Senin, 10 Agustus 2020

Doktor, pingin nggak?

Sumber Ilustrasi: Ayo Tasik.com

Saya  tadi  diajak teman saya  bu N Lind, seorang  KS  di salah satu  SMK  di Pacitan, untuk mengikuti  informasi  kuliah  S3 di UMM lewat  zoom  cloud meeting. 

Acara dimulai  pukul 15.30,  pesertanya  tidak  banyak  hanya  sekitar 8 orang. Hadir  sebagai  nara sumber  adalah Prof. Dr. Ahsanul In'am, PhD. Seorang  direktur  pascasarjana  UMM. Paparanya  enak dipahami mudah  dimengerti. 

Seandainya  saya  kuliah S3 sebenarnya  lebih  tertarik karena  keilmuanya. Karena  Allah berfirman  dalam surat  Al Mujadalah,  Yarfailahuladzi na amanu minkum waladzina utul ilma darajah. 

Allah akan  mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kamu dengan beberapa derajat. Allah  sangat  menghargai  keilmuan hambanya. Sebagaimana  juga Allah  menghargai  amalan  hambanya,  karena  Alloh  itu  Assyakur.

Berapa biaya kuliah S3?
Saya  bertanya  pada Narasumber, berapakah istimasi biayanya kuliah S3 hingga  wisuda? Beliau menjawab,  bahwa  biayanya  kurang lebih 100 juta. Mahal...?!
Bisa  iya  bisa  tidak. Untuk yang punya uang  ya  murah,  kalau tidak  punya  uang ya mahal. Saya  masuk  golongan yang  kedua.
Memang  ilmu itu harganya  mahal,  tidak  bisa  dinilai dengan harta benda.  

Saya ketika kuliah S2 tahun 2006, kulkas yang  biasanya  penuh dengan buah buahan,  nyaris  tak  ada isinya. Kasihan anak-anak sebenarnya. Orang  yang  sedang menuntut ilmu itu  harus siap menjalani hidup sederhana,  kurang tidur,  makan seadanya,  pakaian seadanya,  kerja keras, belajar keras, Berdo’a  sampai  notog pintu langit.

Saya belum bisa kuliah S3, biarlah diantara  anak dan murid  saya saja, semoga bisa.  Saya  akan menulis  dan membaca buku  untuk  meningkatkan  kualitas keilmuan  saya.  Toh  HAMKA,  juga  tidak  pernah  menamatkan sekolahnya   tetapi  memiliki  keilmuan yang  setingkat  Profesor. Beliau mendapat  gelar Doktor honoris  causa dari Universitas  Al Azhar, Mesir, dan Universitas  Prof. Moestopo.

Tapi HAMKA  memang memiliki "laku", yang luar  biasa. Beliau  meninggalkan  tempat  kelahirannya  Maninjau,  Sumatra Barat,  merantau  ke tanah Jawa  dan bahkan  sampai  ke Mekah  untuk  belajar langsung dengan tokoh ulama dan bermodalkan  membaca. Kemudian setelah itu menulis.  Ini  cara HAMKA  menguasai keilmuan. Dengan membaca dan menulis  akan bertambah tambah keilmuanya. 

Itulah "laku" yang dijalani HAMKA.  Siap berpisah  dari orang tua, meninggalkan  kesenangan,   bermain,  bersendau gurau dengan teman sebayanya. Memiliki  tekat  yang kuat  untuk  mendapatkan ilmu.

Benar  apa yang  dituliskan  dalam tembang pucung sebagai berikut;

Ngilmu  iku
Kelakone  kanti laku 
Lekase lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setyo  budya  pangekese  dur angkoro. 

Artinya  ilmu  iku  tercapainya  dengan  menjalani mujahadah, pencapaianya dengan cara khas,  artinya khas berusaha keras, memperkokoh karakter , kokohnya  budi  karakter akan  menjauhkan diri dari watak angkara.
"Wulang reh"  ini nasihat  untuk para pembelajar sejak  tahun 1780 - an jamanya Raja Pakubuwana IV.

Bagaimana  menurut anda?

Sukomoro,  10 Agustus  2020.


11 komentar:

  1. Allah akan meninggikan derajat orang orang yg berilmu pengetahuan. Teruslh belajar sepanjang hayat.

    BalasHapus
  2. Semangat Pak. Jika kita rajin membaca dan menulis, kualitas diri kita tidak akan kalah dengan seorang doktor

    BalasHapus
  3. Tetap semangat, dan pantang menyerah

    BalasHapus
  4. Life long education, belajar seumur hidup, kata orang pintar mengatakan.

    Selagi kita diberikan kesehatan dan
    Rejeki, masih ada kesempatan jalani dan ikuti mawon. Dan kesempatan itu tidak akan datang dua kali, kata orang orang sesepuh kita.
    Soal besar biaya nomor dua saja, terutama niat yg kuat. Sambil kita berdoa, dengan nulis berita, itu bagaikan kita berdoa. Apa yg kita inginkan niscaya dikabulkan oleh Tuhan
    karena sifat Rahman dan Rohimnya.
    Suatu ketika besok ilmu yg kita pero
    leh tentunya bermanfaat bagi kita diri sendiri, maupun orang lain.
    Dengan laku ilmu pasti kelakon kanthi esti bebar dan kesungguhan. Di tengah santernya orang berilmu tinggi menjulang sampai langit ibaratnya, banyak diterima suguhan suguhan yg menawarkan job yg menguntungkan ukuran pribadi.
    Berlatarbhal tersebut untuk Pak No, ayo jangan gentar, tatap pandang lurus kedepan, songsong sambut mentari ilmu pengetahuan demi kehidupan.
    Sekedar saran demi persaudaraan merajut lembaran lembaran nan hijau fi masa depan.
    Trima kasih maaf salah kata, Pak De Noto.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pakde, uangnya mau dipake Hindun pakde, tahun depan mau kuliah, nyuwun pangestu doanipun pakde

      Hapus