Rabu, 07 Oktober 2020

Kunci hidup tenang

Setiap orang ingin hidupnya  tenang dan bahagia. Hidup tenang itu tidak harus  memiliki harta  banyak,  berpendidikan tinggi atau jabatan  yang mapan.
Justru  kadang kadang terletak pada orang yang hidupnya  sederhana. Kemudian memiliki  rasa menerima diri , narimo ing pandum.

Kalau kita ke Masjid kemudian  membawa sandal yang bagus harganya mahal. Misalnya  1 juta. Kemudian  kita sholat  bersama,  kadang kadang ada rasa was was, jangan jangan nanti diambil  orang.  

Kalau  kita pergi nonton  konser,  memakai  mobil  yang bagus, Pajero harganya  500 juta, maka pikiran  kita  kadang was was, jangan jangan nanti catnya di gores orang. Apalagi  mobil  masih kredit belum lunas.

Jadi  intinya  sederhana. Pagi ini  saya dapat  kiriman  doa  dari  senior saya MKKS , setiap  hari  pasti  menyapa  saya  dengan doa,  semoga  beliau  selalu  sehat,  panjang umur,  keluarganya  senantiasa  sakinah  mawaddah  warohmah,  ini kirimannya; 
Jangan mendengar yang tidak perlu  didengar, jangan melihat  yang tidak perlu  dilihat, jangan bicara  yang tidak perlu  dibicarakan,  jangan  cari tahu  yang tidak penting kita tahu.  

Jadi mendengarkan  informasi  yang penting untuk  kemajuan dan ketenangan hidup saja. Kadang  kadang orang itu  sebaik  apapun juga dibicarakan  orang lain,  alias dighibah , yang seperti ini tidak perlu didengarkan. Biarkan  mereka mengghibah,  itu urusan dia. Tidak usah  didengarkan,  tidak usah dicari tahu, tidak usah dibicarakan.

Kita  ini bisa  dianggap sebagai  orang yang jahat,  bagi orang yang iri dengan kita,  bagi orang yang tidak  suka pada kita. Yang seperti ini tidak usah didengarkan, dibicarakan, dan dicari tahu.  
Didoakan saja semoga  mereka diberikan  hidayah,  diberi sehat panjang umur  dan rezeki  yang melimpah  ruah. 

Kalau  saya kondisi hati yang paling tenang adalah  ketika sholat,  baca Al Qur'an,  dzikir,  bertemu  dengan ulama  atau kyai yang wira'i. Atau bertemu  dengan orang orang yang senang  agama. Senang  dalam arti  yang sesungguhnya.  Bertemu  dengan orang orang yang baik  di tempat  tempat  yang baik. 

Dulu ketika  mahasiswa kalau hati sedang sedih saya datang ke masjid Ngampel,  waktu  itu  belum dipugar  seperti sekarang,  di masjid  itu  mak cles  dingin  sampai  masuk ke relung hati. Di masjid itu  24 jam ada orang yang sholat. Hati saya merasa tenang  tidak ada beban apapun yang membebani. 

Kalau  di Ponorogo  saya merasakan  di masjidnya Ki Ageng Hasan Besari, sebuah masjid kuno yang juga  menimbulkan  ketenangan  hati. Disebut masjid Tegalsari

sumber ilustrasi: id.m.wikipedia.org

Masjid Tegalsari adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18. Masjid ini terletak di desa Tegalsari kecamatan Jetis kabupaten Ponorogo 

Ketika saya ke sana pertama  kali dengan seluruh keluar pada  bulan puasa. Di perempatan  diberhentikan  oleh Pak Polisi,  saya memakai baju muslim putih, peci putih, kemudian berkalungkan serban mirip pak Kyai. Kami tidak tahu kesalahannya  apa. Kemudian kami di tanya,"mau kemana pak?"
"Mau ke masjid Tegalsari  pak", jawabku pasrah. Ternyata  malah ditunjukkan  arahnya  dan dijelaskan oleh pak Polisi. Mungkin ini sebagaian dari  keberkahan  tempat  suci ini. 

