"Iya Pah...., hati hati ya pah..., aku di rumah saja menunggu anak-anak. Lagian anak anak perlu asupan gizi segar."
Dialog tersebut adalah cerita sebuah keluarga burung yang tinggal di gua kecil di tebing laut.
Anak nya 2 ekor baru berumur 1 bulan. Bulunya masih lembut, belum kuat terbang. Lagian di dunia hewan sangat kejam. Saling berebut makan, bahkan ada yang tega membunuh.
Maka ayah dari burung ini pergi melaut. Dengan tujuan mendapatkan ikan segar, untuk diberikan pada anak kesayangannya.
Dia terbang jauh menuju laut yang banyak ikannya, ombaknya landai tak bertepi, banyak burung burung berterbangan diatas permukaan air laut. Matanya tajam bagaikan mata elang. Paruhnya agak besar menyamai kepalanya.
Kemudian menusup ke laut agak dalam, berenang menyelam seperti Naggala 402, Kapal selam kebanggaan Rakyat Indonesia.
Kemudian mengejar ikan seukuran jari orang dewasa, dan zeb... kena.
"Nak doakan Ayah ya, kini Ayah mendapatkan rezeki dari Tuhan untuk kamu, pasti kamu menyukainya." Kata burung itu dalam hati.
Kemudian kakinya menjejak air, hingga membawa tubuhnya ke atas permukaan air laut. Setelah istirahat sejenak kemudian segera terbang pulang menemui keluarganya.
Tidak lama setelah itu, tiba-tiba ada burung lain yang menyerobot dari belakang, zeb, tapi bisa menghindar dan selamat, walaupun jatuh lagi ke air. Tapi ikan digigitan mulutnya tidak lepas.
"Dasar bangsa pemalas, inginnya memalak rezeki orang lain." Kata burung kecil Itu sambil ndongkol. Kemudian segera bergegas bangun dari jatuhnya dan terbang lagi. Kali ini kecepatan terbangnya ditambah lagi, semakin membubung tinggi.
Lagi lagi pemalak datang dengan gesitnya. "Ya Allah kalau ini rezekiku lindungilah aku dari pemalak itu. Anakku menunggu kelaparan di rumah Ya Allah. Sangat membutuhkan ikan kecil ini." Doa burung ini dalam hati.
Burung ini bisa membelokkan tubuhnya dan wesss, akhirnya selamat dan membubung tinggi menuju rumahnya.
"Kamu baik-baik saja kan Pah? Sambut istri burung ini yang sejak lama menunggu di mulut gua ini.
"Iya bu Aku baik-baik saja." Pertarungannya mendapatkan rezeki tidak diceritakan pada istrinya, takut istrinya bersedih dan tidak boleh melaut lagi. Padahal melaut adalah satu-satunya untuk menjemput rezeki dari Tuhannya.
"Mana anak-anak, ini segera kasihkan mereka." Inilah perjuangan seorang laki-laki, dia tidak makan sebelum anak dan istrinya kenyang. Membuat kenyang mereka adalah kepuasan dalam ibadahnya.
Seperti dalam kehidupan manusia, ada acara selamatkan kemudian mendapatkan berkat. Dibawalah pulang untuk diberikan anaknya padahal dia belum makan sedikitpun.
"Cepat besar ya nak, kamu besuk harus menjadi burung yang kuat , siap melaut , di bawah sana Allah sediakan rezekimu tanpa batas. Tapi kau harus menjemputnya dengan kerja keras.
Magetan, 25 April 2021
Ikut nyimak pak
BalasHapusterima kasih
HapusPejantan pejuang ,
BalasHapusLelaki Pejuang ,
Pantang pulang sebelum menang ,
Untuk orang orang yang di sayang.
Hanya cerita burung ,tapi mengalir menghanyutkan.
terima kasih mas Budi
HapusMantap ceritanya
BalasHapusMantap ceritanya
BalasHapusterima kasih
HapusJangan malas dijadikan sahabat, tapi buanglah rasa malas krn itu musuh kita.
BalasHapusTetap gigih dlm bekerja memang rezeki sdh disiapkan oleh Allah. Tapi tanpa berusaha mana ada tiba-2 meja makan penuh dgn hidangan tanpa kita bersusah payah.
Bagus sekali artikel blog nya.
Terus menulis biar banyak karya yg bisa bermanfaat bagi sahabat yang lain nya.
Terima kasih sahabat. Terus sehat Semangat, jaya selalu. Dan salam utk kelg.disini.
Terima kasih Jeng Niken yang baik hati
Hapus