Pagi ini waktuku agak longgar, kugunakan untuk jalan jalan meniti pematang sawah bersama Umi dan Hindun. Nggak tahu bagaimana perasaannya apakah suka atau tidak.
Saya ajak meniti jalan sawah yang 14 tahun aku ikut membangunnya. Jalan kurang lebih 1 km ini dulu didanai oleh program PNPM. Dibangun pada bulan seperti ini, dengan proyek padat karya. Disaat saat orang desa nggak ada panen program dikucurkan sehingga orang desa dapat penghasilan.
Setiap hari yangbkerja sekitar 30 orang, saya menjadi pimpinan proyek ini.
Pagi saya belikan nasi pecel, sedangkan untuk makan siang di rumah masing-masing.
Lihat itu , ada air yang mengalir dari sebuah sumur, ini usahanya Bapaknya Nanda namanya pak Juwair. Didekat sumur disediakan warung kopi dan diseberang jalan ada tempat pemancingan.
Nanda adalah temannya Hindun di SMA 1 Magetan yang sekarang kuliah di Teknik Lingkungan Universitas Jember. Anaknya pintar dan suka membantu ayahnya mengelola pengairan sawah.
Hindun sendiri kuliah di FKG Unair, sesuai dengan impianya sejak kecil. Sejak kecil kalau ditanya orang, cita cintanya apa? Jawabnya singkat ,"dokter. "
Kembali pada perjalanan gratis kami, Walaupun ditengah sawah hawanya sejuk, karena sawah ini ditanami pohon mangga gadung. Anginya semilir berhembus udara bersih segar dan sehat. Orang-orang yang lelah akibat mencangkul bisa istirahat di tempat ini sambil minum kopi.
Saya lanjutkan perjalanan hingga jalan raya, kemudian berjalan ke arah barat, berjalan ditrotoar. Jalan ini dulu sering ku lalui diwaktu kecil. Dulu ada sepur pengangkut tebu dari Magetan ke Karangrejo, sebuah pabrik tebu yang sekarang masih tetap eksis. Jalan kereta api itu oleh orang-orang disebut " lintring".
Lihat itu ada pabrik penggilingan batu terbesar di Kabupaten Magetan, ada juga cormix. Tempat pengadukan beton untuk selanjutnya diangkut pakai truk yang ada galon besar itu.
Lurus itu kami jalan ke selatan lewat galengan sawah. Galengan itu adalah batas kepemilikan tanah. Jalan ini juga sering saya lewati kalau saya mencari rumput ke sawah.
Di musim penghujan saya membawa sekeranjang rumput saya sunggi diatas kepala , berat sekali rasanya, jalannya licin tanahnya berlumpur.
"Bruk...." Saya jatuh, saya malah ditertawakan teman temanku , sudah jatuh masih tertimpa sekeranjang rumput. Saya tidak menangis, begitu jatuh segera bangun bangkit dan jalan lagi.
Jatuh bangunku di sawah tidak pernah saya ceritakan ke Ibu dan Bapak saya, karena jatuh bangun seperti itu sudah biasa dialami anak-anak desa. Barangkali seperti ini cara Allah mendidik saya agar menjadi orang yang kuat, tidak cengeng tidak pernah mengeluh.
Orang yang suka mengeluh itu fixed minset, pikirannya negatif. Sebaliknya adalah growt mindset, orangnya selalu optimis, pikirannya positif. "Kalau urusan itu diserahkan pada saya, saya akan belajar lebih keras untuk menyelesaikan itu." Ini cara berfikir growt mindset. Orangnya suka tantangan.
Sekaligus Umi dan Hindun saya ajak menghadapi tantangan ini. "Ada jalanya apa tidak Pah?" Ini sedang mencari jalan yang dulu sering dilalui orang, ternyata jalan itu sudah tidak dilalui akhirnya tumbuh seperti hutan belantara.
Saya tidak menyerah , karena menyerah itu juga fixed, saya cari jalan alternatif. Lihat itu ada tanda jejak dilalui orang , awas hati- hati kalau ada ular.
Dulu ini kebun Kakek saya namanya Sodikromo, dulu ditanami padi sekarang ditanami hutan jati. Hanya jalan setapak yang jarang dilalui orang.
Lihat itu ada sungai, disungai ini sering digunakan orang untuk mandi. Sekarang tidak ada airnya.
Nah dibalik sungai itu ada kebun Bapak saya dulu ditanami padi. Sekarang milik adik saya, dutanami pohon jati.
Jaman betul betul berubah, orang sudah tidak suka bercocok tanam sehingga meninggalkan area tanamannya.
"Kita akan lewat hutan jati itu, hati hati kalau ada ular.
Tahun 87 saya pernah melewati jalan ini seorang diri di malam hari. Waktu itu saya pulang kuliah. Saya turun dekat pabrik penggilingan batu trus berjalan ke arah selatan lewat tengah sawah hingga akhirnya tembus ke jalan desa dan sampai dirumah saya.
Nah itu rumahnya Bapak saya yang sekarang ditempati adik saya, di situ saya dilahirkan, dan sibesarkan sampai usia 16 tahun.
