Selasa, 24 Mei 2022

Nadia, Siapa kenal Dia

Pagi ini saya mengawal anak-anak  berwisata ke Jogja . Keceriaan , canda, tawa sudah barang tentu mewarnai mereka.  

Senang rasanya memperhatikan  tingkah  lucu mereka. 

Pukul 06.00 Kami sampai di terminal Bawean Semarang.  Kemudian Istirahat makan pagi di rumah makan Bintangan.   Saya mendekati  salah seorang  siswa namanya  Nadia Mudarazani kelas 8e SMPN 2 Karangrejo. Wajahnya  cantik,  kulitnya bersih matanya sipit  seperti  orang Korea. 

"Bagaimana  Nadia kamu sudah bisa menyesuaikan  diri belajar  di Magetan?"

"Sudah Pak, tapi bahasa keseharian  saya belum bisa."
"Iya nggak papa, Kamu pake bahasa  Indonesia  saja.
Tapi kalau kamu mau dan senang  belajar,  nanti kamu akan menguasai  banyak bahasa."
"Iya Pak , saya bisa bahasa  Korea  dan Jepang."
"Wow...  luar biasa. Kamu bisa pidato bahasa Inggris?"
"Bisa Pak."
"Iyya nanti  saya ikutkan lomba  story  telling,  kalau menang saya kasih hadiah nanti."

Seperti  biasa saya ngobrol  santai  dengan anak-anak.  Saya menemukan anak berbakat tersebut.  Dia bisa bahasa Inggris,  bahasa Korea  dan bahasa Jepang.  

Justru yang menjadi masalah  adalah ketika mengikuti  pembelajaran  bahasa Jawa. Karena  anak ini lahir di Jakarta. 
Standar  penilaiannya jangan disamakan  dengan anak-anak  Jawa yang lahir dan dibesarkan  di lingkungan  orang Jawa.

Anak seperti  dia harus diberikan  keleluasaan  untuk  mengembangkan potensi.  

Guru  guru  harus tahu dan memfasilitasi  anak-anak  seperti  itu. Mari Pak Juwahir, bu Nunung sentuhan  edukatif  penjenengan  sangat  dinantikan untuk  tumbuh  kembang  mereka. 

Inilah  manfaat  ngobrol  ,dekat dengan anak-anak. Ternyata  banyak anak-anak  hebat di sekitar  kita yang kita tidak tahu.

Semarang,  25 Mei 2022

1 komentar:

  1. Benar sekali yg di sampaikan saat ngobrol dengan anak didik kita.
    Adakan PDKT dengan anak pak No.
    Nanti akan tahu kita(guru)kelebihan dan kekurangan yg dimiliki siswa.
    Siswa yg pandai bidang akademik
    nya jelas gak alami masalah dalam belajarnya.
    Sebaliknya siswa yg pas Pasan kepandaiannya,pasti banyak problem yg dihadapi.
    Tapi hal ini jarang yg guru lakukan untuk memahami kondisi dan potensi siswa.Banyak alasan dan sebab,mulai dari,gak ada waktu un
    tuk ngobrol dengan siswa,atau ya acuh saja terhadap kehidupan bela
    jar siswa,dan sevabreg alasan pokoknya.
    Dan kalau diamati hal tersebut bisa memacu siswa untuk mengetahui siswa tersebut belajar.

    Selamat aktivitas yg cerdas demi anak anak tersayang pak Parno.

    Amin,yarrobal allamin

    BalasHapus