Sabtu, 24 Juli 2021

55 tahun, hidupku dengan segala fasilitasnya dari Allah

Pagi ini waktuku agak longgar, kugunakan untuk  jalan  jalan meniti pematang sawah bersama Umi dan Hindun.  Nggak tahu bagaimana  perasaannya  apakah suka atau tidak. 

Saya ajak meniti jalan  sawah yang  14 tahun aku ikut membangunnya. Jalan kurang lebih 1 km ini dulu didanai  oleh program PNPM. Dibangun  pada bulan seperti  ini, dengan proyek padat karya.  Disaat  saat orang desa  nggak ada panen  program  dikucurkan  sehingga  orang desa dapat penghasilan.  
Setiap hari yangbkerja sekitar  30 orang,  saya menjadi pimpinan  proyek  ini. 

Pagi saya belikan nasi pecel, sedangkan  untuk  makan siang  di rumah masing-masing.  

Lihat itu , ada air yang mengalir  dari sebuah  sumur,  ini usahanya Bapaknya Nanda   namanya pak Juwair.  Didekat sumur  disediakan  warung kopi  dan diseberang jalan ada tempat  pemancingan. 

Nanda adalah temannya  Hindun di SMA 1 Magetan  yang sekarang  kuliah  di Teknik Lingkungan  Universitas Jember.  Anaknya pintar dan suka membantu  ayahnya  mengelola  pengairan sawah. 

Hindun sendiri kuliah di FKG Unair, sesuai dengan impianya sejak kecil. Sejak kecil kalau ditanya orang, cita cintanya apa? Jawabnya singkat ,"dokter. "

Kembali pada perjalanan  gratis kami, Walaupun ditengah sawah hawanya  sejuk, karena sawah ini ditanami pohon mangga gadung.  Anginya semilir berhembus udara bersih segar  dan sehat. Orang-orang yang lelah akibat mencangkul  bisa istirahat  di tempat  ini sambil  minum kopi. 

Saya lanjutkan  perjalanan  hingga  jalan raya,  kemudian  berjalan ke arah barat,  berjalan ditrotoar.  Jalan ini dulu sering  ku lalui  diwaktu kecil.  Dulu ada sepur  pengangkut  tebu dari Magetan  ke Karangrejo,  sebuah pabrik  tebu  yang sekarang masih tetap eksis.  Jalan kereta api itu oleh orang-orang  disebut " lintring".

Lihat itu  ada pabrik  penggilingan batu  terbesar  di Kabupaten  Magetan,  ada juga cormix.  Tempat  pengadukan  beton untuk  selanjutnya  diangkut  pakai  truk  yang ada galon besar  itu. 

Lurus itu  kami jalan  ke selatan lewat galengan sawah. Galengan  itu adalah batas kepemilikan tanah. Jalan  ini juga sering  saya lewati  kalau saya mencari rumput ke sawah.  

Di musim penghujan saya membawa sekeranjang  rumput  saya sunggi  diatas kepala , berat  sekali rasanya,  jalannya licin  tanahnya berlumpur.  

 "Bruk...." Saya jatuh,  saya malah ditertawakan  teman  temanku , sudah jatuh masih  tertimpa  sekeranjang  rumput.  Saya tidak menangis,   begitu  jatuh segera bangun  bangkit  dan jalan lagi. 

Jatuh bangunku  di sawah tidak pernah  saya ceritakan  ke Ibu dan Bapak saya, karena jatuh bangun seperti  itu sudah biasa  dialami  anak-anak desa. Barangkali  seperti  ini cara Allah mendidik  saya agar menjadi orang yang kuat,  tidak cengeng   tidak pernah mengeluh.
Orang  yang suka  mengeluh  itu  fixed minset,  pikirannya  negatif. Sebaliknya  adalah  growt  mindset,  orangnya  selalu optimis,  pikirannya  positif.  "Kalau urusan itu  diserahkan pada saya, saya akan belajar  lebih keras  untuk  menyelesaikan itu." Ini cara berfikir  growt  mindset.  Orangnya suka  tantangan. 

Sekaligus Umi dan Hindun saya ajak menghadapi tantangan  ini. "Ada jalanya  apa tidak  Pah?" Ini  sedang mencari  jalan yang dulu  sering dilalui orang, ternyata  jalan itu sudah tidak dilalui  akhirnya  tumbuh  seperti hutan belantara.  

