Di buku ini saya sendiri penulis ke 26 dari 79 penulis yang berasal dari berbagai daerah di tanah air.
Inilah hikmah, literasi mempersatukan kami anak bangsa setanah air. Kami saling memotivasi, nengapresiasi atas proses kreatif menulis, hingga menghasilkan karya.
Ibu merupakan orang pertama yang sangat dekat dengan kita, menolong kita ketika kita mulai tak berdaya apa apa hingga kita sudah dewasapun masih menolong kita. Oleh karena itu kenangan bersamanya tak bisa dilupakan.
Para penulis ingin mengabadikan kenangan indah bersama ibunya, dengan menuliskan di buku setebal 432 halaman ini. Mereka menulis dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Ahmad Sugeng Riady begitu pas memberikan pengantar buku ini, sehingga memotivasi pembaca untuk membuka lembar demi lembar dalam isi buku ini.
Ahmad menulis, "Dari tulisan tulisan itu saya seperti diajak berkelana menjelajah dunia para penulis, kadang-kadang saya harus memposisikan sebagai anak yang nakal tapi manja, anak yang tegar tapi keras kemauanya, anak yang berkelit sulit dengan keadaan tapi tidak padam pengharapannya, dan anak yang penurut kata orang tua.
Atau saya terkadang juga memposisikan sebagai ibu yang melulu ditimpa beban, ibu yang sulit mengambil keputusan, dan ibu yang penyayang.
Masih lanjut Ahmad, Say tidak membohongi bahwa dibeberapa cerita , saya dipergoki seorang teman yang sedang mendapati air mata saya menetes tanpa sadar. Buku ini lebih haru daripada lucu.
Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja, karena kita semua dibesarkan, dididik dan di bimbing oleh Ibu.
Amanah Soleman menulis, ibu merupakan manusia terhebat, tiada yang mampu menyamai jasanya bagi seorang manusia. Bagi siapapun yang masih memiliki ibu , maka berbaktilah seiklas ibu yang telah melahirkan dan membesarkanmu.
Dengan membaca buku ini akan mengingat kembali kenangan indah, seru bersama Ibu.
Saat sampai halaman 15 saya berhenti sejenak, tenggelam dalam tulisan Vivit Wardah yang berjudul "Saya memanggilnya Emak".
Vivit bertutur tentang seorang penjual keliling yang sering mengunjungi dihari Sabtu dan Minggu. Cerita ini sederhana tapi karena gaya bertuturnya yang apik, tak terasa tulisan 8 halaman ini selesai kubaca dalam sekejap saja.
Emak wanita tua yang jalannya terseok dengan iklas bekerja, tak mau merepotkan anak-anak. Bahkan Emak membesarkan Enur dan adik adiknya yang yatim piatu. (hal 18) yang ditinggal ayah dan ibunya ketika mereka masih kecil kecil.
Menarik sekali, cerita tentang budi pekerti, keterlibatan emosi , rasa empati penulis pada si Emak, seolah ada ikatan dua orang hamba Allah yang keduanya baik hati.
Insyaallah bersambung
Magetan, 8 Maret 2021
Keren pak.sdh sehat jih
BalasHapusAlhamdulillah sudah Cak Inin
HapusBuku bertema ibu memang tidak pernah lekang oleh waktu ya, Pak.
BalasHapusterima kasih pak Hadi
HapusWuaahh... cerdaasss
BalasHapusterima kasih bu Dosen
HapusKeren.... Ibu segalanya bagi kita, untuk kita, memberi kita
BalasHapusTerima kasih Om
HapusTerima kasih atas resensinya Pak KD
BalasHapusSama-sama mas Doktor
HapusJadi ingat ibu saya kasih ibu sepanjang masa.,.secuplikan syair lagu. Begitu lembut. Karena ibu fitrahnya mengasihi.
BalasHapusiya kalau Bapak hanya memberi tak harap kembali
BalasHapus