Udara panas, ac mobilku tak terasa dingin sama sekali, pada hal kemarin baru diisi freon. Ya... memang mobil tua, yang penting tidak macet, mengantarkan kami sampai tujuan.
Bersama Diar, istrinya, dan umi. 4 orang, si kecil Hindun tidak ikut, ada acara membuat film tugas sekolahnya. Anak-anak itu kalau sudah besar sulit untuk diajak acara bersama, karena sudah punya kesibukan sendiri sendiri.
Dalam perjalanan, macet ketika melewati pasar paing, Barat.
Pasar tempat jualan hewan, mulai dari sapi, kambing, kelinci, ayam, sampai berbagai jenis burung. Kalau punya uang banyak membeli sapi, kalau tidak cukup membeli kambing, kalau tidak cukup belilah ayam atau kelinci atau burung. Atau kalau tidak punya uang sekedar liat liat barang barang yang diperjual belikan. Akhirnya fungsi paingan tidak saja untuk transaksi ekonomi tapi juga hiburan.
Saya dulu diajak ke pasar ini oleh Bapak saya, saya disuruh memilih sapi yang saya suka. Sàpi betina agar nanti bisa beranak pinak berkembang banyak. Saya pilih yang gemuk, badanya halus, kulitnya putih bersih.
Ternyata sapi yang saya pilih ini hamil muda, akhirnya 5 bulan sudah beranak.
Pilihanku tepat, membawa keberuntungan.
Tak terasa sudah sampai pasar Barat , pasar kebanggaan warga Barat dan sekitarnya. Dulu tahun 93 kalau hari minggu macet di pasar ini, lebih lebih di hari pasaran. Wage ramainya luar biasa. Jalan-jalan macet karena banyaknya pedagang kaki lima yang memenuhi sepanjang jalan.
Paingan, Wagen, Kliwonan, adalah pasarnya laki laki. Uangnya lebih banyak dari pada pasar Ibu ibu. Seorang pedagang sapi besar, uangnya bisa milyaran, kalau pak tani mau beli sapi minimal harus bawa uang 15 juta.
Kalau jaman dulu semua transaksi dengan uang tunai "kes". Kalau sekarang mungkin bisa transfer sehingga tidak perlu bawa uang tunai.
Sampai di rumah simbah, kami sungkem, alhamdulillah beliau sehat semua diusia tua hingga masih bisa menyaksikan cucunya ketika jadi manten. Luar biasa.
Simbah menjelaskan saudara saudaranya yang ini yang itu dan sebagainya. Juga tak lupa terselipkan nasihat untuk Diar dan Intan agar rumah tangganya sakinah mawaddah warohmah.
Simbah memang pintar bercerita, disaat beliau bercerita saya hanya menulis saja sambil sesekali bertanya , atau menganggukkan kepala mengiyakan.
"Keturunan mbahyut mu itu yang berpendidikan tertinggi adalah pak Ibnu, sampai S3 dan sekarang sudah Profesor, di Malang sana". Terang simbah serius. "Bukunya banyak bahasa Inggris semua, saya nggak bisa baca", Lanjut dia.
Barang kali ini inspirasi biar ada diantara keturunan kami nanti ada yang berpendidikan tinggi sampi S3. Saya mengamini saja dalam hati.
Saya melirik arloji, sudah menunjukkan pukul 11.30. Pas yang beli rujak cingur kesukaanku pulang, pas saatnya bersantap siang di desa Klagen, desa tempat simbah menikmati masa pensiun sambil bertani semampunya.
Simbah dulu guru agama di SD Panggung, pensiun 14 tahun yang lalu, alhamdulillah ketika pensiun bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci bersama simbah putri.
Semoga anak cucunya besuk bisa naik haji semua.
"Kalau mbah yutmu dulu mondok di Tebu Ireng Jombang, sampai Joko tua, kemudian toriqohnya Satoriyah Tegalrejo", jelas mbah Kung. Kami mendengarkan dengan baik.
"Kamu besuk kalau sudah waktunya , ikut lah toriqoh Tegalrejo supaya urut runtut mulai dari Mbahyut, sampai Aku, sampai Bapakmu, sampai sak anak keturunanmu", lanjutnya. Ceritanya banyak, dulu pernah diceritakan ke saya tapi belum lengkap.
"Mbahyutmu dulu ketika perjaka pernah bertapa ngluweng selama 40 hari. Kakinya dicelupkan di air genthong, sampai selesai".
Masih cerita simbah, mbak yutmu kalau mau ada perampok tahu, perampoknya disuruh pergi, kemudian aman.
Tidak itu saja bisa melihat lewat soroting dimar, bahkan ketika akan meninggal beliau tahu, memberi perlambang pada mbahyut putri. Besuk pagi disuruh beli ikan kerbau, suruh masak yang lunak.
Kemudian besoknya meninggal dan disembelihkan kerbau untuk dibagi bagikan kepada yang takjiah.
Semoga arwah beliau diampuni dosanya diterima amalnya dan ditempatkan di surgaNya. Aamiin.
Magetan, 18 Oktober 2020
Siap dikomen
BalasHapusKeren silaturokhim perpanjang umur dan Rizki jg sambung kekeluargaan yang kedua
BalasHapusIyaa Om, 2 minggu sekali
BalasHapusUswatun khasanah.
BalasHapusSilaturahmi
BalasHapus