Saya tidak menyerah , karena menyerah itu juga fixed,  saya cari jalan  alternatif. Lihat  itu  ada tanda jejak  dilalui  orang ,  awas hati- hati kalau ada ular.  
Dulu ini kebun Kakek saya namanya Sodikromo, dulu ditanami padi  sekarang  ditanami  hutan jati. Hanya jalan setapak yang jarang dilalui  orang. 

Lihat itu  ada sungai,  disungai ini sering digunakan  orang untuk  mandi.  Sekarang  tidak ada airnya. 

Nah dibalik sungai  itu ada kebun Bapak saya  dulu  ditanami  padi.  Sekarang milik adik  saya, dutanami  pohon jati. 
Jaman betul  betul berubah,  orang sudah tidak suka  bercocok  tanam   sehingga  meninggalkan  area  tanamannya.  
"Kita akan lewat  hutan jati itu,  hati  hati kalau ada ular.  

Tahun 87 saya pernah melewati jalan ini seorang diri  di malam hari.  Waktu  itu saya pulang kuliah.  Saya turun dekat  pabrik penggilingan  batu  trus  berjalan ke arah selatan  lewat  tengah sawah hingga akhirnya  tembus ke jalan desa  dan sampai  dirumah saya. 

Nah itu rumahnya Bapak saya yang sekarang ditempati  adik saya, di situ  saya dilahirkan,  dan sibesarkan sampai usia  16 tahun.

Lihat itu ada Masjid yang cukup bagus.  Di situ dulu saya belajar  ngaji  sampai  mengajarkan  ngaji.  Namanya masjid  Al Muttaqin,  saya yang memberi  nama itu, dulu  sebuah mushola  kecil  yang disebut  "Langgar". Masjid ini baru saja dipugar  3 tahun yang lalu.  

Banyak kenangan  yang indah, penuh tantangan kualami  di sini.

Ketika ngajar ngaji,  oleh orang  tuanya  tidak boleh,  anak itu  dimarahi  didepan saya. "Mau jadi apa kamu besuk!" 
"Mau dibawa kemana  anak-anak ini". Banyak sekali kata kata sindirian  dialamatkan  pada saya. 
Saya tidak  menjawab  , karena  percuma, saya tidak suka padu. Karena padu  itu  peradaban  orang  primitif,  orang orang jahiliah.  

Saya hanya mengusap  dada, " ya Allah tolonglah kami.   Berikan jalan keluar yang baik."
Saya lebih suka  duduk bersama,  berdiskusi,  bermusyawarah untuk  memecahkan permasalahan.

Semenjak saya selesai kuliah  di Surabaya, saya merasa  banyak orang tidak suka pada saya. Orang  orang ini kalau sekarang fixed mindset. Suka iri  atas keberhasilan  orang lain. 
Kalau orang  growt  mindset,  akan mengucapkan selamat  dan akan  belajar  keras  agar bisa kuliah  di perguruan  tinggi  ternama.  

Tapi tidak mengapa  yang penting  anak-anak  kecil suka  pada saya, anak-anak  ini saya ajari  ngaji, saya berikan cerita, saya tanamkan untuk suka sekolah setinggi tingginya.  Sekarang  diantara  mereka sudah bekerja, ada yang jadi tentara,  jadi guru ngaji. 

Yang suka kuliah  ternyata  hanya kerabat  saya saya saja, diantara  mereka  anaknya ada yang di UGM  Unej  UB, Unair. Padahal diantara  mereka ada yang tidak mampu.  Tapi Allah memberikan  jalan keluar  tercantik  yang sulit  dipercaya.  Bayangkan  kuliah di UGM dengan UKT Nol rupiah.  Kuliah  di Unej  dengan UKT 500 ribu. Sungguh  pertolongan  Allah  yang  luar  biasa. 

Saya terus memotivasi  anak-anak  itu disetiap  saya bertemu,  untuk  semangat belajar,  semangat kerja dan semangat ibadah.

