Selasa, 18 Agustus 2020

Jangan suka menyalahkan

gambar  ilustrasi: blogspot/ muslimmulia.com 
Di  media  sosial  akhir akhir  ini  banyak  ceramah  pengajian yang  dishare untuk  kepentingan  tertentu. Seperti  kita  tahu  di  Indonesia banyak paham agama yang berbeda, atau  organisasi yang berbeda. Mereka  memiliki  dasar masing-masing. 
Akhirnya  ceramah  atau  pengajian  yang  disampaikan menyinggung perasaan  religiusnya. Kemudian  lapor  ke pihak  yang berwajib   maka  jadi  masalah.

Demi  ukuwah  Islamiyah mari  kita  saling menghargai paham paham  yang ada, menghormati organisasi organisasi  yang  ada. Janganlah  menyalahkan  orang lain yang  belum tentu salahnya.

Menurut  saya  ceramah  umum  itu  materinya  adalah  yang bertema  motivasi. Motivasi  beribadah,  motivasi sholat,  motivasi amal jariyah  atau  amal  sholih  lainnya. Motivasi ukuwah Islamiyah dan  sebagainya. 

Dijaman  sekarang Kyai  kalau ceramah harus  hati  hati   kalau  ada  yang  menshooting kemudian  diunggah di YouTube,  maka kalau ada term kalimat  yang  salah  bisa  dibuli warga  netizen.

Kita  jangan sok pinter, sok tahu  apa saja dalam agama. Kemudian  menyalahkan  kelompok lain. 
Walaupun  kita  berpendidikan  tinggi, karena  ilmu  Allah itu  sangat  luas tak terhingga tak terbatas. Buku yang kita  pelajari  baru  sesikit,  kita  tidaklah  mungkin  menguasai berbagi bidang  ilmu,  berbagi  cabang  ilmu.

Tidak  ada  bengkel  mobil  yang  menguasai  berbagai  macam  kerusakan  dalam  mobil. Disana  ada tukang jok, ada  ahli  mesin, ada ahli  kelistrikan,  ada ahli radiator,  ada ahli  spooring,  ada ahli skok, ada ahli cat,  ada àhli  dinamo,  dan lain  lain.  Maka  janganlah  tukang  jok  menyalahkan ahli  mesin.  Janganlah  ahli  radiator  menyalahkan ahli spooring, tidak  nyambung nanti.

Janganlah  tukang  jok  menjawab pertanyaan  yang mestinya  ditujukan pada ahli mesin. Janganlah  tukang  radiator  menjawab pertanyaan  yang mestinya  ditujukan pada ahli  spooring,  demikian  juga  dalam ilmu  agama. 

Sekali  lagi  ilmunya  Allah  itu  maha  luas,  kita  tidak  mampu  mempelajarinya  semua,  Allah  memberikan ilmunya  kepada  siapa yang dikehendakinya, kepada para Nabi, para  sahabat,  para  tabiin,  tabiit tabiin, kepada  para  Imam,  kepada  para wali, kepada  hambanya  yang  sholih,  dan kepada  siapa saja yang  dikehendaki. 
Luasnya  ilmu  Allah  kalau seandainya  air  laut  itu dijadikan  tinta untuk  menulis ilmu  Allah maka  niscaya  tidaklah  mencukupi. 

Allah  berfirman 
قُل لَّوْ كَانَ ٱلْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمَٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَٰتُ رَبِّى وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِۦ مَدَدًا Arab-Latin: Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimātu rabbī walau ji`nā bimiṡlihī madadā Terjemah Arti: Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". 

Tafsir Quran Surat Al-Kahfi Ayat 109. Katakanlah wahai Rasul, "Sungguh kalimat-kalimat Tuhanku sangat banyak. Seandainya lautan menjadi tinta untuk menuliskannya, niscaya air lautan itu akan habis sebelum selesai penulisan kalimat-kalimat-Nya tersebut, bahkan meskipun Kami datangkan tambahan berupa laut-laut yang lain, maka ia pasti akan habis pula sebelum selesai menuliskannya."

Maka  janganlah  merasa pandai  kemudian  saling  menyalahkan.  Disamping itu  kita hidup dinegeri  yang  berdasarkan  Pancasila,  harus  menerima kebhinekaan yang  ada. Mari  berprestasi  tanpa  menjatuhkan,  menjadi  pemenang  tanpa  mengalahkan. 

Kita  junjung  tinggi  nilai  gotong royong,  persatuan dan kesatuan  agar  stabilitas  nasional  semakin  mantap,  akhirnya  kita  bisa  membangun  bangsa untuk kesejahteraan bersama. 

Sehingga  kita  bisa  sejajar  dengan bangsa bangsa  maju  di dunia. 

Magetan,  19 Agustus  2020 

Referensi: https://tafsirweb.com/4935-quran-surat-al-kahfi-ayat-109.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar