Rabu, 04 Mei 2022

Sungkeman

88l
Ketika masih kecil saya mengikuti  ibu  untuk  badan, istilah sungkeman hari raya saat itu. 
Nenek saya duduk di tikar pandan. Ibu saya menangkupkan  tanganya  seperti  menyembah begitu. 

Tangan ibu digenggam erat oleh nenek,  kemudian ibu saya mengucapkan kata-kata  yang panjang,  saya tak tahu artinya.  Setelah itu jawaban nenek  juga panjang  yang tak satupun  aku mengerti. 

Giliran saya hanya berjabat  tangan  dan tidak mengatakan  apa-apa karena tidak  tahu apa yang musti  dikatakan.

Seperti  itu saya  alami sampai kelas 3 SD.
Kemudian suatu saat  saya badan bersama teman-teman  ke tetangga  , mereka mengatakan  "badan e lahir batin mbah". Kemudian  simbah menjawab  "iyo lhe podo podo".
 
Tak puas seperti itu saya kemudian   minta diajari  ibu apa yang  harus saya katakan. 

Seperti mantra sakti  yang harus dibaca ketika sungkeman. Ini yang diajarkan  ibu saya.

"Kulo nuwun mbah 
Sowan kulo wonten ngarsanipun  simbah  ngaturaken  sungkem pangabekti.  Wonten  tindak kulo sepecak rembag kulo  sekecap  ingkang  nerak sarak,  nyuwun pangapunten  dateng simbah. Soho nyuwun tambahing pangestu.

Kemudian simbah  memberikan  jawaban. 
"Iyo ngger  siro ngaturake pangabekti  yo  wis tak tompo,  aku wong  tua  akeh luputku , luputku  lan luputmu  mugo lebur sempurna ing dino riyoyo  iki yo ngger.
Nanduro  pandan kurung  , ringin  kurung. Doyong doyong jejegno,  alum-alum siramono,  sing nyirami  anak putuku kabeh yo ngger. 
Tak pepuji mugo mugo lehmu sinahu  pinter  kasembadan  opo kang dadi sedyamu ya ngger."

Kemudian  kami dipersilahkan  untuk  makan jajan yang ada di rodong yang diletakkan diatas tikar  pandan.  Tidak ada meja kursi saat itu.  Semua jajanan dibuat sendiri,  tak ada roti. Tak ada jajan kalengan  yang dibuat  pabrik.  

Yang ada seperti rengginan, likak likuk,  madu mongso, jadah,  jenang,  jrangking, criping ketela, kacang goreng tape ketan ireng dan lain lain. Makin kaya simbah makin penuh jajanan yang tersedia. Minumnya  teh dan kopi.  

Kemudian  simbah  mengeluarkan  uang dari bundelan yang ada di stagen.  Melepaskannya lama sekali  , karena bundelanya terlalu "kenceng" sambil  kami berharap  nanti "disangoni" simbah.

Sungkeman sekarang sudah tidak ada seperti yang  diajarkan ibu dan dikatakan simbah.
Bahkan ada yang nyaris tak mengatakan apa apa sambil tersenyum dan berjabat tangan. 

"Piye to kihhh" .  Tapi ada juga yang berjabat  tangan dan mengatakan mohon maaf lahir  batin. Jawabnya, "sama-sama."

Saya terhadap orang tua,  misalnya mertua, saya mengucapkan, " Ngaturaken  sungkem pangabekti  Pak,  wonten  kelepatan  kulo  nyuwun agunging samudro  pangaksami  soho nyuwun tambahing pangestu."  

Orang sekarang  mungkin tak suka berpanjang kata berwaktu lama  , sehingga mengambil  kata- kata esensial  yang praktis saja.

Sungkeman  ini budaya Jawa yang adi luhung, tidak bertentangan  dengan agama. Justru dianjurkan. Sungkeman termasuk budi dan akhlak  yang baik. 
"Berbudilah dengan akhlak yang baik kepada manusia.” (HR. Al-Tirmidzi)

Selamat  hari raya idul fitri  1443 H.

Magetan, 5 Mei 2022



8 komentar:

  1. Minal aidzin wal Faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.

    BalasHapus
  2. Sama-sama Mas Prof. Mohon maaf lahir batin

    BalasHapus
  3. Badane lahir batin pak No...nyuwun pangapunten njih lepat kula.mugi icalo ing dinten riaya menika.
    Ngaten njih pak No badane jama mileniun digawe lumrah mawon...hhhh

    BalasHapus
  4. Sempat mendapatkan cerita dari seorang kawan beberapa tahun silam tentang budaya ini, baru tahu redaksi pengucapan sungkeman y sekarang dan tidak faham artinya
    Tapi saya sepakat dengan pernyataan penulis . 👍

    BalasHapus