"Bi suruh masuk", suara Hindun  anak saya. Kemudian saya masuk rumah  ternyata  disambut  ucapan  selamat  ulang tahun. 
Ya Allah begitu  perhatiannya  keluarga  saya.
Kemudian saya tiup  lilin itu. Sebelumnya kami berdoa,  "Ya Allah berikanlah  keluarga  kami  selalu sehat  wal afiat,  sakinah  mawadah  warohmah. Ya Allah   berikanlah  kami panjang umur  yang barokah ,  sehingga  bisa lebih  berkarya untuk  kehidupan ini.  Ya Allah berikanlah rezeki yang banyak  yang barokah, dan sebagian  dibelanjakan  dijalanmu, dan diberikan  karir yang baik.
Ya Allah  berikanlah  hidayah  kepada keluarga kami , anak keturunan  kami hingga hari qiamah. Aamiin.
"Bismillahirrohmanirrohim. Brussss." Matilah  ketiga lilin  itu. 

Kemudian  kue  itu saya potong-potong.  Potongan pertama  saya hadiahnya pada Umi,  istri yang setia menemani saya, yang selalu  bersama  saya  dalam suka dan duka.  

Potongan kedua  saya hadiahnya untuk  Hindun  , anakku  yang kecil. Yang paling cantik se Indonesia ( menurut saya, hehe).

Kemudian  saya ingat  dua anakku yang lain,  Diar  dan Intan  yang sekarang  tinggal di Trenggalek.  

Kemudian saya potong  lagi untuk  Yuni, yang setia  membantuku  sudah 17 tahun ini , yang sekarang  sedang setrika  di belakang. 

Kemudian  kami menikmati  kue itu  di ruang makan. 

Habis itu  saya kembali duduk  di teras,  menikmati udara  segar  di desa  yang berembus  kencang  hari ini. 

Kemudian  ada sepasang anak muda naik sepeda motor  berboncengan,  
"Pak mengantarkan  kue  pesanan  mbak Intan,  untuk  Bapak."

Ya Allah  ternyata  kiriman  anakku  yang ada di Trenggalek, Intan. Terharu banget. Saya buka pelan- pelan dan lihatlah.... wow....
Ya Allah ada fotonya....


Iya terimakasih  nduk Intan , semoga Allah membalas  yang terbaik  atas baktimu  pada Bapak. Semoga  kamu senantiasa  sakinah  mawadah warohmah. Banyak rezeki  dan keberkahan  dalam hidupmu.
Oow... masih lagi kuenya, ada tulisannya  HBD Bapak mertuaku. 
Terima kasih  juga saya sampaikan  kepada senior dan Yuniorku di MKKS, teman, sahabatku  , saudaraku, yang telah memberikan  ucapan selamat,  semoga penjenengan  semua  diberikan  sehat  walafiat  sekeluarga,   banyak rezeki yang barokah dan sebagian dibelanjakan  di jalan Allah. 

"Ya Allah usia yang kau berikan  sudah 55 tahun.  Saya tidak tahu masih berapa  tahun lagi sisanya.  " Ya Allah suatu  saat nanti  kalau  sudah tiba saatnya,  wafatkan saya dalam Islam dan Iman, wafatkan  saya dalam husnul  khotimah.  Aamiin ya Robbal alamin."

Magetan, 25 Juli 2021






9 komentar:

  1. Suasana pematang sawah sangat dirinduksn pak... Saya kangen kampung jadinya 😂

    BalasHapus
  2. Jangan menyerah dengan keadaan. Terima kasih sudah berbagi pengalaman. Monggo pinarak di blog saya 🙏

    BalasHapus
  3. Terima kasih bu Sri, siap blogwalking

    BalasHapus
  4. Barakaullah fii umrik Bapak...cerita nyata yang membahagiakan namun tidak bisa diulang lagi, perhatian keluarga menambah kebahagiaan, kesehatan semua keluarga membuat kita selalu bersyukur atas semua pemberian Sang Pencipta...harta yang tak ternilai adalah keluarga dan kesehatan...mudah2n Bapak dan keluarga selalu pinaringan sehat..Aamiin🤲🤲

    BalasHapus
  5. Terima kasih bu Nunung yang baik hati doa yang sama untuk penjenengan sekeluarga

    BalasHapus
  6. Sugeng tanggap warso pak, kaparingan kesehatan, rejeki berlimpah🙏

    BalasHapus
  7. Terima kasih bu Eti, doa yang sama untuk penjenengan sekeluarga

    BalasHapus