Rabu, 08 September 2021

Merdeka Belajar

 

Seperti yang disampaikan Mas Menteri  Nadiem Anwar Makariem tentang  merdeka belajar, hari ini saya mendalami tentanag itu. Saya termasuk Kepala Sekolah yang beruntung karena masuk dalam program guru penggerak bergabung dengan guru-guru hebat se Nusantara.

Konsep ini ternyata sudah digagas oleh tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara sejak tahun 1922. Beliau adalah seorang bangsawan yang menonjol pemikirannya. Beliau pernah belajar di Stovia yaitu sekolah calon dokter  pribumi.  Merasa jiwanya tidak disitu  akhirnya keluar. Beliau ingin Indonesia Merdeka tapi melalui jalur pendidian. Beliau juga seorang wartawan yang banyak menulis di surat kabar harian waktu itu, tulisannya banyak mengecam pemerintahan Belanda waktu itu, akhirnya diasingkan ke Belanda. Disana digunakan untuk belajar. Setelah selesai dan pulang ke tanah air, tahun 1922 mendirikan perguruan Taman Siswa.

Di taman siswa  pendidikan dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelas 1,2,3 disebut taman anak dan kelas 4,5,6,7 disebut taman muda.  Taman anak diajar oleh guru perempuan sedangkan taman muda diajar oleh guru laki-laki.

Taman Siswa memakai dua metode  pelajaran panca indra dan permainan anak (Metode Kodrat Iradat, Metode Among Siswa). Taman Siswa percaya bahwa segala tingkah laku dan kehidupan anak sudah diisi oleh Sang Maha Among (Pemelihara) dengan segala alat-alat yang bersifat mendidik si anak.

Menurut Kihajar Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan, dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang.

benih itu harus kita tanam dan kita rawat yang baik sehingga fungsi guru itu seperti petani yaitu merawat tanaman dengan baik, membri air, memberi pupuk, membebaskan dari hama sehingga tanaman itu dapat tumbuh subur sehingga menghasilkan panen yang baik.

Sebagai pak tani pendidikan tidak berharap "menanam jagung buahnya padi." tapi berharap jagungnya berbuah baik. Artinya pendidikan itu sesuai dengan kodrat keadaan, alam , dan sesuai dengan zamannya.

hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Sahabat Alli Bin Abi Tholib,"Didiklah anak anda sesuai dengan zamannya".

Ki Hajar juga menyampaikan Filosofi  Keharusan memandang anak dengan rasa hormat. Tujuan pendidikan kita adalah murid, murid dan murid, menurut ki Hajar, setiap yang kita lakukan harus berorientasi penuh pada murid. Murid bebas belajar , bebas dari segalaa ikatan.

Guru dengan suci hati mendekati sang anak, tidak meminta suatu hak pada sang anak tapi menghamba pada sang anak. Orientasi pada sang anak adalah paling esensial, paling vital bagi pendidik.

Konsep inilah yang dinamai merdeka belajar. Ki Hajar tidak setuju pendidikan yang meggunakan perintah , paksaan, dan larangan. Guru haruslah "Tut wuri handayani, namun yang dimaksud bukanlah kemerdekaan peserta didik yang tanpa batas . Seorang guru harus tetap membimbing anak agar tetap mewujudkan cita-citanya. Selain itu juga mementingkan kemerdekaan berfikir sang anak.

Peserta didik dibiasakan sejak dini untuk mencari sendiri pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri.

semoga konsep merdeka belajar ini bisa diinternalisasikan dalam pelaksanaan pendidikan nasional sehingga keiginan mewujudkan profil pelajar pancasila dapat terwujud dengan baik.

Yaitu pelajar yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa serta berakhlaq mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, gotong royong dan kreatif.saya yakin dengan karakter seperti itu setiap warga negara dapat mengatasi semua permasalahan dalam hidupnya dan tumbuh menjadi bangsa maju sejajar dengan bangsa lain di dunia

Semoga pandemi segera berlalu, dan pendidikan semakin maju.

Magetan, 8 September 2021


"Omong kosong jika sebuah imu tanpa amal, kesesatan jika sebuah amal tanpa ilmu." (Ki Hajar dewantara).

5 komentar: