Jumat, 05 November 2021

Ziarah ke makam Pak Harto

Nglurug tanpa bala, sugih ora nyimpen, sekti tanpa  meguru, menang  tanpa ngasorake. Ini kata kata mutiara  yang tertera  di foto  Presiden  ke 2, Jenderal Suharto. 

Pak Harto memang memiliki  kultur  budaya Jawa yang kuat karena bu Tin Suharto juga berdarah  biru,  sehingga  "wejangan dan wewarah" beliau  banyak mengambil  dari budaya Jawa. 

Di tahun 1990 an saya pernah bermimpi didatangi pak Harto ke rumah Bapakku. Padahal  aku hanyalah anak desa yang tidak terkenal, tidak punya  prestasi  apa-apa. Bahwa punya mimpi  pingin bertemu memang  iya. Tapi sekali lagi hanya punya mimpi. Ternyata keduanya berbeda antara "bermimpi  dan punya mimpi".

Kalau tadi benar-benar  nyata, saya ziarah  ke makam beliau,  membaca  tahlil  dan doa. Rasanya hening sepi suwung. Ternyata  cocok  dengan candra sengkala  yang tertulis di prasasti di sebelah kiri  pintu  masuk. 

"Ngesti suwung wenganing budi", ini artinya menunjukkan tahun 1908.
Kemudian di pintu masuk  sebelah kanan juga ada sengkalan "rasa suwung wenganing budi" atau berarti tahun 1906.
Tahun itu menunjukkan  dimulainya  pembuatan  pemakaman  yang  diberi nama Astana Giri Bangun, di mana Bapak Presiden ke 2, H. SOEHARTO  dan Ibu TIN SOEHARTO  dimakamkan  di situ. 

Hawanya sejuk, berada di lereng gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.


Mengapa memilih tempat itu? Karena di sini dekat dengan makam Pangeran Samber Nyowo. Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunagara Pertama. Yang  makamnya ada di atas. Kalau jalan kaki, agak menanjak  memakan waktu 20 menit.
Pangeran  Samber Nyowo  adalah leluhur  Bu Tin.

Di ruang  utama dimakamkan Bapak dan Ibunya Bu Tin, juga kakaknya,  kemudian Bu Tin dan Pak Harto. Jadi hanya ada 5 makam.  Kemudian  di luar ruang utama  dimakamkan  para kerabat dan keluarga  yang tergabung dalam yayasan Mangadeg. Ada juga tokoh Nasional yang awal tahun  ini dimakamkan  di situ yaitu Jenderal Wismoyo Aris Munandar yang ternyata  juga kerabat yayasan Mangadeg.

Hari sudah agak sore,  kami mempersiapkan pulang ke Magetan  karena  malamnya saya ada janji  dengan Hindun, anakku yang kecil.

Demikian catatan saya hari ini, semoga anda semuanya  sehat  beserta  keluarga. 

Magetan, 5 Nopember  2021





7 komentar: