Minggu, 26 September 2021

Stovit Surabaya, harapan baru

Kemarin saya mendapat undangan dari Dekan FKG Unair untuk mengikuti  Zoom pertemuan wali mahasiswa. Ini inspirasi bagi saya bahwa walapun ditengah pandemi Covid 19, kegiatan akademik di Unair berjalan seperti biasa. hanya modanya menggunakan moda daring.

Istilah Stovit mungkin terasa asing di telinga kita, tapi tidak untuk keluarga besar FKG Unair. Stovit adalah sekolah dokter yang didirikan tahun 1928 oleh Pemerintah Hindia Belanda ketika menjajah Indonesia. Didirikan atas prakarsa Dr. Lonkhuizen Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat.

STOVIT itu adalah singkatan dari School Tot Opleiding van Indische Tandartsen, intinya adalah Sekolah Kedokteran Gigi.

Kemudian tahun 1942 di masa pemerintahan Jepang berubah nama menjadi Ika Daigaku ( Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi , direktur utamanya adalah Dr. Takeda lalu diganti oleh Prof. Imagawa. Pada tahun 1947 berubah nama menjadi Tandheelkundig Institut  dan tahun 1948 berubah menjadi Universiter Tandheelkundig Instituut (UTI) and Faculteit voor Genesskunde dibawah Indonesche Universiteit Surabaya. 

Kemudian tahun 1949 sd 1953 berubah menjadi Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi (LIKG) dan tahun 1954 hingga sekarang  bernama Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

Demikian seperti dipaparkan oleh  Pak dekan Dr. Agung Sosiawan,drg., M. Kes.,M.H., beliau juga menjelaskan  hal ikhwal perkuliahan di Unair.

Kecuali itu juga menghadirkan dua alumni sukses untuk menginspirasi wali mahasiswa. Yaitu Dr. Bachtiar yang ketika lulus dari Unair langsung diterima di Wamil. Sekarang Beliau bekerja di salah satu rumah sakit di Makasar. 

Yang menarik , Beliau juga menyampaikan 5 kunci sukses lulus FKG Unair

simak berikut ini :



Kemudian alumni sukses yang ke 2 adalah Dr. Ita Lestari yang bekerja di Jakarta. Diceritakan ketika kuliah di Unair Beliau tidak mendapatkan restu dari orang tua, bahkan dicaci maki. Akhirnya Beliau membiayai kuliahnya sendiri hingga lulus. Saat itu mendirikan foto copy di kampus. mirip ceritanya Chairul Tanjung. 

Sekarang Beliau mendirikan klinik gigi karena melihat tantangan sebagaai berikut ;
1. Masyarakat takut ke dokter gigi.
2. Mahal
3. Dentist praktik pasiennya sepi
4. Pendapatan dentist di bawah rata-rata.
5. Dentist hanya pelengkap bukan yang utama.
6. Pelayanan bagus = mahal.
7. Pelayanan jelek = murah.

Ini yang kemudian menjadi semangat beliau sebagai dokter gigi untuk bisa menebar manfaat  dan merubah persepsi masyarakat bahwa pergi ke dokter gigi itu menyenangkan, ramah, tempatnya asyik, nyaman dan bisa terjangkau oleh banyak lapisan masyarakat.


                       Drg. Ita Lestari 
Ft. Dokumentasi  pribadi 

Dengan berfocus pada pelayanan  yang menyenangkan,  klinik  yang nyaman, tim yang ramah,  harga yang terjangkau , CDC dan DUI mendapatkan kepercayaan positif  dari masyarakat sehingga  pertumbuhan  cabang bertambah  secara signifikan hingga  saat  ini sudah memiliki  20 cabang  yang tersebar  di Jabotabek,  Bandung,  Surabaya  dan Yogyakarta.

Mimpi  drg. Ita membuka hingga 100 cabang  di Indonesia. Semoga semakin sukses  dokter. 

Dari tulisan  di atas  juga terlintas  di pikiran saya bahwa pada jaman  dulu  yang bisa sekolah  disitu  kaum bangsawan,  sekarang  siapapun  bisa sekolah disitu  , sudah barang  tentu  syarat  dan ketentuan berlaku.  

Untuk  itu bagi anak muda calon pemimpin  masa depan ,  manfaatnya  fasilitas  ini sahingga  kalian bisa sekolah  disitu. Yang sudah sekolah  di situ  manfaatkan kesempatan  ini,  agar bisa meraih  impian dengan gemilang. 

Burung Irian burung Cenderawasih,  cukup sekian  terima kasih   



Magetan,  27 September  2021











8 komentar: