Sabtu, 17 April 2021

Bersabar sampai tua, hingga ajal menjemput

sumber ilustrasi: hops.id

Saya ikut  meneteskan air mata ketika melihat  Ibuku dan Adiknya berpelukan sambil menepuk-nepukkan tangannya di bahunya setelah lama tidak berjumpa.

Sebelumnya  3 minggu yang lalu beliau tinggal di Klagen  bersama  anak bungsungya. Tetapi karena beliau  sakit dan setiap  hari harus kontrol  dokter  , maka tinggal di Pojoksari  bersama kami.

Setiap sore kami mengantarkan  ke Dokter , untuk  merawat  lukanya  di jari kakinya,  yang inveksi karena sakit  gula. 

"Sudah tua itu memang  harus menambah kesabaran  Yu, saya, sampeyan itu sekarang  sudah tua, tidak usah memikir  yang berat-  berat. Anak-anak sudah besar  sudah bisa mencari  penghidupan sendiri." Kata bulik Nur, adiknya  Ibukku.

Hari ini beliau mengunjungi  kakaknya yang sudah 3 minggu tidak pulang. 
"Iya nduk  aku juga begitu. Doakan aku  segera sembuh ya nduk " Jawab Ibuku sambil meneteskan air mata. 

Kedua wanita tua ini adalah kakak beradik, ketika kecil  bermain  bersama, saling membantu  diantara  keduanya.  Ibuku yang menjaga adiknya  ketika  kecil. Sampai  rela tidak sekolah  karena harus "momong."

Sebelum  tinggal bersamaku  Ibuku memang  sebagai menejer  keluarga,  sejak belum punya rumah,  membiayai  anak sekolah  hingga  bisa beli rumah  dan sawah. Ibukulah menejernya. 

Bapak  tahunya  hanya bekerja  kalau dapat uang  diberikan  Ibuku semuanya. Ternyata  diusia  tua Ibuku  yang kalah sehat. Bapak masih sehat. Masih  suka ke sawah. Tapi semenjak  Ibu sakit ini urusan  sawah dikelola  adikku. 

Tampaknya  Ibuku menyadari kalau sudah tua, sudah tidak muda lagi. Maka sekarang  yang penting adalah fokus  pada kesembuhannya. Membaca Al Qur'an untuk  menenangkan  hatinya. Dan juga semakin mendekatkan diri pada Sang Kholiq Tuhan yang maha Pencipta.

Aku dan kau suatu saat tua juga,  dan di saat  itu  harus bersabar menerima  kenyataan. Harus  iklas  dengan perlakuan  anak-anak  kepada kita. Kadang-kadang  tidak sesuai  harapan , tapi itulah  kenyataannya. Kita tidak boleh  marah. Marah hanya menambah sakit, marah tidak menyelesaikan  masalah. 

Di saat itu  harus membesarkan  kepasrahan  kita pada Sang Pencipta, bahwa kita ini hambanya , bahwa  suatu saat harus kembali. 

Semoga  kalau kembali  kita diterima  dengan senang,  berarti Allah ridho,  dan kitapun  harus  ridho. Seperti itu kira-kira, tapi apakah  bisa?
Semoga  Allah yang memberi  kemudahan  untuk  bisa. 
Semoga  senantiasa kita diberi  sehat, bisa beribadah  dengan tenang,  hingga  tua,  hingga ajal  menjemput.

Aamiin

Magetan,  18 April  2021


6 komentar:

  1. Senang membaca esay Kang Parno , memotret realitas yg sederhana , dengan bahasa sederhana yg mendamaikan hati ,
    Menungu tulisan berikutnya Kang.

    BalasHapus
  2. Senang membaca esay Kang Parno , memotret realitas yg sederhana , dengan bahasa sederhana yg mendamaikan hati ,
    Menungu tulisan berikutnya Kang.

    BalasHapus
  3. Sabar dan syukur adalah sesuatu yang pada posisi menyenangkan bagi orang yang beriman.

    Sungguh menyenangkan urusanya orang yang beriman disaat diuji kesempitan dia bersabar dan disaat diuji kesenangan dia bersyukur.

    Tetaplah dlm ke Imanan. Selalu dekat dgn Allah. Apapun yg kita terima adalah yg terbaik. Tidak usah memandang seseorang lebih enak dr kita. Krn senua adalah ujian dan yg mengukur adalah Allah.

    Terima kasih sahabat terus berkarya semoga bermanfaat utk kita semua.
    Selamat menjalankan ibadah Puasa. Smoga puasa kita berkah.

    Mohon maaf jika sekrang lambat komen. Salam utk keluarga disini. Tetap sehat semangat dan good luck.

    BalasHapus
  4. terima kasih Jeng Niken, terima kasih atas ulasannya menarik juga

    BalasHapus