Lihat itu ada Masjid yang cukup bagus. Di situ dulu saya belajar ngaji sampai mengajarkan ngaji. Namanya masjid Al Muttaqin, saya yang memberi nama itu, dulu sebuah mushola kecil yang disebut "Langgar". Masjid ini baru saja dipugar 3 tahun yang lalu.
Banyak kenangan yang indah, penuh tantangan kualami di sini.
Ketika ngajar ngaji, oleh orang tuanya tidak boleh, anak itu dimarahi didepan saya. "Mau jadi apa kamu besuk!"
"Mau dibawa kemana anak-anak ini". Banyak sekali kata kata sindirian dialamatkan pada saya.
Saya tidak menjawab , karena percuma, saya tidak suka padu. Karena padu itu peradaban orang primitif, orang orang jahiliah.
Saya hanya mengusap dada, " ya Allah tolonglah kami. Berikan jalan keluar yang baik."
Saya lebih suka duduk bersama, berdiskusi, bermusyawarah untuk memecahkan permasalahan.
Semenjak saya selesai kuliah di Surabaya, saya merasa banyak orang tidak suka pada saya. Orang orang ini kalau sekarang fixed mindset. Suka iri atas keberhasilan orang lain.
Kalau orang growt mindset, akan mengucapkan selamat dan akan belajar keras agar bisa kuliah di perguruan tinggi ternama.
Tapi tidak mengapa yang penting anak-anak kecil suka pada saya, anak-anak ini saya ajari ngaji, saya berikan cerita, saya tanamkan untuk suka sekolah setinggi tingginya. Sekarang diantara mereka sudah bekerja, ada yang jadi tentara, jadi guru ngaji.
Yang suka kuliah ternyata hanya kerabat saya saya saja, diantara mereka anaknya ada yang di UGM Unej UB, Unair. Padahal diantara mereka ada yang tidak mampu. Tapi Allah memberikan jalan keluar tercantik yang sulit dipercaya. Bayangkan kuliah di UGM dengan UKT Nol rupiah. Kuliah di Unej dengan UKT 500 ribu. Sungguh pertolongan Allah yang luar biasa.
Saya terus memotivasi anak-anak itu disetiap saya bertemu, untuk semangat belajar, semangat kerja dan semangat ibadah.
"Bi suruh masuk", suara Hindun anak saya. Kemudian saya masuk rumah ternyata disambut ucapan selamat ulang tahun.
Ya Allah begitu perhatiannya keluarga saya.
Kemudian saya tiup lilin itu. Sebelumnya kami berdoa, "Ya Allah berikanlah keluarga kami selalu sehat wal afiat, sakinah mawadah warohmah. Ya Allah berikanlah kami panjang umur yang barokah , sehingga bisa lebih berkarya untuk kehidupan ini. Ya Allah berikanlah rezeki yang banyak yang barokah, dan sebagian dibelanjakan dijalanmu, dan diberikan karir yang baik.
Ya Allah berikanlah hidayah kepada keluarga kami , anak keturunan kami hingga hari qiamah. Aamiin.
"Bismillahirrohmanirrohim. Brussss." Matilah ketiga lilin itu.
Kemudian kue itu saya potong-potong. Potongan pertama saya hadiahnya pada Umi, istri yang setia menemani saya, yang selalu bersama saya dalam suka dan duka.
Potongan kedua saya hadiahnya untuk Hindun , anakku yang kecil. Yang paling cantik se Indonesia ( menurut saya, hehe).
Kemudian saya ingat dua anakku yang lain, Diar dan Intan yang sekarang tinggal di Trenggalek.
Kemudian saya potong lagi untuk Yuni, yang setia membantuku sudah 17 tahun ini , yang sekarang sedang setrika di belakang.
Kemudian kami menikmati kue itu di ruang makan.
Habis itu saya kembali duduk di teras, menikmati udara segar di desa yang berembus kencang hari ini.
Kemudian ada sepasang anak muda naik sepeda motor berboncengan,
"Pak mengantarkan kue pesanan mbak Intan, untuk Bapak."
Ya Allah ternyata kiriman anakku yang ada di Trenggalek, Intan. Terharu banget. Saya buka pelan- pelan dan lihatlah.... wow....
Ya Allah ada fotonya....
Iya terimakasih nduk Intan , semoga Allah membalas yang terbaik atas baktimu pada Bapak. Semoga kamu senantiasa sakinah mawadah warohmah. Banyak rezeki dan keberkahan dalam hidupmu.
Oow... masih lagi kuenya, ada tulisannya HBD Bapak mertuaku.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada senior dan Yuniorku di MKKS, teman, sahabatku , saudaraku, yang telah memberikan ucapan selamat, semoga penjenengan semua diberikan sehat walafiat sekeluarga, banyak rezeki yang barokah dan sebagian dibelanjakan di jalan Allah.
"Ya Allah usia yang kau berikan sudah 55 tahun. Saya tidak tahu masih berapa tahun lagi sisanya. " Ya Allah suatu saat nanti kalau sudah tiba saatnya, wafatkan saya dalam Islam dan Iman, wafatkan saya dalam husnul khotimah. Aamiin ya Robbal alamin."
Magetan, 25 Juli 2021