Mutasi ke SMPN 1 Takeran
Saat itu semua teman-teman kepala Sekolah sudah ada yang mendapat surat undangan untuk pelantian Kepala Sekolah, sampai jam 12 belum kuterima, kemudian jam 12.15 undangan itu datang, saya pulang ganti baju dan persiapan untuk mengikuti pelantikan. Semua yang hadir tampak berseri seri karena semuanya tahu bahwa yang dilantik ini adalah akan ada mutasi dan pindah ke sekolah yang lebih besar.
Tujuan mutasi adalah penyegaran agar para kepala sekolah yang dimutasi merasa segar kembali untuk menyampaikan ide-ide cemerlangnya untuk diterapkan di sekolah yang baru. Saya tidak bisa membayangkan kalau seorang kepala sekolah lebih dari 10 tahun. Maka saya berpikir pasti akan kehabisan ide kreatif untuk disampaikan di sekolahnya.
Saya mutasi di SMPN 1 Takeran sejak 22 Pebruari 2019 menggantikan Bapak Sumadi,S.Pd.,M.Or. yang juga mutasi ke SMP 1 Lembeyan. Di SMP 1 Takeran menurut Pak Sumadi, gurunya pinter-pinter agamanya bagus-bagus. Alhamdulillah. Semoga saja disertai dengan semangat kerja. Karena menurut saya sepintar apapun guru kalau tidak semangat dalam kerja tak ada artinya apa-apa, tidak menghasilkan produk berupa mutu lulusan yang berkualitas. Oleh karena itu salah satu tugas Kepala sekolah adalah memberikan motivasi kepada Guru dan Karyawan untuk senantiasa bersemangat kerja yang tinggi.
Tidak muluk-muluk program unggulan saya di SMP1 Takeran. Sebelumnya saya memberikan angket kepada guru karyawan mengenai harapan-harapan apa yang ingin dicapai, Sumberdaya apa yang bisa dikembangkan untuk memajukan SMP 1 Takeran. Diantara 41 Guru dan Karyawan yang menulis hanya 3 orang. Tidak masalah, 3 orang itu sudah cukup mewakili. Memang menurut hemat saya guru itu ada beberapa type, antara lain:
Masa bodoh, ikut-ikutan, guru visioner.
Guru masa bodoh itu adalah guru yang tidak bersemangat dalam kerja, mengajar hanya sekedarnya saja, banyak meninggalkan kelas, Tidak ada kemauan membaca dan meningkatkan profesionalismenya dan kurrang peduli akan kesuksesan murid-muridnya.
Guru Ikut-ikutan adalah guru yang tidak memiliki integritas yang mantab. Kalau temannya sregep ikut sregep, kalau temannya malas ya ikut malas. Disayangkan sekali kalau ada guru yang memilki karakter seperti ini, rasanya rugi negara menggaji mereka. Oleh karena itu saya setuju kalau pengangkatan guru tidak sekedar kemampuan akademis saja yang dijadikan sebagai aspek untuk penjaringan, akan tetapi dengan sikap, perilaku dan integritas.
Guru Visioner, guru yang memiliki visi yang jelas, biasanya memilki semangat kerja yang bagus, tidak tergantung Kepala Sekolahnya siapa, dia suka meningkatkan profesionalitasnya dengan membaca buku, membeli buku, melanjutkan kuliah, seminar, diklat dan sebagainya. Mereka dalam mengajar menggunakan variasi pembelajaran, sehingga siswa bersemangat untuk mengikuti pembelajarannya. Siswa merasa rindu bertemu dengan guru ini. Siswa rindu belajar, siswa rindu sekolah.
Dalam rapat dinas , saya pasti menyelipkan materi motivasi ini kepada Bapak Ibu guru, baik di SMP 3 Kawedanan maupun di SMP 1 Takeran. Memang tegal sawah kita ya sekolah ini untuk itu marilah kita tanami yang baik, diairi yang baik, dipupuk yang baik, dirawat yang baik sehingga kita akan panen dengan hasil yang melimpah.
Di SMP 2 Kawedanan ada majalah Tramedia namanya , ketika itu saya sebagai pendiri dan pemimpin redaksinya , saya menulis dimajalah itu bahwa kita sebagai guru harus meningkatkan kinerja kita, merefres pengetahuan kita, memperlakukan siswa sebagai custumer, kalau tidak kita akan disalip ditikungan oleh sekolah swasta. Sekarang indikasi itu sudah tampak. Di SD Muhammadiyah Magetan untuk kelas satu siswanya ada 100 lebih. Sementara di SD Negeri terus berkurang rata-rata dibawah 10 dikelas yang sama.
Di SMP juga mengalami nasib yang sama, muridnya semakin berkurang. Saya sangat prihatin dengan keadaan itu. Di SMP banyak lulusan SD yang melanjutkan ke MTs. Alasanya orang tua semakin sibuk untuk bekerja dan mencari ekonomi sehingga kurang ada waktu untuk mendidik anaknya. Terutama dalam hal agama.
Di SMP 1 Takeran ada kegiatan ekstra membaca Al-Qur’an dengan metode iqro. Anak anak belajar membaca Al Qur’an. Guru-gurunya dengan telaten membimbing mereka.
Kegiatan keagamaan di SMP1 Takeran anatara lain pagi baru datang setelah anak meletakkan tasnya di kelas, kemudian menuju Masjid untuk sholat dhuha, sementara lewat pengeras suara ada yang membaca Al Qur’an dengan suara nyaring hingga terdengar ke desa-desa sebelah. Anak-anak membacanya sudah lancar rata-rata, karena Takeran desa berbasis agama sejak dahulu kala.
Setelah itu pukul 07.00 masuk kelas untuk menyanyikan lagu Indonesia raya yang dipandu oleh Bapak Ibu Guru pengajar jam pertama. Kemudian pukul 12.00 ada kegiatan sholat dhuhur berjamaah. Dalam acara itu juga diselipkan ada kegiatan taklim/ muhadoroh ceramah agama. Hasil ceramahnya dicatat dikumpulkan untuk dijadikan buku disimpan diperpustakaan.
Kalau hari jumat, ada kegiatan sholat jum’at berjamaah dengan Imam dan Khotib Bapak Guru Agama dan Guru lain yang memiliki kemampuan agama cukup baik secara bergantian.
Guru disekolah swasta kalau kinerjanya tidak bagus akan dipecat. Mereka takut kehilangan pekerjaan, sehingga berupaya untuk selalu meningkatkan kinerjanya. Mereka lebih peduli membimbing murid-muridnya secara interpersonal agar muridnya bisa.