Rabu, 19 Agustus 2020

Radio



"Di radio aku dengar lagu kesayangan mu ... ku telepon di rumahmu sedang apa sayangku ...kuharap kau mendengar ... kan kukatakan rindu ...".

Ingat  lagunya  Gombloh tahun 80-an. Lagu itu  "ngehit  banget", hingga  anak muda  saat  itu  hapal  dan suka  mendengarkanya. 

Pagi  itu (19 Agustus  2020) kami  berangkat  lebih awal,  setelah  menyelesaiakan  apel pagi  dan menandatangani disposisi. Alhamdulillah  jalan yang kami  lalui lancar,  kami  tidak  menjumpai  anak seusia  pelajar  SMP di sepanjang  jalan, semoga  mereka  belajar  dari  rumah.  Mereka tetap semangat  meraih  masa depan  yang indah yang harus  diperjuangkan  mulai  saat ini. 

Kami  sampai  di RMI pukul 08.15, pada hal  jadwal siar  kami  pukul 09.15. Waktu  yang  ada kami  gunakan  untuk  berbincang  bincang  dengan crew  RMI, Pak Suryanto  namanya,  penyiar  senior  ini  yang  memandu  acara  PJJ dengan  SMP 1 Nguntoronadi.

Sedangkan acara  SMP 1 Takeran  dipandu oleh penyiar  wanita  bersuara  lembut  menarik,  yaitu  mbak Susi. Wanita  yang tinggal di Jalan  Manggis  ini  yang  sehari hari  memandu  acara  di RMI, bersama  penyiar  lainnya. 

Menjadi  penyiar  memang  dituntut memiliki suara  yang indah,  disamping itu  memiliki  pengetahuan  dan wawasan yang luas, sebab  penyiar  radio kecuali  punya  misi  menghibur juga  punya  misi  educatif, atau mendidik  warga masyarakat.
Disamping  itu  juga menyajikan  berbagai  informasi  yang  diperlukan oleh penggemar  radio.

Saya  mulai  punya radio sejak  kelas  4 SD, tahun 78.  Sebelumnya  kalau  pingin  mendengarkan  radio  di rumahnya bude  saya. Radionya   besar  4 band. Suaranya  lebih  bening dan  jelas. Harganya  mahal  saat itu. 

Radio saya  hanya  2 band. Baterainya  hanya 2 kalau  nggak  salah. Itu  saja  sering  kali  kehabisan  baterai. Saat  itu  belum  ada listrik di  desa  saya.

Sampai  sekarang saya  masih punya  radio, radionya  besar,  suaranya  bagus, hingga  sering  "menghipnotis" saya,   akhirnya  tidur hingga pagi hari .
sumber  ilustrasi: dokumen  pribadi 

Acara  yang  saya  sukai  adalah  wayang dengan dalang  Ki Anom  Suroto, Narto Sabdo, Manteb  Sudarsono, hingga Ki Seno Nugroho. Dari pagelaran wayang itu  banyak  pembelajaran  karakter  yang  saya  adopsi  hingga  berpengaruh  pada  kepribadian  saya.

kembali  pada  tugas  kami  memandu  siaran PJJ di  RMI, setelah  dipersilahkan  mbak Susi, bu Sukesi dan bu Retno  "nereces" seperti  penyiar  radio, hanya  saja  kalah  "kenes"  dengan mbak  Susi. Karena  sudah  terbiasa  sebagai  guru, tugas  guru  mengajar, membimbing dan mendidik. Tugas  penyiar  menghibur,  juga  mendidik dan menyampaikan  informasi.

Seiring  dengan perkembangan  jaman  mungkin  tugas  guru  juga  bergeser,  disamping  melaksanakan  tugas pokok juga  perlu  menghibur, karena  siswa jenuh  belajar  di  rumah,  maka  juga perlu  menghibur agar  kejenuhan  itu sedikitnya  berkurang  atau  hilang  sama  sekali. Mengajar  sesekali perlu diberi "bumbu" humor  agar  anak  tidak  ngantuk,  agar  tidak  berada  dalam kondisi  yang menegangkan, agar  pembelajaran  terasa nyaman.

Demikian  catatan  tugas  kami  hari  ini  semoga  radio  tetap  memberikan  manfaat  untuk  mencerdaskan  kehidupan baik  masa  kini  maupun  masa  depan. Beruntung  Magetan  punya  Radio.

Magetan   19 Agustus  2020.


















6 komentar:

  1. Hehehe...mhn maaf bapak..masih kalah kenes dgn penyiar aslinya...😅😅
    Semoga misi pembelajaran tetap bisa diserap anak didik semua..
    Aamiin

    BalasHapus
  2. Selalu berbagi semangat & saling menyemangati.
    ...
    Semoga semua segera menjadi lebih baik

    BalasHapus
  3. Wow,,,bpk hebat,,,smg anak2 dpt belajar lebih nyaman walaupun BDR

    BalasHapus