Masjid ini merupakan peninggalan Kyai Ageng Hasan Besari seorang ulama besar yang hidup sekitar tahun 1742 pada zaman pemerintahan Pakubuwana II . 

Di dalam masjid tersimpan kitab yang berumur antara 150-170 tahun yang ditulis oleh Ronggo Warsito , seirang Pujangga Jawa yang terkenal. 

Komplek masjid ini sekarang menjadi tujuan wisata religius di Ponorogo. 

Kalau di Magetan  di masjid Tegalrejo,  nama daerahnya hampir sama.  Sama sama menggunakan kata "Tegal". Yang satu Tegalsari,  satunya  Tegalrejo. 
Saya mendengar  daerah ini tahun 1993 dari cerita neneknya  istri saya, mbah Haji Barokah. Beliau ikut  nyantri disana , mendalami ilmu  thoriqoh. 

Di sini    juga  masjid  kuno  yang saya  rasakan  mak cles,  masjid itu dibangun  tahun 1835 , oleh Eyang KH Abdurrohman,  yang terkenal kewaliannya, yang masa kecilnya bernama Bancolono. Anaknya bernama Nyai Ageng Harjo Besari, kemudian  cucunya bernama Imam Besari. 

Ada kesamaan  nama Besari  pada kedua masjid  diatas,  yang di Tegalsari  Kyai Ageng Hasan Besari,  yang di Tegalrejo Nyai Ageng Harjo Besari dan Imam Besari. Nyai Ageng Harjo Besari  juga dikenal  sebagai  waliyulloh. 


Atap masjid Tegalrejo , cagaknya,  dinding temboknya bahkan pintu-pintu  jendela  masih utuh sejak  jaman dahulu hingga sekarang. Bentuknya  mirip  dengan yang ada di Tegalsari. 
sumber ilustrasi: dokumen pribadi 

Tapi serambinya  ada tambahan  seperti gambar.  Kalau bangunan utama masih tetap. 

Jamaahnya  orang-orang  sederhana,  orang desa  yang tahunya  hanya ibadah dan bekerja. Nanti hari Rabu  tgl 14 Oktober  2020 habis  sholat  dhuhur  akan diadakan  sholat tolak balak dan doa bersama  agar  dijauhkan dari balak musibah penyakit  dan lain lain.

Semoga kita  semua  dijauhkan  dari segala  musibah,  balak, penyakit,  khususnya  penyakit  korona.  Sehingga  Bangsa Indonesia  bisa  segera  beraktivitas  membangun bangsa  dan negaranya  untuk  nencapai  masyarakat adil makmur, berdasarkan  Pancasila  dan UUD 45.

Selamat  bekerja  , semangat  dan sehat selalu. 

Takeran 8 Oktober  2020


Sumber bacaan: www.id.m.wikipedia.org; 8 Oktober  2020;09.30.










3 komentar:

  1. Ya betul kunci hidup tenang dlm hadits disebutkan " Jangan pernah melihat rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita " artinya memandang orang lain lebih enak / bahagia sedangkan kita lebih menderita ...jadi intinya iri dengki hrs kita hilangkan walaupun itu manusiawi tp agama melarangnya. Klau kita Islam tentunya akan bisa memaknai hidup d kehidupan. Pandanglah keatas dgn orang yg keImanannya lebih tinggi ilmu agamanya. Dan tetaplah bersyukur klau kita memandang orang secara duniawi kurang beruntung/ternyata kita msh diatasnya secara materi. Ok selamat berkarya d tetap sehat serta semangat..semoga kita tergolong orang yg dimuliakan Allah..

    BalasHapus
  2. Terima kasih Jeng Niken, atas kunjungannya

    BalasHapus