Hari ini saya tidak ke kantor , karena harus menghadiri undangan Bapak Kadin di Ruang Rapat Dinas Dikpora. Intinya adalah koordinasi mengenai penataan tenaga guru di Kab. Magetan.
Ini luar biasa sangat bermanfaat bagi kami. Dengan ini sekolah terbantukan untuk mengurai benang ruwet mengenai ketenagaan. Yang kurang akan mendapatkan bantuan, yang kelebihan akan di mutasi ke sekolah lain sehingga bisa sertifikasi.
Rapat dipimpin bu Sekdin hingga sekitar pukul 10. Kemudian harus selesai dan menuju Pendopo Surya Graha. Disini Bapak Bupati menghadirkan penulis-penulis hebat dan guru pembina penulis berprestasi.
Kehadiran beliau -beliau ini disetting dalam. Acara bedah literasi oleh mbak Okky Madasari. Seorang penulis hebat asal Magetan yang kini mendapatkan beasiswa doktor di Singapura.
Dalam sambutannya Bapak Bupati menyampaikan kehebatan beliau, S1 di UGM , S2 di UI dan S3 di Universitas Nasional Singapura, termasuk sekolah Top di sana.
Okky Puspa Madasari yang lebih dikenal sebagai Okky Madasari adalah seorang pengarang Indonesia pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012 untuk novel ketiganya, Maryam di usia 28 tahun dan menjadi pemenang termuda sepanjang sejarah penghargaan tersebut.
Kelahiran: 30 Oktober 1984 (usia 37 tahun), berasal dari Kabupaten Magetan.
Genre: novel, novel anak, cerpen, esai
Hasil karyanya; Entrok, Pasung Jiwa, Maryam, Mata di tanah Melus, Kerumunan terakhir, dll.
Novel "Entrok" bercerita tentang kehidupan seorang perempuan yang hidup dalam kemiskinan. Namun, hidup dalam kemiskinan tidak membuatnya putus asa dan menyerah pada keadaan. Justru, kemiskinan membuatnya memiliki semangat juang yang tinggi agar mampu memiliki kehidupan yang lebih baik. Saya ingat ibu saya, karena beliau dulu memakai ini.
Waktunya mbak Okky menyampaikan presentasi mengenai literasi akan berdampak pada kemajuan ekonomi.
Gaya bertuturnya cepat, teteh, lancar , tampak kecerdasannya linier dengan kemampuan berbicaranya. Didukung paras wajahnya yang cantik dan beliau mengenakan busana batik Magetan tapi didesain seperti pakaian yang dikenakan anak-anak muda. Tampak beliau sebagai seniman yang "nyentrik".
Saya mengikuti acara dari belakang, bersama KS yang lain. Jauh dari mbak Okky berdiri menyampaikan orasi.
Novel "Entrok" bercerita tentang kehidupan seorang perempuan yang hidup dalam kemiskinan. Namun, hidup dalam kemiskinan tidak membuatnya putus asa dan menyerah pada keadaan. Justru, kemiskinan membuatnya memiliki semangat juang yang tinggi agar mampu memiliki kehidupan yang lebih baik.
Setelah sampai diforum diskusi, Bapak Bupati menyebut nama saya untuk memandu acara. Setengah tidak siap, saya maju mohon ijin memandu acara diskusi.
Benar kata Bapak Bupati bahwa orang-orang Magetan itu secara umum inferior, mungkin termasuk saya.
Bapak Bupati dengan cara menulis ingin mengubah inferior menjadi superior.
Dari jauh saya merasakan dengan tulisan Bapak Bupati, kami merasa tercerahkan, tercerdaskan, dan memberikan pembelajaran pada kita semua.
Dengan Bapak Bupati menulis, kami mengetahui pemikiran-pemikiran beliau untuk kemajuan Magetan, untuk merubah Magetan menjadi terdepan. Untuk merubah perekonomian Magetan di masa depan menjadi lebih baik.
Kami tahu pemikiran beliau tentang anak yatim, janda-janda yang sudah tidak punya siapa-siapa, dan lain.
Apa saja yang dituliskan beliau terkesan benar , jelas , mengalir enak dibaca sampai di hati pembacanya.
