Selasa, 11 Agustus 2020

Membaca dan menulis

sumber  ilustrasi : riri.id

Mana yang lebih penting,  membaca atau  menulis. Tidak  usah  diperdebatkan. Keduanya  memiliki  kemuliaan masing-masing. Sama-sama  pentingnya dan Sama-sama  sulitnya tapi  kalau  dijalani  dengan konsisten  Keduanya  sama-sama  menguntungkan.

Apa kemuliaannya membaca? Orang  yang banyak  membaca  akan  banyak  tahu  tentang  cakrawala luasnya jagad raya. Akan mengetahui  hakikat  tingginya  "gunung ilmu" himalaya. Akan  banyak tahu  dalamnya "samudera ilmu" Hindia.

Manfaat membaca buku dapat melatih otak untuk dapat berfikir lebih kritis maupun menganalisis adanya masalah yang tersaji dalam apa yang kita baca. Kita seperti mendapatkan akses atau jalan untuk dapat masuk ke dalam alur cerita dan membantu dalam penyelesaian cerita tersebut

Biasanya  bangsa  yang memiliki  kemampuan  membaca yang  baik  adalah bangsa yang maju. Kalau  benang merah  ini  saya  tarik  ke  sekolah,  akhirnya  dapat  saya katakan warga sekolah  yang memiliki  kemampuan membaca yang baik  adalah sekolah yang maju.

Warga sekolah  itu terdiri dari  KS, Guru,  staf TU, dan siswa. Sehingga  ke  empat  unsur  inilah  yang penting  dipantik untuk  melejitnya  kemampuan  membaca.

Wahyu pertama yang  diturunkan  kepada nabi  Muhammad  adalah  perintah  membaca .  Iqro  bismirobbikalladzi  kholaq . Kholaqol insaana min alaq. Iqro  warobbukal akrom. Aladzi allama bil qolam. Allamal insaana maa lam ya'lam. 

Artinya bacalah  dengan nama Tuhanmu  yang menciptakan.  Dia menciptakan manusia  dari segumpal darah. Bacalah dan  Tuhanmulah  yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajar  manusia apa yang tidak diketahunya. Surat Al Alaq ayat 1 sd. 5.

Apa keutamaan  menulis?
Menulis itu pekerjaan keabadian. Banyak tokoh hebat yang  cerdas,  tapi  karena  tidak  menulis  maka  namanya akan ditelan zaman. Orang pada  jaman  prasejarah untuk  mengabadikan  suatu  peristiwa, ia menulislah  dibatu,  di dinding dinding gua. Di pelepah kurma, potongan kulit, permukaan  batu cadas, dan tulang belikat unta.

Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah perintah membaca, yakni bacalah dari hafalanmu. Jika tidak ada, maka dari tulisanmu. Maka Allah Tabaraka wa Ta'ala menjelaskan bagaimana caranya kita merawat penyakit ini, yaitu penyakit lupa. Cara mengobati penyakit lupa adalah dengan menulis.

Tulisan adalah salah satu bahan utama agar ibadah membaca bisa dilakukan. Maka, menjadikan tulisan sebagai bahan untuk membaca juga merupakan amal saleh.

Maka  orang zaman sekarang  menuliskan  di  kertas,  di  buku,  di dunia  maya. Sekarang  hampir  setiap  orang  bisa  menulis, tapi  tulisannya  ada  yang  terstruktur  hingga  jadi  cerita  menarik,  atau  berita  menarik yang layak  diabadikan.

Tapi  yang lebih banyak  lagi  adalah yang tidak  terstruktur , misalnya  tulisan  di  Fb, tulisan  hoax, tulisan  di watshap. Atau  media sosial yang lain. Kebanyakan untuk  golongan yang kedua  ini kurang  memperhatikan prinsip-prinsip  ilmiah,  adat  kesopanan, kehalusan  budi dan keutamaan akal. Sehingga  dalam  waktu  yang tidak lama akan  dihapus oleh  penulisnya  sendiri  atau  orang  yang membacanya.

Oleh  karena itu  para  hukama,  tidak  menulis  kecuali yang memberi  kemanfaatan untuk  dirinya dan orang lain.  Agar  kehidupan  ini  bertambah  baik,  bertambah  keberkahan yang  akan mensejahterakan kehidupan orang  banyak. Sebab  beliau  berpikir  sebaik baik  manusia  adalah  yang memberi kemanfaatan kepada orang lain, sehingga  cocok  dengan apa yang disabdakan Nabi  Muhammad,  khoirunnas anfa uhum linnas,  sebaik  baik manusia  adalah  yang memberi kemanfaatan diantara  manusia. 

Ajaran  Sokrates  kalau  tidak  ditulis oleh  muridnya  yang bernama  Plato, maka  nyaris  terkubur  bersama  jazadnya. Kemudian  ajaran Plato dilanjutkan  oleh muridnya yang bernama  Aristoteles,  berpanjang  terus  sampai  pada Iskandar  Macedonia yang berperang  menaklukkan  negeri Mesir. 

Mereka semua  adalah  orang  orang hebat. Orang hebat  itu  biasanya  gurunya  hebat. Sehingga  para  hukama berkata,  "tidak  ada  murid  yang bodoh,  yang ada  adalah  murid  yang belum menemukan  guru  yang hebat".
Oleh  karena  itu  guru hebat akan senantiasa dicari. Agar menjadi guru hebat, terus membaca dan menulislah.


Magetan, 11 Agustus  2020

Sumber bacaan:
Https://bandungkab.go.id, 11 Agustus  2020;22.41
Minanews.net; 11 Agustus  2020; 22.59

3 komentar: