Justru kadang kadang terletak pada orang yang hidupnya sederhana. Kemudian memiliki rasa menerima diri , narimo ing pandum.
Kalau kita ke Masjid kemudian membawa sandal yang bagus harganya mahal. Misalnya 1 juta. Kemudian kita sholat bersama, kadang kadang ada rasa was was, jangan jangan nanti diambil orang.
Kalau kita pergi nonton konser, memakai mobil yang bagus, Pajero harganya 500 juta, maka pikiran kita kadang was was, jangan jangan nanti catnya di gores orang. Apalagi mobil masih kredit belum lunas.
Jadi intinya sederhana. Pagi ini saya dapat kiriman doa dari senior saya MKKS , setiap hari pasti menyapa saya dengan doa, semoga beliau selalu sehat, panjang umur, keluarganya senantiasa sakinah mawaddah warohmah, ini kirimannya;
Jangan mendengar yang tidak perlu didengar, jangan melihat yang tidak perlu dilihat, jangan bicara yang tidak perlu dibicarakan, jangan cari tahu yang tidak penting kita tahu.
Jadi mendengarkan informasi yang penting untuk kemajuan dan ketenangan hidup saja. Kadang kadang orang itu sebaik apapun juga dibicarakan orang lain, alias dighibah , yang seperti ini tidak perlu didengarkan. Biarkan mereka mengghibah, itu urusan dia. Tidak usah didengarkan, tidak usah dicari tahu, tidak usah dibicarakan.
Kita ini bisa dianggap sebagai orang yang jahat, bagi orang yang iri dengan kita, bagi orang yang tidak suka pada kita. Yang seperti ini tidak usah didengarkan, dibicarakan, dan dicari tahu.
Didoakan saja semoga mereka diberikan hidayah, diberi sehat panjang umur dan rezeki yang melimpah ruah.
Kalau saya kondisi hati yang paling tenang adalah ketika sholat, baca Al Qur'an, dzikir, bertemu dengan ulama atau kyai yang wira'i. Atau bertemu dengan orang orang yang senang agama. Senang dalam arti yang sesungguhnya. Bertemu dengan orang orang yang baik di tempat tempat yang baik.
Dulu ketika mahasiswa kalau hati sedang sedih saya datang ke masjid Ngampel, waktu itu belum dipugar seperti sekarang, di masjid itu mak cles dingin sampai masuk ke relung hati. Di masjid itu 24 jam ada orang yang sholat. Hati saya merasa tenang tidak ada beban apapun yang membebani.
Kalau di Ponorogo saya merasakan di masjidnya Ki Ageng Hasan Besari, sebuah masjid kuno yang juga menimbulkan ketenangan hati. Disebut masjid Tegalsari
Masjid Tegalsari adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18. Masjid ini terletak di desa Tegalsari kecamatan Jetis kabupaten Ponorogo
Ketika saya ke sana pertama kali dengan seluruh keluar pada bulan puasa. Di perempatan diberhentikan oleh Pak Polisi, saya memakai baju muslim putih, peci putih, kemudian berkalungkan serban mirip pak Kyai. Kami tidak tahu kesalahannya apa. Kemudian kami di tanya,"mau kemana pak?"
"Mau ke masjid Tegalsari pak", jawabku pasrah. Ternyata malah ditunjukkan arahnya dan dijelaskan oleh pak Polisi. Mungkin ini sebagaian dari keberkahan tempat suci ini.
Masjid ini merupakan peninggalan Kyai Ageng Hasan Besari seorang ulama besar yang hidup sekitar tahun 1742 pada zaman pemerintahan Pakubuwana II .
Di dalam masjid tersimpan kitab yang berumur antara 150-170 tahun yang ditulis oleh Ronggo Warsito , seirang Pujangga Jawa yang terkenal.
Komplek masjid ini sekarang menjadi tujuan wisata religius di Ponorogo.
Kalau di Magetan di masjid Tegalrejo, nama daerahnya hampir sama. Sama sama menggunakan kata "Tegal". Yang satu Tegalsari, satunya Tegalrejo.
Saya mendengar daerah ini tahun 1993 dari cerita neneknya istri saya, mbah Haji Barokah. Beliau ikut nyantri disana , mendalami ilmu thoriqoh.
Di sini juga masjid kuno yang saya rasakan mak cles, masjid itu dibangun tahun 1835 , oleh Eyang KH Abdurrohman, yang terkenal kewaliannya, yang masa kecilnya bernama Bancolono. Anaknya bernama Nyai Ageng Harjo Besari, kemudian cucunya bernama Imam Besari.
Ada kesamaan nama Besari pada kedua masjid diatas, yang di Tegalsari Kyai Ageng Hasan Besari, yang di Tegalrejo Nyai Ageng Harjo Besari dan Imam Besari. Nyai Ageng Harjo Besari juga dikenal sebagai waliyulloh.
Atap masjid Tegalrejo , cagaknya, dinding temboknya bahkan pintu-pintu jendela masih utuh sejak jaman dahulu hingga sekarang. Bentuknya mirip dengan yang ada di Tegalsari.
Tapi serambinya ada tambahan seperti gambar. Kalau bangunan utama masih tetap.
Jamaahnya orang-orang sederhana, orang desa yang tahunya hanya ibadah dan bekerja. Nanti hari Rabu tgl 14 Oktober 2020 habis sholat dhuhur akan diadakan sholat tolak balak dan doa bersama agar dijauhkan dari balak musibah penyakit dan lain lain.
Semoga kita semua dijauhkan dari segala musibah, balak, penyakit, khususnya penyakit korona. Sehingga Bangsa Indonesia bisa segera beraktivitas membangun bangsa dan negaranya untuk nencapai masyarakat adil makmur, berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
Selamat bekerja , semangat dan sehat selalu.
Takeran 8 Oktober 2020
Sumber bacaan: www.id.m.wikipedia.org; 8 Oktober 2020;09.30.
Selamat sore teman teman
BalasHapusYa betul kunci hidup tenang dlm hadits disebutkan " Jangan pernah melihat rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita " artinya memandang orang lain lebih enak / bahagia sedangkan kita lebih menderita ...jadi intinya iri dengki hrs kita hilangkan walaupun itu manusiawi tp agama melarangnya. Klau kita Islam tentunya akan bisa memaknai hidup d kehidupan. Pandanglah keatas dgn orang yg keImanannya lebih tinggi ilmu agamanya. Dan tetaplah bersyukur klau kita memandang orang secara duniawi kurang beruntung/ternyata kita msh diatasnya secara materi. Ok selamat berkarya d tetap sehat serta semangat..semoga kita tergolong orang yg dimuliakan Allah..
BalasHapusTerima kasih Jeng Niken, atas kunjungannya
BalasHapus