Minggu, 09 Oktober 2022

Seratus Ferry di selat Bali

Sebenarnya  empat kali saya mengikuti  penyeberangan di selat Bali. Puluhan Kapal menyangkut  penumpang  dari Bali ke Jawa atau sebaliknya. Rutinitas seperti berlangsung sepanjang hari sepanjang malam sepanjang bulan sepanjang tahun.

Sebuah pemandangan yang indah melihat benda besar terbuat dari besi ini mengapung  di laut.

Betapa tidak, dia mengangkut puluhan bus, ratusan manusia.  

Segera duduk , ambillah posisi ditengah  kapal untuk  menghindari gerakan oleng kapal kalau ada ombak. Lebih-lebih kalau Anda gampang mabuk.

Mari kita berdoa dulu ya;
"Bismillahi maj'reha wamursaha , inna Robbi  laghofururrohim".
Dengan nama Allah yang menjalankan kendaraan  ini, berlayar dan berlabuh , sesungguhnya  Tuhanki Maha pemanfaatan lagi maha pengasih. 

Doa bepergian naik kendaraan laut ini diucapkan sebelum mesin kapal atau perahu menyala.

Panjang  selat Bali 5 km seimbang dengan  selat Madura yang sudah berhasil dibuat  jembatan Suramadu.  

Ide membuat jembatan  yang menghubungkan  antara pulau  Bali dan Pulau  Jawa sudah ada sejak tahun 1960. Oleh seorang Profesor  di ITB  yang bernama Sedyatmo. 

Ketika penyebrangan  kemarin saya juga berfikir, jika dihubungkan dengan jembatan  maka dapat peron masuk. Dapat uang banyak sekali. Saya yakin anda juga berfikir  begitu. 

Tapi tak sesederhana itu. Ternyata  mendapat penolakan dari orang Bali. Orang bali tidak mau pembangunan gedung atau apa saja yang tingginya  melebihi  tempat ibadah.  

Yang kedua terus mau dikemanakan kapal kapal ferry yang ratusan ini. Satu kapal Ferry  ini menyerap  tenaga kerja puluhan manusia.

Lihat ke bawah ada puluhan  anak muda berenang dipinggiran geladak kapal. Mereka sambil berteriak  minta  "disawer". Mereka dengan enaknya berenang  tanpa rasa takut. 
Memang ombaknya  tenang.

Kapal mulai berjalan, pelan tapi pasti. Kami tidak merasakan, tapi kalau  anda beranjak  dari tempat  duduk  melihat  diluar, jalannya kapal dapat dirasakan dan terlihat  jelas.

Pada pandangan jauh sana banyak juga kapal  yang sedang berlayar  menuju dermaga berlabuh  merapat ke Dermaga. 

Hei rasakan  ombaknya di tengah besar  kami rasakan kapal mendongak keatas ke bawah. 
Kami berada  di bagian depan.
Saya lihat penumpang yang lain mulutnya kumat-kamit berdoa agar diberi keselamatan. 
Alhamdulillah  tidak berselang lama kapal tenang.

Saya rasakan Kapal tidak berjalan hanya berhenti  tetapi sebenarnya  Kapal ini berjalan  dengan kecepatan  5 knot. 

Sebentar lagi  sudah sampai alhamdulillah  perjalanan  kami selamat. 
Lihat itu  didepan kita  sudah tampak dermaga pelabuhan Ketapang. 
Tanah Jawa di depan  mata. 

Mari kita segera masuk ke Bus untuk  turun dari kapal. 
Lihat itu didepan bus kita ada rumah makan Sunoto, namanya  seperti  saudara  saya pakde Sunoto  hehe. 

Sekarang  kami menuju restouran Grafika, makan lagi, makan seadanya  walaupun  direstoran  tetap  rindu masakan  istri sendiri atau bu Yani  penjual nasi pecel Pojoksari. 

Banyuwangi, 9 Oktober  2022












1 komentar: