Setelah diguyur hujan semalam, Pojoksari Desa yang indah ini terasa dingin dan sejuk. Pukul 06.30 kami sudah mulai berkebun. Rencana hari ini menanam alpukat. Bibitnya saya datangkan dari Nganjuk. Ada bermacam macam, aligator, markus, tanpa biji, miki, longgrin, kolombus, has, almo, pluang, , florida dan yamagata. Ada 11 jenis.
"Gak papa, dia bisa mengatasi sendiri, itu juga cara pembelajaran hidup untuk dia."jawabku agak panjang sambil menegakkan batang "miki" alpukat yang saya tanam saat ini.
"Jadi anak itu jangan dididik di atas jalan yang rata saja, dia harus tahu bahwa tidak semua jalan rata, jalan itu ada yang berbatuan, naik turun berkelok berliku, bahkan kadang penuh onak dan duri." Lanjutku.
Seperti kalau kita ingin tahu keindahan puncak Lawu atau keindahan kawah Bromo, harus naik jalan terjal yang panjang, sampai nafas terengah engah, baru sampai ke puncak, hadiahnya melihat pandangan indah kawah Bromo.
Begitulah dinamika kehidupan, kadang jalannya rata, kadang berbatuan, saya yakin semua bisa melalui dengan baik, asal tidak mengeluh, ketika kita mengeluh, disaat itulah sebenarnya kita lemah. Disaat kita menangis, saat itulah sebenarnya kita bersedih, disaat kita ketawa saat itulah sebenarnya hati bahagia.
Pukul 10.00 saya istirahat berkebun, belum panas amat sebenarya , tapi ototku tidak terlatih, sehingga sudah lelah mencangkul , pandangan mataku sudah klemun klemun berbintang putih tanda fisik perlu asupan oksigin yang dihirup sambil duduk dibawah pohon mangga. Trus pulang.
Saya duduk di teras, sambil utak- utik HP. Terdengar dari kejauhan, mobilnya Diar, saya hapal bunyi klaksonnya, dia menyapa tetangga yang ditemuinya sepanjang jalan pulang. Memang saya mengajarkan, walaupun kamu generasi " Z", sapalah orang orang yang kamu kenal dengan senyum, atau belum kenalpun kalau kamu tahu. Karena itu salah satu bentuk keramahan.
"Katanya tadi malam mobilmu macet," sapaku memulai bertanya.
"Iya pak, halah hanya satu kabel akinya agar kendor. Kemudian saya benahi, beres". Jawabnya.
Sederhana, untuk anak laki-laki seperti itu masalah kecil, tapi untuk anak perempuan itu bisa jadi masalah besar. Itulah kelebihan laki-laki, bisa mengatasi masalah yang tidak bisa diatasi perempuan.
Tapi semuanya saling melengkapi, akhirnya sama sama ringan dalam menapaki jalan hidup ini, walaupun jalannya tidak rata.
Magetan, 1 Nopember 2020
Saya juga pernah mengalaminya.
BalasHapusTerima kasih Omjay yang baik hati
BalasHapusSederhana, tapi mengena
BalasHapusmakasih om
HapusHebat pak tani berbakat, berkreasi dlm segala hal.
BalasHapusYg menarik jenis alpokate itu lo, jok 11, macam seandainya aq tahu ikutan beli bibitnya P No.
Klo Diar suka utak atik soud sistem, aku kan suka alias dhemen olah tetanen.
Menarik sekali, di desa kita ini,tokat kayu dan batu jadi tanaman, hhhhhh lagune koesplus.
Aq gak lahan, hingga aq tanam jeruk dan apokat jarak tanam dua meter P No.
Mboh dadine "Sing penting pumpung prei, jam repet repet ,aq wes nyangkuli kebun.
Trus bibite itu kalo, lebih aku mau beli P No, ben Miki, Maskuse, kaya apa besok kridane.....
Timbang nganggur nulis iki. Matur nuwun, trima kasih.
Makasih pakde, bibitnya dari Nganjuk dan Semarang, online Pakde
HapusInspiratif untuk didik kemandirian anak saya sejsk dini. Terimakasih pak
BalasHapusiya mas Pri, sama-sama
BalasHapus