Konsep saya buat rumah tidak untuk dijual tapi untuk ditempati sendiri bersama keluarga selamanya. Saya ingin bentuk rumah yang agak modern. Sudah bosan dengan rumah bentuk limasan, joglo atau kampung.
"Bagaimana persiapanmu membuat rumah? Tanya mertuaku.
"Inggih Bapak masih menyicil bahan -bahan." Jawabku dengan terus terang.
"Saya bantu besinya", tampaknya sungguh beliau ingin membantu.
" Sudah ada Bapak." Jawabku.
"Kalau begitu kayu atabnya saya bantu."
Ya Allah sebenarnya walaupun tidak baik saya ingin membuat rumah secara mandiri, tidak merepotkan orang tua. Tapi di sisi lain memang Dia menitipkan anaknya padaku. Saya diam menundukkan kepala , tidak segera menjawab. Kemudian saya pikir secara mendalam. Saya tidak berani menatap wajahnya. Istri saya juga diam saja sambil menimang si kecil. Akhirnya seolah ada petunjuk untuk menerima saja.
"Inggih Bapak , sebenarnya saya tidak ingin merepotkan Bapak." Jawabku .
Dengan mertua itu saya selalu dibawah, baik dalam pembicaraan maupun lainnya. Intinya mengalah saja jangan sampai terjadi selisih pendapat apalagi bertengkar.
Pernah saya disuruh membantu "ndaut" di sawah. Saya siap saja. Ndaut itu memungut bibit padi dari persemaian. Setelah selesai disuruh "banjari". Banjari itu mendistribusikan bibit padi pada ibu- ibu yang bertugas tandur atau menanam padi. Tandur itu menanam sambil mundur.
Saya bahagia saja menjalani ini semua, sambil refresing bisa menyapa ibu ibu yang bertugas "tandur" itu tadi
Kembali pada persiapan membangun rumah, setelah percakapan dengan mertua itu istri saya saya ajak pulang ke rumah Bapakku Pojoksari. Saya ajak membuat batu merah nyicil sedikit demi sedikit lama-lama pasti dapat banyak, pikirku.
Di rumah Bapakku sekarang ganti istriku yang harus menyesuaikan diri dengan mertu, terutama dengan ibuku. Saya tidak tahu bagaimana perasaan istriku, yang jelas ingin rasanya segera punya rumah sendiri.
Orang berumah tangga itu rasanya seperti merdeka kalau sudah punya rumah, walaupun tidak bagus.
Mau makan nasi dan sambalpun tak masalah, kalau sudah punya rumah sendiri. Rasanya nikmat saja.
Sampai di sini saya berhenti menulis, kemudian tulisan WA Bapak Bupati itu saya teruskan pada istri saya. Sekarang giliran istri saya yang menulis yang menceritakan "lidah mertuanya."
Saya mau cari ilustrasi lidah mertua, ternyata lidah mertua itu nama bunga yang nama latinnya sansevieria. Daunnya menjulang ke atas ujungnya lancip. Ditepian daun itu ada lajur kuning yang menghiasi.
Tanaman bunga ini banyak didapati di sekolahku SMP 2 Karangrejo yang kebetulan iconnya bunga sansevieria atau lidah mertua.
Selain dikenal dengan Sansevieria, tanaman ini dikenal juga dengan nama lidah jin. Nama tumbuhan ini dalam bahasa Inggris, selain dikenal dengan Sansevieria juga dinamai snake plant, mother-in-law´s tongue, devil’s tongue, jinn’s tongue, dan bow string hemp.
Lidah mertua memang cocok untuk menamai bunga ini karena menjulang dan lancip ini. Seringkali lidah mertua yang banyak ngomel digambarkan lancip, tapi bagaimanapun kita adalah anak yang berbudi dan berbakti pada beliau. Saya yakin maksud dan tujuannya adalah baik. Beliau merasa banyak pengalamannya banyak ilmunya. Oleh karena itu disebut orang "sepuh". Disesep ilmunya di puh pengalamannya. Tapi jangan dipuh warisannya. Hehe.
Kadang orang tua itu lupa bahwa anaknya sudah jadi guru, sudah sarjana, bahkan sudah S2, tapi masih juga banyak mengatur, banyak nasehat. Bagaimanapun kami menyadari , setinggi apapun pangkat kita tetap saja kita ini anak bagi mereka.
Oleh karena itu sangat beralasan bila mereka itu suka ngatur.
Yang penting kita harus sabar, karena ternyara belajar sabar itu hingga akhir menutup mata.
Demikian ganti menunggu tulisan bu Parno ya....
Bersambung....
Magetan, 19 Juni 2021
alhamdulillah
BalasHapusMatur suwun Kang KS tulisan ini bisa menghibur hati terutama para mantu
BalasHapusTerima kasih mbak Parti, semua orang juga jadi mantu ya, hehe
Hapus```Lidah Mertua lha itu dia. Klau Lidsh mertua adalah tdnaman yg utk menangkal radikal bebas ok lah.
BalasHapusTp klau lidah mertua sebagai kiasan tajamnya pisau lain lagi.
Dlm hadist disebutkan yg artinya Janganlah engkau jadikan satu atap antara ibumu dgn istrimu krn dalah satu ada yg menderita / korban.
Semua yg sdh berkeluarga tentunya paham krn walau masalah kecil dlm RT kok orang tua baik orang tua kandung atau mertua ikut campur buyar acaranya.
Ok sahabat kita tetap santun kpd orang tua atau mertua. Tanpa dia kita tdk akan pernah ada didunia ini.
Thanks you sahabat..sehat selalu tetap semangat dan good luck...
Salam utk kelg... semoga kita tetap dlm Lindungan Allah```
Terima kasih Jeng Niken menambah lengkap
Hapus