Dari tulisan beliau saya juga mengetahuinya betapa beliau itu suka membaca, banyak literatur yang dibaca, sehingga terkesan penulis itu tau apa saja, atau tahu tentang banyak hal.
Itulah bisa dikatakan tulisan itu memiliki kekuatan yang luar biasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Dalam forum diskusi dan tanya jawab, ditanyanyakan oleh peserta antara lain yang mewakili adalah Dio dari SMA 1 Magetan, Bu Mamik dari SMP1 Magetan, pak Sarno dari SMA 1 Maospati, bu Suwarni dari MAN Panekan, pak Setiawan dari Ponorogo, pak Jarwa dari SMP 2 Karangrejo, bu Anik Rofaida dari SMP 2 Maospati , pak Seno dari SMP 2 Parang dll.
Sebenarnya masih banyak penanya yang rindu ingin bertanya, tetapi karena terbatasnya waktu, maka harus menyimpannya.
Isi pertanyaan secara umum adalah bagaimana memumbuhkan minat baca dan minat menulis?. Bagaimana menjadi penulis yang hebat?, bagaimana kita bisa konsisten menulis?. Bagaimana literasi di Magetan terus menggema seantero jagad raya?
Bagaimana hubungannya menulis dengan ekonomi?
Semua pertanyaan dijawab dengan baik oleh mbak Okky sebagai narasumber pada acara hari ini.
Salah satu penanya dari SMA 1 Maospati menyebut anak saya yang bernama Hindun menulis Novel "Hallo." Beliau mengapresiasi baik, mulai dari pemilihan kata (diksi) dan lompatan gaya bercerita dan sebagainya. Beliau juga mengajak menghargai hasil karya anak-anak Magetan yang luar biasa.
Hindun tidak bisa ikut berkarir dalam hal menulis di Magetan, karena melanjutkan perjalanan kuliah di Kedokteran Gigi Unair. Tetapi passion menulisnya tetap berlanjut walau di Surabaya. Ketika habis Ospek lalu, Dia memenangkan lomba menulis sain di tingkat Universitas.
Akhirnya ditunjuk Universitas mewakili lomba menulis ilmiah di tingkat Nasional, tinggal pengumuman, semoga beruntung. Kalau beruntung , Dia dibebaskan dari kewajiban menyusun skripsi di S1 FKG Unair.
Kembali pada diskusi literasi, mbak Oky yang asli dari Sukomoro ini memiliki pengalaman yang luar biasa dalam menulis. Beliau menulis lebih dari 15 tahun.
Menulis itu perlu kesabaran, telaten untuk tangannya menari- nari di atas tut laptop atau mungkin keypad hp. Itu semua selesai, dengan berakhir di tangan pembacanya. Terkesan di hati dan menimbulkan perubahan menatap masa depan yang lebih baik.
Menulis itu berarti mengorbankan waktu "santai-nya". Akan tetapi memanfaatkan waktunya dengan baik sehingga menghasilkan sebuah karya. Puas, bangga, bahagia itu bayarannya, yang tak terbilang harganya.
Tak terasa sudah sampai pukul 13.00 maka segera kami akhiri dengan kesimpulan.
1. Agar Magetan tetap sebagai kabupaten literasi, adalah menjadi tugas kita bersama untuk terus menulis menghasilkan karya.
2. Agar gema literasi terus terdengar diluar daerah, maka menjadi tugas kita bersama untuk mempublikasikan cerita baik tentang literasi di media sosial.
3. Kita hargai hasil karya anak Magetan, apa dan bagaimanapun kualitas tulisannya.
4. Untuk meningkatkan kualitas tulisan kita adalah dengan membaca hasil karya penulis-penulis hebat. Karena penulis yang hebat adalah pembaca terbaik.
Dan yang terakhir, acara seperti ini bisa diadakan setidaknya 3 bulan sekali. Senang sekali saya bisa mengikuti acara seperti ini, bertemu dengan para penulis dan orang-orang pejuang literasi.
Demikian catatan refleksi saya, ada salah dan kurangnya mohon dimaafkan dan jangan diceritakan. Ada baiknya mari dipublikasikan.
Magetan, 7 Juni 2022