bawah 100 Universitas terbaik dunia versi QS World University Rankings. Sedangkan Universitas terbaik Indonesia masih di atas ranking 600.
Calon mahasiswa yang gagal masuk PT ini ada yang sampai bunuh diri.
Yang menarik lagi keluarga menengah di Korsel , hampir tiga perempat gajinya untuk pendidikan anak-anaknya. (hal 150)
Hal ini betapa menunjukkan orang-orang di sana menempatkan pendidikan sebagi investasi terpenting di sana.
Berdasarkan pengalaman penulis memilih perguruan tinggi, maka kalau bisa diterima di perguruan tinggi Top sesuai keinginan alhamdulillah, namun sebaliknya kalau seandainya tidak diterima di Universitas dan fakultas mainstream bukan kemudian kiamat dan lantas bunuh diri. Evaluasi kemampuan dan persiapan lebih baik
"Luwih becik dadi ndas pitik tinimbang dadi buntut gajah." Lebih baik menjadi mahasiswa perguruan tinggi menengah namun menjadi mahasiswa teladan dari pada nanti tidak selesai di universitas top misalnya.
Kalau ada perguruan tinggi yang cukup baik di daerah, mengapa tidak kukiah di daerah. Nanti bila melanjutkan bisa ke luar, malahan ke luar negeri. ( hal. 153).
Dalam buku ini juga ada tulisan menggunakan bahasa Jawa, seperti Nulis nganggo basa Jawa (pranyata luwih angel. Ora percaya?) ( hal. 167)
Kemudian dongeng Kancil ( hal.173).
Hebatnya lagi penulis mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi keluarga, walaupun penulis dan anaknya memiliki pergaulan tingkat internasional. Karena penulis berpikir ditakdirkan sebagai orang Jawa. ( hal. 176)
Selanjutnya silahkan menikmati sajian dalam buku ini seperti minum secangkir teh, secara keseluruhan buku ini adalah seteko minuman yang menginspirasi , memotivasi dan membuka wawasan . Satu cangkir kita sruput habis, kita tuangkan lagi dari teko sambil kita serap makna mulia yang terkandung di dalamnya.
Segera miliki buku ini, baca dan serap maknanya selanjutnya diterapkan dalam kehidupan nyata.
Magetan, 21 Januari 2021
siap
BalasHapusMungkin jika tulisan ini aku bc saat kira2 20 th nan yg lalu...bisa beda cerita kisah hidupku ya..
BalasHapusDi sini sadar betul ttg garis hidup .
iya mbak kuta hanya menjalani garis yang telah ditetapkan
HapusTerima kasih
BalasHapusPak Bupati selalu menginspirasi dan rendah hati.
BalasHapusiya betul mas, Beliau cerdas dan bijaksana, menginsprirasi dan memotivasi dan yang tidak kalah pentingnya, " solutif "
Hapus