"Waalaikumsalam, iya insyaallah bisa" jawabku singkat.
Masjid ini dulu mushola kecil yang berdiri sekitar tahun 1983, dibangun atas dasar gotong rorong warga. Di mushola ini saya belajar mengaji, "alif bak tak". Bukunya disebut "turutan". Orang seusia saya ke atas kebanyakan tahu metode ini. Tapi anak muda sekarang pasti tidak tahu. Pembelajaran ngaji sekarang menggunakan metode iqro' yang di gagas Ustad As'ad Humam dari Jogjakarta sekitar tahun 1990.
Tahun 1989 saya selesai kuliah, sambil menunggu datangnya SK dan penempatan kerja, saya gunakan untuk mengajar ngaji anak anak kecil, mulai dari TK hingga SMP. Tapi kebanyakan anak seusia SD. Saat itu tudak ada kegiatan belajar mengajar ngaji Al Qur'an. Maka saya adakan kembali, muridnya hanya sedikit, hanya 5 orang. Lima orang ini saya tèkuni setiap hari saya ajar selepas maghrib hingga isak. Kemudian habis ngaji saya beri materi cerita setiap malam Jum'at. Makin lama muridnya bertambah banyak hingga ada dua puluhan. Demikian juga jamah sholat 5 waktu juga bertambah banyak. Kalau bulan Ramadhan jumlah jamaah tarowih sampai 30 sd 40 an jamaah, sampai tidak muat musholanya.
Tahun 1994 saya menikah , saya pindah mengikuti istri di desa Klagen, sebuah desa kecil perbatasan antara ujung timur Magetan dengan Kabupaten Madiun.
Tugas saya digantikan oleh yang lain.
Lama lama jamaahnya berkurang dan yang ngaji Al Qur'an juga semakin sedikit.
Sampai pada akhirnya yang bertugas adik saya, lama-lama kesadaran beragama masyarakat bertambah baik, kegiatan ngaji juga berjalan lancar. Akhirnya sampai pada keputusan untuk merehab mushola menjadi masjid.
Adik saya yang disepakati sebagai ketua panitia pembangunan masjid. Alhamdulillah berkat ridho Allah berdatangan orang orang yang menitipkan sebagian hartanya untuk membangun masjid. Ada yang membantu dalam bentuk uang maupun barang material seperti semen, keramik, beras sampai pada sayur mayur.
Masyarakat desa Combang, Pojoksari dimana saya dilahirkan, memiliki karakter gotong royong yang kuat, dan rela berkorban untuk kepentingan bersama. Kalau membangun untuk kepentingan bersama standarnya, "paling baik se-Indonesia", pinjam istilahnya pak Edy , senior saya di MKKS Kab. Magetan.
Akhirnya masjid impian bersama masyarakat ini terwujud, sekarang ini terbaik se-Pojoksari, menurut pengamatan saya.
Kegiatan masjid berkembang, mengadakan pengajian Ahad pagi, yang dihadiri ratusan jamaah, menghadirkan kyai, ustadz dari daerah lain. Yang saya kagum, kebersamaan masyarakat juga berubah, pak tani yang biasanya pagi pagi sudah berangkat ke sawah, di hari ahad Kliwon, ikut pengajian dulu, setelah selesai ngaji jam 07.00 baru pergi ke sawah atau aktivitas lainya. Kegiatan ngaji dimulai jam 06.00 tet, hingga jam 07.00.
Kegitan ini mulai berjalan sejak Januari 2020. Karena pandemi covid-19 akhirnya sejak Maret 2020 kegiatan ini dihentikan.
Nanti kalau masa pandemi sudah berakhir akan dilanjutkan kembali.
Hari ini, 2 Oktober 2020, saya menggantikan kutbah ustadz yang sakit itu. Dengan mengambil judul "cinta Al Qur'an", kutbah di masjid ini menggunakan bahasa Jawa kromo karena semua jamaahnya orang desa yang familiar dengan bahasa keseharian mereka yaitu bahasa Jawa.
Tak ada persiapan untuk kutbah ini, sehingga saya ambil judul salah satu tulisan saya yang saya muat di blog, yaitu cinta Al Qur'an.
Al Qur'an nanti yang setia menemani kita sejak kita meninggal , ketika keluarga mempersiapkan "ngrukti jenazah", dia menjelma menjadi pria tampan berdiri di dekat kepala mayat. Ketika akan dikafani berdiri antara kain kafan dan dada, ketika dalam kubur menemani ketika si mayat ditanya Malaikat Mungkar Nakir, kemudian si Tampan mengatakan, aku adalah bacaan Al Qur'an yang kau baca kadang kadang dengan suara keras dan kadang kadang dengan suara pelan. Setelah pertanyaan Malaikat Munkar Nakir, kau tak akan merasa sedih, aku akan menemanimu hingga kau masuk surga. Kemudian menghamparkan tikar permadani dari sutra.
Yang penuh bau minyak kasturi.
Kemudian disebutkan dalam hadis Bukori, "khoirukum man ta alamal Qur'an na wa 'alamah", Sebaik-baik diantara kamu adalah orang yang mau belajar Al Qur'an dan mengamalkannya.
Oleh karena itu "mumpung padang rembulane mumpung jembar kalangane" mari kita tingkatkan bacaan Al Qur'an kita, yang belum bisa membaca, marilah kita belajar membaca Al Qur'an.
Semoga kita semua termasuk orang yang bila meninggal nanti, ditemani Al Qur'an hingga kita masuk surga.
Begitu isi kutbah yang saya sampaikan hari ini di Masjid Al Muttaqin desa Pojoksari, Kampung pamelo yang dinahkodai Bapak Edy Mulyono ini.
Katakan aamiin jika ini termasuk doa anda juga .Terima kasih.
Pojoksari 2 Oktober 2020.
Allahummarhamna biil Qur'an...
BalasHapusAamiin
Melengkapi istilahnya Bapak Edy..
*terbaik se- Indonesian Bagian Pojoksari*......
Demikian bapak..semakin menyemangati kami untuk menulis...
Hahahaha betul sekali
HapusAamiin yaa Robbal'aalamh
BalasHapusterima kasih
HapusSemoga Kita selalu mendapatkan ridho dan hidayah dari Alloh SWT,
BalasHapusAmin.
aamiin pakde matur nuwun
BalasHapus