Jumat, 07 Oktober 2022

Desa Pelipuran desa Adat yang menakjubkan Dunia

Namanya Desa tapi ramainya  sudah seperti kota karena dari berbagai penjuru  dunia singgah di sini , desa Penglipuran.


Masyarakatnya  ramah seperti tetangga saya, jualanan makanan  yang murah seperti srabi dan lopes.

Desa ini dinyatakan  terbersih di dunia. Perjuanganya  mulai tahun 2016. Penduduknya  tidak memakai  kendaraan  yang menyebabkan polusi. 

Bersih nemang setiap saat ada petugas kebersihan. Di sini masih ada tanaman besar  besar seperti  hutan  tapi tertata apik menarik. 
Kalau di Magetan  seperti di daerah Panekan sebelah barat  seperti  di Bedagung.  
Kami memasuki  ke rumah penduduk, liat itu temanku sudah berada di situ menikmati makanan lopes. Dan minumnya  loloh cemcem dikasih daging kelapa muda , rasanya segar seperti  rujak. 
Tidak disarankan untuk yang punya asam lambung.
Kami di warung makan woles, semacam srabi di Jawa, laris sekali  banyak diminati  para wisatawan. 

Puas di sini selama satu jam kami meni ggalkan desa legendaris itu.  Kami menuju  pantai Melasti. 
Lihat itu  kita sampai di Jalan Tol terindah di Dunia namanya Tanjung Benoa. Disekitar tol ini seperti tanah rawa.

Lepas  dari jalan tol  kami sholat  sebentar  di Masjid  Ibnu Batuthah  Nusa Dua Bali.
Masjid  ini berdampingan dengan Gereja Katolik , Gereja Protestan,  Vihara Budhaguna  , Pura Jagad Nata Nusa Dua. Hal ini menunjukkan  betapa kerukunan  hidup beragama  tercipta  di Bali. Saya senang sekali dengan kerukunan  kehidupan beragama, bagaimanapun mereka saudara  kira sebangsa dan setanah air. 
Dulu para pendahulu  kita berjuang bersama  mengusir penjajah Belanda  seperti  kita saksikan  pada Diorama  di Braja Candi yang saya tulis sebelumnya.  

Sambil menulis ini saya menunggu  istriku yang sedang sholat  di sebelah kiri  masjid  khusus  untuk perempuan. 
Lihat itu sudah  bersama temannya. Menuju  bus lagi  untuk  melanjutkan  perjalanan panjang.

Sampailah kita di Pantai Melasti. 
Indah luas, ombaknya  tenang.  Itu kita lihat ada parasit  yang berlayang di udara.  Saya mau mencoba. Tapi tidak berani hehe. 
Pantai  ini Pantai buatan manusia  dengan memotong tebing curam menjadi indah nan mempesona. 

Tak ada yang berenang karena  ombaknya agak besar, tapi disekitar Pantai ada air menggenang  yang cukup  luas, tidak ada ombak, tidak terlalu dalam ,cocok untuk  bermain anak-anak. 
Ayo kawan kita hanya satu jam di sini segera kembali ke bus. Untuk  melanjutkan  perjalanan  berikutnya, GWK.
Garuda Wisnu Kencana. Untuk  destinasi ini saya ingin  melihat dari dekat. Karena aku cinta burung  garuda, mengapa. Namaku  identik  dengan  burung garuda. 
Suparno  itu  bulu yang ada di leher  burung garuda yang bercahaya. 

Lihat itu , sebentar  lagi kita sudah sampai. Kami antri di loket  pendaftaran, bayarnya  200.000. Cukup mahal ya.

Oke kami sudah boleh masuk. Kami beruntung  karena dapat melihat pertunjukan  tari kecak secara langsung. Personilnya  banyak sekali sekitar 30 orang. Ada yang berperan seperti dalang  Dia yang menarasikan jalannya cerita.

Kisah ini diambil dari cerita kitab Adi Parwa, tari Kecak Garuda Wisnu ini menceritakan tentang perjalanan Sang Garuda yang harus rela menjadi tunggangan Dewa Wisnu demi Tirta Amerta di surga untuk mengentaskan sang ibu dari perbudakan.
Perihal Tirta Amerta, siapa saja yang minum air itu  akan kekal abadi selamanya.
Sesuai legenda, tari Kecak Garuda Wisnu ini dikemas apik dan sangat sakral dimulai oleh semacam pendeta yang berdoa menyalakan dupa, mulutnya komat-kamit membaca mantra suci,  mengenakan pakaian serba putih, pertunjukkan tarian ini dibawakan oleh sekitar 30 orang  laki-laki tanpa membawakan alat musik, kemudian berbaris dan melingkar lalu mengangkat kedua tangannya sambil menyerukan kata “cak,cak,cak” secara berirama harmoni indah terdengar  di telinga. 

Suguhan tarian kecak ini menceritakan kisah Dewa Wisnu dengan Sang Garuda sebagai tunggangannya.
Di Bali  memang banyak legenda  yang diangkat  dari kitab  kitab agama Hindu. Sekaligus semuanya berdampak positif  menjadi destinasi  wisata. Tak tanggung tanggung pemerintah  daerah berani berinvestasi  mahal.

Sampai pukul 16.00 kami harus  bergeser menuju bus melanjutkan  perjalanan  ke pantai  Jimbaran.  Disini kami disuguhi  makanan seafood. Makanya dipinggir pantai. Ada ribuan pengunjung  dilayani disana. 

Mereka duduk  tertib dan makan bersama sambil  menikmati alunan musik.

Sudah malam kami segera beranjak ke hotel untuk  istirahat.  Sampai disini dulu kawan, besuk kita lanjut lagi  dengan trip berikutnya. 

Denpasar, 9 Oktober  2022























1 komentar: