Enchon Rahman banyak menulis artikel di koran dan majalah , sampai saat ini mencapai 500 judul lebih, yang menjadi wasilah menjadi juara 1 guru berprestasi tingkat Nasioanal dan peraih penghargaan, dan guru penerima penghargaan internasional dari Thailan tahun 2017 yang lalu mewakili bangsa Indonesia waktu itu.
Alumni SPG terakhir tahun 91 dari Majalengka ini bakat menulisnya mulai berkembang sejak SPG, mulai menulis artikel, cerpen, puisi dan lain, di majalah dinding. Mulai ada kebanggaan ketika teman teman megapresiasi mengenai yang ditulisnya.
Selain rutin menulis di Mading SPG Majalengka, gurunya mengarahkan mengirimkan ke koran atau majalah, ada tabloid mitra desa, grupnya harian umum pikiran rakyat Bandung. Di tabloit ini mengirimkan humor, sajak, kartun, 150 kartun pernah dimuat di majalah nasional dan lokal. Tapi ini tidak dikembangkan karena mulai mencari spesialis dibidang menulis.
Akhirnya muncul kesenangan, semangat menulis, dan satu kebanggaan ketika tulisannya dimuat di koran atau majalah.
Seiring dengan perkembangan interaksi dengan penulis, bertambah ilmu , menulisnya beragam, cerpen, artikel, sajak dan lain lain.
Ketika kita mulai belajar menulis,
Mulailah menulis yang ringan ringan dulu, jangan menulis dikirimkan ke koran koran terkenal , kalau tidak dimuat akan patah arang akhirnya tidak semangat.
Menulislah di majalah atau korang yang pesaingnya sedikit misalnya majalah lokal sehingga bisa dimuat, walaupun honornya sedikit. Akhirnya termatotivasi untuk menulis lagi.
Dari honor yang diperoleh dikumpulkan bisa digunakan berangkat ke Bandung tanpa minta orang tua, untuk biaya tes sipenmaru tapi tahun itu belum beruntung bisa lolos sipenmaru.
Meskipun demikian menulisnya tetap dilanjutkan, pada tahun berikutnya kemudian mulai mengirimkan ke koran nasional dan dimuat, kemudian melanjutkan kuliah di swasta, Universitas Pasundan Bandung FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia. Ternyata jurusan ini lebih fokus pada dasar dasar pengembangan kebahasaan, etimologi, dan perkembangan ketrampilan berbahasa Indonesia pada umumnya.
Di Bandung Enchon termasuk penulis yang rajin menulis artikel waktu itu , mulai dari berbagai genre dicoba,sajak, film, cerpen dan lain lain , dari honor tulisan ini bisa digunakan untuk membiayai kuliah di Bandung Unpas termasuk perguruan tinggi no 2 di Bandung yang mahal, 900 ribu waktu itu. Dari honor tulisan bisa digunakan untuk biaya hingga selesai kuliah. Honor dikoran luar biasa waktu itu.
Perkembangan menulis dibandung cukup signifikan, bergaul komunitas para penulis bergabung ICMI Bandung, Belajar menulis artikel dan lain lain sehingga menambah ilmu pengetahuan dan motivasi tulis menulis.
Kesimpulan, ternyata ketika memiliki passion menulis harus mencari komunitas yang bisa mendukung apa yang kita sukai, sehingga motivasi menulis tinggi.
Hal yang masih ingat sampai saat ini, saat butuh uang banyak, ketika teman tidur, dia menulis, apa nih yang bisa menghasilkan uang banyak. Kemudian membuat cerita anak dan dimuat dan honornya cukup besar, setara dengan emas 4 gram waktu itu, akhirnya apa yang ditargetkan tercapai.
Bisa menyelesaikan Unpas dari honor menulis di Bandung Pos dan lain lain
Kesimpulan lain ketika kita bisa menulis lanjutkan, menulislah.
Honor di koran pikiran rakyat dan Bandung Pos tinggi waktu itu. Sehingga menulis di koran lebih cepat mendapatkan uang banyak melebihi UMR waktu itu.
Hal lain ketika kita mengirimkan tulisan ke koran harus tahan banting, ketika menulis di koran, tiap hari harus mengirimkan, kalau belum dimuat jangan patah arang, tapi harus introspeksi, harus sering membaca koran. Kemudian yang ngetrend tentang apa begitu terus kita bisa membahas dari sisi lain.
Selain tersebut secara mental agar kuat dan kokoh kita mengkliping artikel artikel yang secara waktu tertentu seperti 17 Agystus, 28 Oktober 5 Mei dan lain lain. Kita harus baca semua itu, sebenarnya kita itu malas, malas baca karya orang lain padahal itu perlu. Dari kliping kliping itu diamati satu minggu, oh begini gaya penulisan di koran dan sebagainya, sampai akhirnya bisa dimuat di koran.
Berdasarkan pengalaman dia membuka diklat menulis artikel di koran untuk guru Indonesia.
Tingkatan menulis ada levelnya, rendah, sedang, tinggi.
Menulis di blog, menulis antologi, menulis bukun karya bersama, menulis solo.
Menulis dikoran termasuk level menengah.
Agar bisa di muat di koran, harus menguasai cara menulis judul, intro, memaparkan artikel, pembahasan dan teknik menutup artikel. Aktual, idenya bagus dan lain lain.
Sebaiknya ada pembimbingnya agar lebih mudah , dicoret, dibenarkan terus direkom dikirimkan ke koran mana dan sebagainya.
Pesan terakhir, ketika ingin terjun menjadi penulis produktif niatkan menulis itu sebagai ladang amal ibadah dan ladang amal jariah , tulisan kita lebih panjang, lebih lama dari usia kita. Seperti Hamka, orangnya sudah meninggal tapi buku bukunya, kitab kitabnya, tulisannya masih dibaca orang.
Usahakan ketika kita akan menulis apapun kita memiliki wudhu sepeti ulama, sehingga tulisan kita akan semakin bagus dan lebih kuat.
Magetan, 23 Oktober 2020